Share

Bagian 4

Untuk sementara, Stela Wen lupa dengan kelakuan buruk sang suami. Bukan karena bodoh, tapi terkadang rasa cinta yang bisa menepiskan segalanya termasuk sebuah kesalahan.

Pagi ini, sesuai ajakan Alex, Stela Wen sudah bangun lebih awal. Dia mandi dan segera merapikan diri sebelum suaminya terbangun.

"Aku lebih cantik, harusnya kau tidak tergoda oleh wanita itu," gumam Stela Wen saat bercermin.

Stela Wen mengenakan pakaian casual yang senada dengan kulitnya yang putih bersih. Blus berwarna peach dipadukan dengan rok satin dengan brukat melingkar di setiap ujungnya.

"Lihatlah, aku juga bisa berdandan dengan cantik. Untuk apa kau bercinta dengan Emma?" Stela Wen tersenyum getir saat teringat kembali dengan kejadian malam itu.

Hoaaaam …

Stela Wen menoleh saat mendengar lenguhan itu. Di atas ranjang, sang suami tengah menguap dan menggeliat.

"Kau sudah bangun?" sapa Stela Wen sambil berjalan mendekat.

Alex mengangkat tubuh dan tertuduk. Ia mengucek mata sesaat sebelum akhirnya membulatkan dua bola matanya ketika melihat tampilan Stela Wen.

"Kau cantik sekali," puji Alex dengan seutas senyum.

"Apa biasanya aku tidak cantik?" batin Stela Wen.

"Bangunlah, aku sudah menyiapkanmu sarapan," kata Stela Wen kemudian.

Alex segera merangkak turun dari atas ranjang. Ia memberi satu kecupan di bibir Stela Wen sebelum pergi ke kamar mandi. Harusnya ini menjadi kecupan yang membahagiakan, tapi entah kenapa rasanya begitu hambar. Bayangan perselingkuhan itu tidak mudah untuk dilupakan.

Setelah pintu kamar mandi tertutup dan Alex masuk ke dalamnya, Stela Wen beralih ke arah lemari. Ia hendak menyiapkan pakaian untuk sang suami. Sekitar tiga menit dan suaminya tak kunjung keluar dari kamar mandi, Stela Wen memilih pergi ke ruang makan dulu.

"Pagi, Bu." Stela Wen menyapa ibu mertua yang sudah lebih dulu sarapan bersama May.

May dan Angela melirik ke ara Stela Wen. "Mau pergi ke mana kau? Kenapa rapi sekali?" tanya Angela.

"Pekerjaan rumahmu banyak, ibu tidak mengizinkanmu pergi," sambung May acuh.

Stela Wen meletakkan kardus susu yang hendak ia tuang ke dalam gelas menggunakan sendok. "Tapi, Bu, aku ada rencana dengan Alex. Alex mengajakku pergi hari ini."

"Mana mungkin," tapis May "Putraku sangat sibuk di kantor. Dia tidak mungkin ada waktu untuk mengajakmu ke luar."

Benar saja, begitu Alex datang, dia tidak memakai baju yang Stela Wen siapkan di atas ranjang. Ia justru memakai setelan kemeja dan sepatu pantofelnya. Tak lupa juga tas kerjanya yang ia jinjing

"Lihat, benar apa kata itu. Alex hari ini sibuk kerja." Angela mencibir.

"Bukankah kita akan pergi?" tanya Stela Wen sambil menatap Alex heran. "Aku sudah siap-siap dari pagi."

Tanpa raut rasa bersalah, Alex meletakkan tas kerjanya di atas meja lalu mengusap pipi Stela Wen. "Maaf, sayang. Aku lupa kalau hari ini ada pertemuan dengan klien dari luar negeri."

"A-pa?" Stela Wen ternganga. "Ta-tapi aku …"

"Lain kali saja ya, aku sedang buru-buru." Seperti tidak peduli dengan raut sendu wajah sang istri, Alex beranjak pergi begitu saja usai menjabret tas kerjanya.

Dua orang yang masih duduk di ruang makan terdengar cekikikan menertawai Stela Wen.

"Apa yang kalian tertawakan!" bentak Stela Wen sambil menggebrak meja.

Angela dan May sampai tersentak kaget.

"Lama kelamaan tingkah kalian bikin aku muak!" Stela Wen mendecih lalu melengos dan berlari masuk kamar.

"Dasar wanita gila!" seloroh Angela sambil mengusap dada. "Dia membuatku kaget."

"Maklum, dia itu sedang stres!" sambung May.

Di dalam kamar, Stela Wen menggeram kuat ia menarik selimut yang semula tertata rapi di atas ranjang hingga tergelar sembarang di atas lantai. Stela menangkup wajah lalu mendongak ke langit-langit.

"Aku sudah muak!" teriak Stela Wen. "Aku tidak terima kau memperlakukanku seperti ini terus."

Setelah merapikan tampilannya yang sempat berantakan karena melampiaskan amarah, Stela Wen meraih ponsel dan tas selempangnya. Ia kemudian beranjak pergi tanpa berpamitan pada penghuni rumah.

"Mau pergi ke mana kau!" teriak Angela saat Stela Wen sampai di ambang pintu.

"Bukan urusanmu!" sahut Stela Wen tanpa menoleh.

Stela Wen melangkah dengan cepat hingga menjauh dari rumah tersebut. Ia pergi dengan mengendarai motor matiknya.

"Sebaiknya aku menemui Jacob." Stela Wen membelokkan mobilnya menuju sebuah restoran.

Sampai di sana, Stela Wen buru-buru masuk ke dalam. Dia tahu orang yang harus di temui saat merasa sedih.

"Stela?" pekik Jacob begitu Stela Wen masuk ke ruangannya tanpa permisi.

"Jacob …" Stela Wen menghambur menghampiri Jacob sambil menangis.

Jacob yang bingung, mendorong pelan tubuh Stela Wen hingga pelukan terlepas. "Ada apa?"

Sebagai sahabat Stela Wen sejak kecil, Jacob tentu akan sangat khawatir jika sesuatu terjadi padanya. Meski Jacob terlahir sebagai sosok pria berkepribadian wanita, tapi percayalah, dia sungguh tulus saat menjalin persahabatan dengan Stela Wen.

"Apa yang terjadi? Katakan padaku?" Jacob menangkup pipi Stela Wen. "Apa ipar dan mertuamu menyakitimu?"

Stela Wen menggeleng kuat. Hari-hari Stela Wen memang selalu dibuat jengkel oleh dua orang itu, tapi kali ini bukanlah tentang mereka.

"Lalu apa?" Jacob mengguncang kedua pundak Stela Wen pelan. "Kau jangan membuarku khawatir, Stela."

Stela Wen kembali sesenggukan dan menjatuhkan ujung kepala di dada Jacob. "Dia, dia … dia menduakanku." Stela Wen menangis tersedu-sedu.

"Aku mencintainya, tapi kenapa begini?"

"Tunggu!" Jacob mendorong lagi tubuh Stela Wen lalu menatapnya tajam. "Maksudmu Alex berselingkuh?"

Stela Wen mengangguk. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Alex … dia bercinta dengan Emma"

"APA!" Jacob sontak membelalak dan berteriak.

Mendengar teriakan Jacob yang terkejut, Stela Wen menangis semakin jadi. Jacob yang semakin khawatir dan sedikit panik, segera menenangkan.

"Maaf, aku minta maaf. Aku hanya kaget," kata Jacob sambil mengusap pundak Stela.

"Dia jahat padaku. Aku harus bagaimana?" Stela memelas semakin membuat Jacob tidak tega.

"Sekarang, lebih baik kau tenangkan dirimu dulu. Kalau kau sudah tenang, kau bisa pikirkan cara untuk berbuat."

Stela Wen mengusap air matanya. Ia sedikit tersenyum saat menatap Jacob yang juga tersenyum padanya. Beberapa detik kemudian, Stela Wen bergeser dan duduk sambil bersandar.

"Dua hari ini hidupku terasa kacau," desah Stela Wen.

Stela Wen termenung sambil mengingat kembali malam itu. Bukan malam di mana sang suami bercinta dengan wanita lain, tapi mengingat bagaimana dirinya terbangun dalam keadaan telanjang di sebuah kamar mewah.

"Stela."

Tidak mengingat sama sekali kejadian malam itu selain dirinya mabuk bersama satu pria. Mungkinkah pria bringas itu? Ah, tentu saja bukan. Stela Wen terus memutar otak.

"Stela."

"Oh, maaf. Aku melamun." Stela berkedip cepat. "Aku hanya sedang mencoba mengingat sesuatu."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status