Share

Bagian 4

Author: Irma W
last update Last Updated: 2023-04-04 14:23:48

Untuk sementara, Stela Wen lupa dengan kelakuan buruk sang suami. Bukan karena bodoh, tapi terkadang rasa cinta yang bisa menepiskan segalanya termasuk sebuah kesalahan.

Pagi ini, sesuai ajakan Alex, Stela Wen sudah bangun lebih awal. Dia mandi dan segera merapikan diri sebelum suaminya terbangun.

"Aku lebih cantik, harusnya kau tidak tergoda oleh wanita itu," gumam Stela Wen saat bercermin.

Stela Wen mengenakan pakaian casual yang senada dengan kulitnya yang putih bersih. Blus berwarna peach dipadukan dengan rok satin dengan brukat melingkar di setiap ujungnya.

"Lihatlah, aku juga bisa berdandan dengan cantik. Untuk apa kau bercinta dengan Emma?" Stela Wen tersenyum getir saat teringat kembali dengan kejadian malam itu.

Hoaaaam …

Stela Wen menoleh saat mendengar lenguhan itu. Di atas ranjang, sang suami tengah menguap dan menggeliat.

"Kau sudah bangun?" sapa Stela Wen sambil berjalan mendekat.

Alex mengangkat tubuh dan tertuduk. Ia mengucek mata sesaat sebelum akhirnya membulatkan dua bola matanya ketika melihat tampilan Stela Wen.

"Kau cantik sekali," puji Alex dengan seutas senyum.

"Apa biasanya aku tidak cantik?" batin Stela Wen.

"Bangunlah, aku sudah menyiapkanmu sarapan," kata Stela Wen kemudian.

Alex segera merangkak turun dari atas ranjang. Ia memberi satu kecupan di bibir Stela Wen sebelum pergi ke kamar mandi. Harusnya ini menjadi kecupan yang membahagiakan, tapi entah kenapa rasanya begitu hambar. Bayangan perselingkuhan itu tidak mudah untuk dilupakan.

Setelah pintu kamar mandi tertutup dan Alex masuk ke dalamnya, Stela Wen beralih ke arah lemari. Ia hendak menyiapkan pakaian untuk sang suami. Sekitar tiga menit dan suaminya tak kunjung keluar dari kamar mandi, Stela Wen memilih pergi ke ruang makan dulu.

"Pagi, Bu." Stela Wen menyapa ibu mertua yang sudah lebih dulu sarapan bersama May.

May dan Angela melirik ke ara Stela Wen. "Mau pergi ke mana kau? Kenapa rapi sekali?" tanya Angela.

"Pekerjaan rumahmu banyak, ibu tidak mengizinkanmu pergi," sambung May acuh.

Stela Wen meletakkan kardus susu yang hendak ia tuang ke dalam gelas menggunakan sendok. "Tapi, Bu, aku ada rencana dengan Alex. Alex mengajakku pergi hari ini."

"Mana mungkin," tapis May "Putraku sangat sibuk di kantor. Dia tidak mungkin ada waktu untuk mengajakmu ke luar."

Benar saja, begitu Alex datang, dia tidak memakai baju yang Stela Wen siapkan di atas ranjang. Ia justru memakai setelan kemeja dan sepatu pantofelnya. Tak lupa juga tas kerjanya yang ia jinjing

"Lihat, benar apa kata itu. Alex hari ini sibuk kerja." Angela mencibir.

"Bukankah kita akan pergi?" tanya Stela Wen sambil menatap Alex heran. "Aku sudah siap-siap dari pagi."

Tanpa raut rasa bersalah, Alex meletakkan tas kerjanya di atas meja lalu mengusap pipi Stela Wen. "Maaf, sayang. Aku lupa kalau hari ini ada pertemuan dengan klien dari luar negeri."

"A-pa?" Stela Wen ternganga. "Ta-tapi aku …"

"Lain kali saja ya, aku sedang buru-buru." Seperti tidak peduli dengan raut sendu wajah sang istri, Alex beranjak pergi begitu saja usai menjabret tas kerjanya.

Dua orang yang masih duduk di ruang makan terdengar cekikikan menertawai Stela Wen.

"Apa yang kalian tertawakan!" bentak Stela Wen sambil menggebrak meja.

Angela dan May sampai tersentak kaget.

"Lama kelamaan tingkah kalian bikin aku muak!" Stela Wen mendecih lalu melengos dan berlari masuk kamar.

"Dasar wanita gila!" seloroh Angela sambil mengusap dada. "Dia membuatku kaget."

"Maklum, dia itu sedang stres!" sambung May.

Di dalam kamar, Stela Wen menggeram kuat ia menarik selimut yang semula tertata rapi di atas ranjang hingga tergelar sembarang di atas lantai. Stela menangkup wajah lalu mendongak ke langit-langit.

"Aku sudah muak!" teriak Stela Wen. "Aku tidak terima kau memperlakukanku seperti ini terus."

Setelah merapikan tampilannya yang sempat berantakan karena melampiaskan amarah, Stela Wen meraih ponsel dan tas selempangnya. Ia kemudian beranjak pergi tanpa berpamitan pada penghuni rumah.

"Mau pergi ke mana kau!" teriak Angela saat Stela Wen sampai di ambang pintu.

"Bukan urusanmu!" sahut Stela Wen tanpa menoleh.

Stela Wen melangkah dengan cepat hingga menjauh dari rumah tersebut. Ia pergi dengan mengendarai motor matiknya.

"Sebaiknya aku menemui Jacob." Stela Wen membelokkan mobilnya menuju sebuah restoran.

Sampai di sana, Stela Wen buru-buru masuk ke dalam. Dia tahu orang yang harus di temui saat merasa sedih.

"Stela?" pekik Jacob begitu Stela Wen masuk ke ruangannya tanpa permisi.

"Jacob …" Stela Wen menghambur menghampiri Jacob sambil menangis.

Jacob yang bingung, mendorong pelan tubuh Stela Wen hingga pelukan terlepas. "Ada apa?"

Sebagai sahabat Stela Wen sejak kecil, Jacob tentu akan sangat khawatir jika sesuatu terjadi padanya. Meski Jacob terlahir sebagai sosok pria berkepribadian wanita, tapi percayalah, dia sungguh tulus saat menjalin persahabatan dengan Stela Wen.

"Apa yang terjadi? Katakan padaku?" Jacob menangkup pipi Stela Wen. "Apa ipar dan mertuamu menyakitimu?"

Stela Wen menggeleng kuat. Hari-hari Stela Wen memang selalu dibuat jengkel oleh dua orang itu, tapi kali ini bukanlah tentang mereka.

"Lalu apa?" Jacob mengguncang kedua pundak Stela Wen pelan. "Kau jangan membuarku khawatir, Stela."

Stela Wen kembali sesenggukan dan menjatuhkan ujung kepala di dada Jacob. "Dia, dia … dia menduakanku." Stela Wen menangis tersedu-sedu.

"Aku mencintainya, tapi kenapa begini?"

"Tunggu!" Jacob mendorong lagi tubuh Stela Wen lalu menatapnya tajam. "Maksudmu Alex berselingkuh?"

Stela Wen mengangguk. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Alex … dia bercinta dengan Emma"

"APA!" Jacob sontak membelalak dan berteriak.

Mendengar teriakan Jacob yang terkejut, Stela Wen menangis semakin jadi. Jacob yang semakin khawatir dan sedikit panik, segera menenangkan.

"Maaf, aku minta maaf. Aku hanya kaget," kata Jacob sambil mengusap pundak Stela.

"Dia jahat padaku. Aku harus bagaimana?" Stela memelas semakin membuat Jacob tidak tega.

"Sekarang, lebih baik kau tenangkan dirimu dulu. Kalau kau sudah tenang, kau bisa pikirkan cara untuk berbuat."

Stela Wen mengusap air matanya. Ia sedikit tersenyum saat menatap Jacob yang juga tersenyum padanya. Beberapa detik kemudian, Stela Wen bergeser dan duduk sambil bersandar.

"Dua hari ini hidupku terasa kacau," desah Stela Wen.

Stela Wen termenung sambil mengingat kembali malam itu. Bukan malam di mana sang suami bercinta dengan wanita lain, tapi mengingat bagaimana dirinya terbangun dalam keadaan telanjang di sebuah kamar mewah.

"Stela."

Tidak mengingat sama sekali kejadian malam itu selain dirinya mabuk bersama satu pria. Mungkinkah pria bringas itu? Ah, tentu saja bukan. Stela Wen terus memutar otak.

"Stela."

"Oh, maaf. Aku melamun." Stela berkedip cepat. "Aku hanya sedang mencoba mengingat sesuatu."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 99 (Tamat)

    Hari pernikahan pun datang. Stela dan Peter sudah siap dibimbing sang Pendeta untuk mengucapkan ikrar janji suci. Acara digelar dengan sederhana yang hanya menghadirkan pihak keluarga dan tamu bisnis saja.Dari balik kain putih berbahan tutu, Peter bisa melihat wajah Stela yang dirias begitu cantik. Sederhana dan terlihat elegan di padukan dengan gaun putih yang menutupi kedua kaki."Kau sangat cantik," kata Peter. Di balik kain tersebut, Stela hanya tersenyum.Detik berikutnya, pengucapan ikrar janji pun terlontar. Pemasangan cincin bergantian dan riuh tepuk tangan mulai terdengar. Mereka berdua kini sudah sah menjadi sepasang suami istri.Rasa bahagia dan haru, dirasakan semua orang yang hadir. Kedua orang tua Stela dan Peter mereka bahkan sampai tidak sadar menitikkan air mata."Selamat untuk kalian berdua." Kata Jane serasa memeluk mereka berdua.Mereka yang lain pun bergantian memberi ucapan selamat.Pagi berlalu meninggalkan acara sakral yang kini sudah beralih ke rumah s

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 98

    Bill tidak pernah main-main dengan perkataannya. Menyangkut pelecehan pada Stela, semua bukti sudah ada dan Alex harus berakhir hidup di jeruji besi sesuai dengan ketentuan dari pengadilan. Asal keluarga aman, Bill rela melakukan apa saja.Satu tahun Bill diam tanpa berkomunikasi dengan putri dan cucunya, tak lain karena hanya sekedar ingin membuktikan bahwa keluarga Alex memang buruk. Belum lagi keburukan masa lalunya dengan Muchtar. Semua ada jalan cerita masing-masing."Kau sudah merasa tenang sekarang, bukan?" tanya Peter sambil menunduk menyusuri wajah Stela yang kini sedang bersandar di pundaknya. "Aku akan terus menjagamu sampai kapanpun."Stela mendongak dan tersenyum. "Terima kasih kau sudah datang dalam kehidupanku."Sesaat keduanya terdiam menikmati pemandangan air danau yang jernih nan tenang. Hanya sedikit bergelombang saat beberapa daun kering berjatuhan tertiup angin.Sudah lama Stela tidak berkunjung ke tempat ini. Tiada yang berubah selain bertambah terasa nyaman

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 97

    "Kau baik-baik saja?" tanya Louis dengan napas masih memburu usai menghajar Alex.Berdiri di samping mobilnya, Stela masih sesenggukan sambil mencengkeram kerah bajunya dengan kuat. Sementara Alex sudah melesat pergi dalam keadaan babak belur."Sebaiknya aku antar kau pulang."Stela terpaksa meninggalkan mobilnya di jalan, ia ikut mobil Louis. Setidaknya bersama Louis lebih aman saat ini. "Di mana rumahmu?" tanya Louis sebelum melajukan mobilnya."Putar balik, rumahku ada di jalan sana," jawab Stela lemas.Louis sesekali melirik Stela yang tengah bersandar sambil memandangi ke luar jendela. Wajahnya masih masam dan ada raut kecemasan.Mobil Louis sudah masuk ke pekarangam rumah Stela sekitar pukul tuju malam. Stela yang masih tertegun, bahkan tidak sandar kalau mobil sudah berhenti di halaman rumah. Pikiran Stela masih melayang-layang teringat akan perbuatan Alex yang begitu keji.Louis turun lebih dulu. Ia memutari mobil lalu berpindah ke pintu samping di mana ada Stela yang

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 96

    Stela tentunya sangat penasaran dengan apa yang kakek dan keluarga Peter bicarakan, Setela obrolan terakhir dirumah saat makan siang. Saat beberapa menit hampir masuk ke kompleks perumahan, Stela berhenti dulu di pom bensin. Baru saja hendak turun dari mobil, ponsel di dalam tas berdering. Pintu yang sudah terbuka sebagian pun Stela tutup kembali."Nomor siapa ini?" Wajah Stela berkerut heran. Seseorang menelpon tapi nomor tersebut tidak terdaftar di kontaknya."Halo, siapa ini?" sapa Stela kemudian."Temui aku di restoran cepat saji.""A-Angela?" pekik Stela."Tidak usah kaget begitu, aku hanya ingin bicara denganmu."Sambungan terputus, Stela urungkan niat pergi ke toilet dan segera putar balik."Untuk apa dia bertemu denganku?" batin Stela.Tidak mau berpikiran yang macam-macam, Stela terus melajukan mobilnya hingga akhirnya sampai di tempat yang dituju.Setelah mencangklong tasnya, Stela pun bergegas turun dari mobil. Di depan sana, di tempat restoran cepat saji, sepertin

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 95

    Sepulangnya dari tempat Peter, Stela menceritakan semuanya pada ibu dan kakeknya. Tepat jam makan siang, mereka mengobrolkannya di meja makan, tapi tanpa ada Bowen karena dia sedang sibuk mengurusi panen perkebunannya . Untuk Bill, tentu merasa senang dan langsung setuju jika Stela menikah dengan Peter. Namun, sebagai Ibu yang sempat membuat Stela menderita, Janete tidak langsung mengatakan setuju."Apa kau yakin, Sayang?" tanya Janete khawatir."Belum tahu, ibu," sahut Stela usai meneguk air putih. "Aku hanya merasa nyaman saat bersama Peter.""Kalau kau minta pendapat kakek, tentu saja Kakek setuju," timbruk Bill yang lebih dulu selesai menghabiskan makan siangnya. "Kakek sudah lama mengenal keluarga Peter."Janete kembali ikut bicara. "Bukan ibu tidak merestui, ibu hanya tidak ingin kau sakit hati lagi."Kalimat Janete membuat Stela merasa ragu. Meski selama ini Stela tahu Peter usil, tapi dia sangat baik. Hanya saja, tiada yang tahu bagaimana tentang isi hatinya. Bisakah Pete

  • Setelah Suami Selingkuh   Bagian 94

    Emma kembali dengan tangan hampa. Percuma saja berdebat dengan Louis kalau memang Emma juga bersalah dalam ini. Mulanya Emma pikir Louis mencintainya, tapi saat melihat murka dan penjelasan Louis, ya, menang semua hanya permainan belaka. Tidak jauh berbeda seperti saat pertama Emma kembali pada Alex.Sudah sampai di rumah, ruangan nampak sepi. Lampu-lampu juga sudah dimatikan. Ketika masuk ke dalam kamar, Alex masih belum ada di sana. Emma yakin Alex masih berada di kamar lantai dua.Hati rasanya dongkol, tapi Emma tidak berani berbuat apa-apa saat ini. Jika mendekat, Alex mungkin saja akan kembali mengamuk.Di tempat Louis, Chloe sudah keluar dari persembunyiannya. Wajahnya masih terlihat masam seperti saat pertama tadi baru ke sini."Kau sudah tahu alasan kenapa aku bersama Emma kan?" kata Louis coba menjelaskan.Chloe tersenyum kecut. "Jika semua atas nama dendam, apa harus sampai kau bercinta dengannya?""A,aku …" Louis mendadak diam."Katakan saja kau menikmati saat itu,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status