Share

Bagian 6

Stela Wen semakin terlihat frustrasi. Selain memikirkan perselingkuhan sang suami, ia juga mendadak teringat dengan kejadian malam itu. Kejadian di mana ia terbangun berada di kamar asing.

Mungkinkah ada hubungannya dengan pria itu?

Aaaaaarg! Stela berteriak hingga membuat Jacob menangkup kedua telinga.

“Baby, Please! Kau membuatku terkejut.” Jacob mengerutkan wajah. “Berhentilah memikirkan suami gila mu itu!”

Stela Wen menjatuhkan diri di atas ranjang dengan posisi tengkurap. Ia menyembunyikan wajah beberapa saat sebelum kemudian memiringkan wajah ketika merasa engap.

“Sekarang semua keputusan ada di tanganmu, Honey.” Jacob berdiri di samping ranjang dengan tatapan prihatin. “Aku pulang dulu.”

Stela Wen tidak terbangun saat Jacob pamit untuk pergi. Ia terlalu lemas dan malas walau hanya sekedar menopang tubuhnya sendiri.

Sampai di depan pintu ruang tamu, Jacob bertemu dengan Angela dan mertua Stela Wen. Sepertinya mereka baru saja pulang dari shopping.

“Banci, sedang apa kau di sini?” seloroh Angela pada Jacob.

Jacob hanya mendecih dan berlenggak sambil mengibaskan wajah. May dan Angela tidak peduli dan masuk membawa barang belanjaannya.

Setelah bertemu dengan dua nenek sihir, kini Jacob bertemu dengan Alex. Dia baru saja turun dari mobil. Jacob yang sudah merasa geram, segera menghampiri sambil berkacang pinggang.

“Kau itu pria normal atau bukan?” tanya Jacob. “Tega sekali kau menyakiti Stela Wen. Dasar brengsek! Cuih!”

Alex sama sekali tidak menggubris ocehan Jacob. Ia memutar bola mata dan melenggang begitu saja.

“Kau yang bukan pria normal. Dasar aneh!” Alex bergumam sambil masuk ke dalam rumah.

Sampai di dalam rumah, Alex segera menyusul Stela. Dia merasa bersalah karena sudah menampar Stela di tempat umum, bahkan di hadapan Emma.

“Tega sekali dia menamparku,” sungut Stela sambil berpakaian usai mandi.

Tadi, setelah Jacob pergi, Stela Wen bangkit dari atas ranjang dan segera membersihkan diri walaupun hanya sebatas menyiram tubuhnya dalam satu guyuran air saja.

“Pipiku bahkan sampai merah.”

“Sayang ...”

Stela Wen tertegak lurus menatap cermin. Suara serak itu sangat tak asing dan pastilah suara Alex. Stela yang semula hendak menyisir rambut menoleh sesaat lalu kembali menyisir rambut.

“Kau sudah pulang?” tanya Stela acuh.

Alex tersenyum lalu mendekat. Dia melingkarkan tangan di pinggang Stela lalu mendaratkan dagu pada pundak Stela.

“Aku minta maaf.”

Stela mendecih pelan lalu menyingkir. Dia sampai melempar sisir hingga menabrak sebotol parfum.

“Kau selalu minta maaf. Kemarin kau juga minta maaf.”

“Kali ini aku sungguh minta maaf.” Alex meraih tangan Stela. “Sungguh.”

Stela Wen mengibas tangan hingga terlepas. Ia berjalan ke tepi ranjang menghadap ke arah jendela. Stela pikir semua pria memang sama, mereka akan memohon maaf untuk merayu lalu kembali mengulang kesalahan setelah mendapatkan restu maaf itu. Sangat klasik!

“Aku akan memaafkanmu jika kau jelaskan ada hubungan apa antara kau dengan Emma.” Stela Wen berbalik sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Alex terdiam beberapa saat. Dia melangkah lalu duduk di sandaran. “Jangan membahas hal itu dulu,” kata Alex kemudian.

Stela menaikkan satu alisnya. “Kenapa?”

Beberapa detik tidak mendapat jawaban dari Alex, Stela mendekat. “Aku ini istrimu, aku berhak tahu ada hubungan apa kau dengan wanita yang bisa dikatakan teman dekatku? Sudah jelas kau berselingkuh.”

“Diam!”

Stela terperanjat dan mundur. Hardikan sang suami membuat bola mata Stela membulat sempurna.

“Aku sama sekali tidak berselingkuh,” kata Alex kemudian. “Sebelum mengenalmu, Emma adalah kekasihku.”

Penjelasan tersebut membuat Stela tertawa getir. Ingin rasanya marah, tapi Stela memilih mengikuti saja dan mendengarkan penjelasan Alex sampai akhir.

“Lalu, kalau dia itu kekasihmu, kenapa kau menikahiku?” tanya Stela.

Alex terdiam lagi. Ia tidak mungkin menjawab alasan kenapa dulu dia mau menikahi Stela. Jika saja Emma tidak muncul kembali dalam kehidupan pernikahan Alex, mungkin Alex tetap masih mencintai Stela walaupun dulu sama sekali tidak ada rasa cinta.

“Kenapa kau diam saja?” Stela kembali bertanya.

“Sudahlah. Aku tidak mau ada masalah di antara kita.” Alex berdiri. Ia melengos lalu menjambret handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Spontan Stela mengangkat kedua tangan membentuk cengkeraman. Stela merasa muak dengan tingkah suaminya yang sungguh tidak ada rasa bersalah sedikit pun. Alex sedang mencoba menghindar. Karena merasa tak tahan, Stela memutuskan untuk pergi dan mencari angin malam.

“Ke mana dia?” gumam Alex begitu mendapati Stela tidak ada di kamar. “Em, mungkin sedang makan malam.”

Alex tidak tahu saja kalau Stela sedang keluar. Rasa frustrasi dikhianati, bisa saja membuat seseorang mencari pelampiasan. Tidak disangka, malam kelam yang harusnya akan Stela gunakan untuk mencari hiburan, harus batal karena ada sosok Emma yang menghalangi jalan.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Stela Wen dengan sinis.

Emma berjalan ke tepian gedung sambil tersenyum. “Bukankah ini tempat kita berdua?” Emma menoleh dengan kepala miring.

Senyum itu, rasanya membuat Stela ingin mendorong tubuh Emma supaya jatuh ke jurang. Bisikan dan bayang-bayang tersebut akhirnya Stela tepis dan bergidik cepat. Stela masih waras dan tidak mungkin sampai melakukan hal bodoh itu.

“Memang ...” kini Stela berjalan beberapa langkah hingga sejajar dengan posisi Emma. “Hanya saja, sekarang tidak lagi. Aku datang hanya ingin mengucapkan kata perpisahan pada tempat ini.”

Emma tertawa mengejek. Stela bisa menebak kalau selama ini gedung tak berpenghuni yang selalu ia anggap berharga, sekarang tidak lagi. Tawa bersama sahabat sebelum dan sesudah menikah kini harus sirna karena pengihanatan.

“Kenapa?” tanya Emma enteng. “Bukankah ini tempat terbaik kita berdua.”

Stela Wen sudah mengepalkan kedua tangannya. Dari cara bicara Emma yang santai, jelas sangat membuktikan wataknya yang hanya berhati busuk. Bermuka dua penuh kepalsuan.

“Kenapa harus Alex?” Stela menatap sendu ke arah Emma.

Emma membalas tatapan itu. Wajahnya yang cantik, kini sedang tersenyum. “Karena aku mencintainya.

Kepalan tangan Stela semakin kuat, rahang pun nampak mengeras.

“Tidakkah kau sadar perbuatanmu itu menyakitiku?” Stela masih menahan amarah

“Tentu saja aku tahu,” sahut Emma santai. “Tapi aku sudah terlanjur cinta. dan lagi ... aku sudah sering bercinta dengan Alex.”

Sungguh dada ini sangat perih mendengar pengakuan tersebut. Secara terang-terangan Emma mengakui hubungan gelapnya dengan Alex tanpa rasa bersalah sedikitpun pada Stela.

Plak!

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi Emma yang mulus. Dua bola mata Stela membulat merah dan menatap tajam sosok Emma yang sedang mengusap pipi.

“Itu untuk persahabatan kita.”

Plak

Sekali lagi tamparan mendarat di pipi Emma. Emma terlihat mengeraskan rahang dan berinisiatif untuk membalas. Sayangnya, Stela sudah lebih dulu menangkis.

“Satu tamparan lagi untuk pengkhianatanmu!

Stela Wen membuang ludah tepat di hadapan Emma sebelum beranjak pergi. Ia bahkan sampai mengangkat satu jari tengahnya dan melempar ke arah Emma yang sedang terdiam dengan napas memburu.

“Fuck you!”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status