Stela Wen semakin terlihat frustrasi. Selain memikirkan perselingkuhan sang suami, ia juga mendadak teringat dengan kejadian malam itu. Kejadian di mana ia terbangun berada di kamar asing.
Mungkinkah ada hubungannya dengan pria itu?Aaaaaarg! Stela berteriak hingga membuat Jacob menangkup kedua telinga.“Baby, Please! Kau membuatku terkejut.” Jacob mengerutkan wajah. “Berhentilah memikirkan suami gila mu itu!”Stela Wen menjatuhkan diri di atas ranjang dengan posisi tengkurap. Ia menyembunyikan wajah beberapa saat sebelum kemudian memiringkan wajah ketika merasa engap.“Sekarang semua keputusan ada di tanganmu, Honey.” Jacob berdiri di samping ranjang dengan tatapan prihatin. “Aku pulang dulu.”Stela Wen tidak terbangun saat Jacob pamit untuk pergi. Ia terlalu lemas dan malas walau hanya sekedar menopang tubuhnya sendiri.Sampai di depan pintu ruang tamu, Jacob bertemu dengan Angela dan mertua Stela Wen. Sepertinya mereka baru saja pulang dari shopping.“Banci, sedang apa kau di sini?” seloroh Angela pada Jacob.Jacob hanya mendecih dan berlenggak sambil mengibaskan wajah. May dan Angela tidak peduli dan masuk membawa barang belanjaannya.Setelah bertemu dengan dua nenek sihir, kini Jacob bertemu dengan Alex. Dia baru saja turun dari mobil. Jacob yang sudah merasa geram, segera menghampiri sambil berkacang pinggang.“Kau itu pria normal atau bukan?” tanya Jacob. “Tega sekali kau menyakiti Stela Wen. Dasar brengsek! Cuih!”Alex sama sekali tidak menggubris ocehan Jacob. Ia memutar bola mata dan melenggang begitu saja.“Kau yang bukan pria normal. Dasar aneh!” Alex bergumam sambil masuk ke dalam rumah.Sampai di dalam rumah, Alex segera menyusul Stela. Dia merasa bersalah karena sudah menampar Stela di tempat umum, bahkan di hadapan Emma.“Tega sekali dia menamparku,” sungut Stela sambil berpakaian usai mandi.Tadi, setelah Jacob pergi, Stela Wen bangkit dari atas ranjang dan segera membersihkan diri walaupun hanya sebatas menyiram tubuhnya dalam satu guyuran air saja.“Pipiku bahkan sampai merah.”“Sayang ...”Stela Wen tertegak lurus menatap cermin. Suara serak itu sangat tak asing dan pastilah suara Alex. Stela yang semula hendak menyisir rambut menoleh sesaat lalu kembali menyisir rambut.“Kau sudah pulang?” tanya Stela acuh.Alex tersenyum lalu mendekat. Dia melingkarkan tangan di pinggang Stela lalu mendaratkan dagu pada pundak Stela.“Aku minta maaf.”Stela mendecih pelan lalu menyingkir. Dia sampai melempar sisir hingga menabrak sebotol parfum.“Kau selalu minta maaf. Kemarin kau juga minta maaf.”“Kali ini aku sungguh minta maaf.” Alex meraih tangan Stela. “Sungguh.”Stela Wen mengibas tangan hingga terlepas. Ia berjalan ke tepi ranjang menghadap ke arah jendela. Stela pikir semua pria memang sama, mereka akan memohon maaf untuk merayu lalu kembali mengulang kesalahan setelah mendapatkan restu maaf itu. Sangat klasik!“Aku akan memaafkanmu jika kau jelaskan ada hubungan apa antara kau dengan Emma.” Stela Wen berbalik sambil melipat kedua tangan di depan dada.Alex terdiam beberapa saat. Dia melangkah lalu duduk di sandaran. “Jangan membahas hal itu dulu,” kata Alex kemudian.Stela menaikkan satu alisnya. “Kenapa?”Beberapa detik tidak mendapat jawaban dari Alex, Stela mendekat. “Aku ini istrimu, aku berhak tahu ada hubungan apa kau dengan wanita yang bisa dikatakan teman dekatku? Sudah jelas kau berselingkuh.”“Diam!”Stela terperanjat dan mundur. Hardikan sang suami membuat bola mata Stela membulat sempurna.“Aku sama sekali tidak berselingkuh,” kata Alex kemudian. “Sebelum mengenalmu, Emma adalah kekasihku.”Penjelasan tersebut membuat Stela tertawa getir. Ingin rasanya marah, tapi Stela memilih mengikuti saja dan mendengarkan penjelasan Alex sampai akhir.“Lalu, kalau dia itu kekasihmu, kenapa kau menikahiku?” tanya Stela.Alex terdiam lagi. Ia tidak mungkin menjawab alasan kenapa dulu dia mau menikahi Stela. Jika saja Emma tidak muncul kembali dalam kehidupan pernikahan Alex, mungkin Alex tetap masih mencintai Stela walaupun dulu sama sekali tidak ada rasa cinta.“Kenapa kau diam saja?” Stela kembali bertanya.“Sudahlah. Aku tidak mau ada masalah di antara kita.” Alex berdiri. Ia melengos lalu menjambret handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.Spontan Stela mengangkat kedua tangan membentuk cengkeraman. Stela merasa muak dengan tingkah suaminya yang sungguh tidak ada rasa bersalah sedikit pun. Alex sedang mencoba menghindar. Karena merasa tak tahan, Stela memutuskan untuk pergi dan mencari angin malam.“Ke mana dia?” gumam Alex begitu mendapati Stela tidak ada di kamar. “Em, mungkin sedang makan malam.”Alex tidak tahu saja kalau Stela sedang keluar. Rasa frustrasi dikhianati, bisa saja membuat seseorang mencari pelampiasan. Tidak disangka, malam kelam yang harusnya akan Stela gunakan untuk mencari hiburan, harus batal karena ada sosok Emma yang menghalangi jalan.“Sedang apa kau di sini?” tanya Stela Wen dengan sinis.Emma berjalan ke tepian gedung sambil tersenyum. “Bukankah ini tempat kita berdua?” Emma menoleh dengan kepala miring.Senyum itu, rasanya membuat Stela ingin mendorong tubuh Emma supaya jatuh ke jurang. Bisikan dan bayang-bayang tersebut akhirnya Stela tepis dan bergidik cepat. Stela masih waras dan tidak mungkin sampai melakukan hal bodoh itu.“Memang ...” kini Stela berjalan beberapa langkah hingga sejajar dengan posisi Emma. “Hanya saja, sekarang tidak lagi. Aku datang hanya ingin mengucapkan kata perpisahan pada tempat ini.”Emma tertawa mengejek. Stela bisa menebak kalau selama ini gedung tak berpenghuni yang selalu ia anggap berharga, sekarang tidak lagi. Tawa bersama sahabat sebelum dan sesudah menikah kini harus sirna karena pengihanatan.“Kenapa?” tanya Emma enteng. “Bukankah ini tempat terbaik kita berdua.”Stela Wen sudah mengepalkan kedua tangannya. Dari cara bicara Emma yang santai, jelas sangat membuktikan wataknya yang hanya berhati busuk. Bermuka dua penuh kepalsuan.“Kenapa harus Alex?” Stela menatap sendu ke arah Emma.Emma membalas tatapan itu. Wajahnya yang cantik, kini sedang tersenyum. “Karena aku mencintainya.Kepalan tangan Stela semakin kuat, rahang pun nampak mengeras.“Tidakkah kau sadar perbuatanmu itu menyakitiku?” Stela masih menahan amarah“Tentu saja aku tahu,” sahut Emma santai. “Tapi aku sudah terlanjur cinta. dan lagi ... aku sudah sering bercinta dengan Alex.”Sungguh dada ini sangat perih mendengar pengakuan tersebut. Secara terang-terangan Emma mengakui hubungan gelapnya dengan Alex tanpa rasa bersalah sedikitpun pada Stela.Plak!Satu tamparan mendarat sempurna di pipi Emma yang mulus. Dua bola mata Stela membulat merah dan menatap tajam sosok Emma yang sedang mengusap pipi.“Itu untuk persahabatan kita.”PlakSekali lagi tamparan mendarat di pipi Emma. Emma terlihat mengeraskan rahang dan berinisiatif untuk membalas. Sayangnya, Stela sudah lebih dulu menangkis.“Satu tamparan lagi untuk pengkhianatanmu!Stela Wen membuang ludah tepat di hadapan Emma sebelum beranjak pergi. Ia bahkan sampai mengangkat satu jari tengahnya dan melempar ke arah Emma yang sedang terdiam dengan napas memburu.“Fuck you!”***Malam hari, Stela Wen gagal menenangkan pikirannya. Masalah rumah tangganya kini benar-benar sudah sangat mengganggu. Jika dipikir-pikir, kini Stela Wen tahu kenapa sudah berapa bulan ini Alex selalu acuh. Ya, ternyata karena ada wanita lain di dalam hidupnya.Stela Wen kini tengah terduduk di sudut taman kota. Ia duduk di bawah sinar rembulan yang begitu terang. Suasana larut malam yang syahdu, nyatanya membuat hati ini semakin perih.Tengok kanan kiri, jalanan juga terlihat sunyi. Ya, tentunya sesunyi hati Stela Wen saat ini.“Aku masih mencintainya, bagaimana kalau sudah begini?” Stela mendongak memandangi langit bertabur bintang.Kemudian Stela menunduk lagi. Ia termenung memandangi kedua kakinya yang menjuntai menyentuh rerumputan.“Dasar wanita bodoh!”Lagi-lagi suara serak itu berdengung di telinga Stela Wen lagi. Stela Wen mengangkat kepala lalu memutar pandangan. Kini, di sampingnya berdiri sosok pria berbalut kaos biru dengan topi melingkar di atas kepala.“Kenapa kau
“Dari mana kau!” bentak Alex saat Stela Wen baru saja masuk kamar.Karena sudah merasa lelah, Stela Wen hanya menghela napas dan melengos. Alex lantas mendekat dan meraih tangan Stela Wen.“Aku tanya, kenapa kau diam saja?”Stela Wen menepis dan berdecak. “Bukankah kau sendiri yang tidak mau bicara? Kenapa sekarang kau bertanya?”Alex menguatkan rahang lalu terdengar helaan napas. “Aku minta maaf,” katanya kemudian.Stela menoleh dan menatap diam wajah sang suami. “Untuk apa?”“Semuanya.” Alex meraih tangan Stela hingga posisinya saling berhadapan.Yang namanya wanita memang tidak bisa dipungkiri jika menyangkut soal perasaan. Jika masih ada rasa cinta, memandang wajah pun langsung mulai luluh.“Apa kau mengakui tentang perselingkuhanmu dengan Emma?” tanya Stela.Alex melepas genggaman tangan, lalu mundur dan duduk di tepian ranjang. Stela yang awalnya sudah mulai luluh, kini kembali merasakan kecewa. Apalagi racauan kedua orang itu saat di atas ranjang hampir setiap hari mel
Suasana di ruang makan kali ini tidak sepi seperti biasanya. Tuan David dan Nyonya Jane kini tengah kembali ke negaranya untuk menengok sang putra. Jika mereka berdua senang, tidak untuk Peter. Ia tahu apa tujuan ke dua orang tuanya datang.“Ibu akan suka jika kau menikah dengan Lizy,” kata Jane sambil mengunyah makanan.“Ayah juga setuju,” sambung David.Peter meletakkan sendok di atas piring lalu meneguk minumannya hingga hampir habis. Dalam benaknya, ia malas sekali jika membicarakan tentang wanita itu.“Apa kalian tidak tahu bagaimana perbuatan Lizy?” tanya Peter.David dan Jane saling pandang sesaat.“Apa maksudmu?” tanya Jane.“Ibu mau menikahkanku dengan Lizy, tapi ibu belum tahu seperti apa perlakuan dia di luar sana. Apa ibu mau putra ibu ini menderita?” Peter bergantian menatap wajah ayah dan ibunya.David tersenyum tipis usai menghela napas. “Kalau menurutmu Lizy memang tidak baik, maka kenalkan wanitamu sendiri pada ayah dan ibu.”Jane mengangguk setuju.Peter be
“Kapan kita akan bercinta di rumahmu?” tanya Emma sambil mengusap dada Alex yang tak tertutup sehelai benang pun.“Sebentar lagi, Sayang,” jawab Alex sambil memiringkan badan.Keduanya masih terbaring di atas ranjang. Di balik selimut yang tebal, kini keduanya sama sekali tidak memakai apa pun. Bercinta di belakang sang istri, sepertinya sudah menjadi rutinitas untuk Alex.Setiap Emma merayu, Alex tidak akan bisa menolak. Tampilannya yang feminim, tentu sangatlah menggairahkan. Setiap kali Emma bertemu dengan Alex, ia selalu mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Rok span di atas lutut, lalu dipadukan dengan T-sirt yang ketat pula. Belum lagi bibirnya yang merona, pasti mengundang setiap pria untuk segera mengecup dan melumat habis.“Apa kau juga hebat saat bersama Stela?” tanya Emma.Emma hanya ingin memancing dan melihat reaksi Alex.Alex terdiam. Ia seperti menimang jawaban yang pas. Pertanyaan dari Emma sangat sensitif karena memang itu seharusnya menjadi masalah pribadi.
Peter kembali dengan membawa paperbag berisi snak ringan. Ia masuk ke dalam rumah langsung disambut dua pelayan yang tadi mengepel lantai atas.“Ada apa?” tanya Peter.“Itu, Tuan.” Kedua pelayan bingung dan saling sikut.Peter menaikkan satu alisnya. “Itu apa?”“No-Nona Stela menangis.”Peter spontan berdecak dan berlari menaiki anak tangga. Ia terlihat cemas jika sudah menyangkut tentang Stela Wen. Pasalnya, tadi saat Peter meninggalkannya ke supermarket, Stela sudah terlihat lebih tenang, kalau dia menangis lagi pasti karena teringat suaminya itu.Benar saja, saat Peter membuka pintu kamar, Stela terlihat sedang duduk dengan kedua kaki terlipat. Rambutnya yang panjang terlihat menutupi wajahnya yang menunduk. Pundaknya naik turun sesenggukan karena tangis.“Kau menangis lagi?” Peter mendekat.Stela Wen mendongakkan wajah. Sungguh wajah cantik itu terlihat begitu kacau. Peter meletakkan belanjaannya di atas meja dekat ranjang, lalu ia duduk di hadapan Stela.“Apa kau mau ber
Pagi menjelang, Stela Wen terbangun dengan mata membengkak. Tubuhnya masih lemas karena semalam tidak makan apa pun. Sambil mencoba membuka matanya yang berat, Stela meregangkan badannya ke kanan dan ke kiri bergantian.“Astaga!”Saat Stela menyibakkan selimut, ia baru tersadar kalau dari semalam ia tidur tidak memakai baju. Kejadian malam itu seperti terulang kembali, hanya bedanya kali ini Stela Wen masih mengenakan pakaian dalam.“Semalam aku ngapain?” Stela mencengkeram ujung selimut di depan dada.“Kau sudah bangun?”Suara berat itu mengejutkan Stela Wen. Ia sampai terkesiap dan sedikit mundur hingga ke sudut ruangan.Peter berjalan mendekat“Maaf yang semalam,” kata Stela lirih. “Sepertinya aku sudah mengacaukan ranjangmu.” Stela melirik pakaiannya yang masih tergeletak di atas lantai.Peter angkat bahu dan sama sekali tidak menoleh. Ia berjalan ke arah lemari handuk. Usai mengambilnya, Peter segera masuk ke dalam kamar mandi.Ketika pria itu sudah tak terlihat, Stela W
Alex meninggalkan Emma di ruang tamu bersama Angela, sementara dirinya menyusul Stela masuk ke kamar.“Aku sedang bicara, kenapa kau pergi?” salak Alex sesampainya di kamar.Stela Wen mendesah dan menurunkan tangan yang semula hendak menggulung rambutnya. “Sudah kuberi alasan tadi, kan?”Saat Alex mendekat, Alex menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Stela Wen. Terlihat dari wajah masam dan kedua mata yang membengkak.“Kau kenapa?” tanya Alex kemudian.“Tidak apa-apa,” jawab Stela sambil menepis telapak tangan Alex yang hendak menyentuh wajahnya.“Kenapa wajahmu pucat masam begitu?”“Bukan urusanmu!”“Stela!” hardik Alex tiba-tiba. Stela sampai membelalak kaget. “Kau jangan membuatku marah!” imbuh Alex lagi.Stela mengeraskan rahang menahan amarah. Siapa di sini yang bersalah dan siapa yang ujung-ujungnya marah-marah?“Untuk apa kau peduli denganku, ha?” tanya Stela. “Bukankah sudah ada Emma?”Alex terdiam sesaat. Ia sendiri sejujurnya pulang larut semalam. Ia mendadak emo
Meski tahu kalau Stela Wen adalah istri sah Alex, tetap saja Emma merasa cemburu. Hatinya terasa sakit saat memergoki Alex tengah memeluk Stela. Karena merasa jengkel, selama perjalanan Emma terus memasang wajah cemberut.“Sudahlah, jangan cemberut begitu,” kata Alex. “Kau kelihatan jelek kalau begitu.”Emma menoleh cepat sambil menajamkan pandangan. “Oh, jadi maksudmu Stela yang cantik.”“Bukan begitu. Maksudku, kau juga cantik, tapi jangan memasang wajah masam begitu.”“Kau akan segera menikahiku, tapi kau masih tetap saja tergoda olehnya,” sungut Emma.“Kata siapa?” tepis Alex. “Kalau aku tertarik padanya, aku tidak mungkin setiap malam bersamamu.”Emma terdiam membebarkan kalimat Alex. Memang, hampir setiap malam Emma selalu ditemani Alex sebelum menjelang tidur. Akhir-akhir ini Alex pulang hanya untuk mandi, tidur dan makan saja. Sebagai sosok suami, harus Alex tahu kalau Stela juga menginginkan sebuah sentuhan.Semua perdebatan berakhir setelah sampai di depan gedung apar