Share

Bagian 5

"Kau sudah oke kan?" tanya Jacob saat sudah duduk di kursi sebuah restoran bersama Stela Wen.

Stela Wen mengangguk.

Tidak lama kemudian pesanan pun datang. Mereka tidak melanjutkan obrolan melainkan menikmati makan siang lebih dulu. Barulah setelah makan habis tak tersisa dan hanya menyisakan minuman saja, Jacob yang masih khawatir buka suara lagi.

"Menurutmu, apa mereka sudah menjalin hubungan yang lama?" tanya Jacob.

Stela Wen mendesah dan angkat bahu. "Aku tidak bisa memastikan. Hanya saja, sudah dua bulanan ini Alex lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Mungkinkah …"

Jacob menyesap minumannya lalu mengecap-ngecap bibirnya. "Bisa jadi. Aku masih tidak habis pikir Emma bisa berbuat demikian. Kurasa dia tidak punya otak."

Stela Wen terdiam lalu meneguk minumannya hingga habis. "Aku juga bingung. Aku hanya kecewa karena semua kuketahui saat Anniversary satu tahun pernikahanku."

Jacob nampak ikut prihatin. "Lalu, setelah ini apa yang akan kau lakukan?"

"Entahlah." Stela Wen angkat bahu. "Aku tidak ada bukti untuk membuatnya mengaku."

Baru selesai Stela Wen berkata demikian, terlihat Jacob tertegun. Pandangan ia lurus menuju sesuatu yang sepertinya berdiri tak jauh di belakang posisi Stela Wen duduk. Stela Wen yang merasa penasaran, segera memutar pandangan ke arah belakang.

Begitu pandangannya mendapati dua orang tengah masuk sambil bergandeng tangan, saat itu juga Stela Wen kembali terduduk dan menangkup mulut. Jacob yang tahu Stela Wen merasa terkejut, segera ikut membungkuk supaya dua orang itu tidak mengetahuinya.

"Kau benar," lirih Jacob.

Stela Wen sudah mengepalkan kedua tangannya. Ia teringat kalau harusnya hari ini ia pergi bersama Alex untuk menebus kesalahan karena ia melupakan hari jadi pernikahan mereka. Sayangnya, Stela Wen kembali kecewa karena lagi-lagi Alex berbohong. Dia yang katanya pergi ke kantor untuk meeting, ternyata malah berkencan dengan Emma.

“Aku sudah tidak tahan lagi!” Stela Wen menggebrak meja lalu beranjak pergi.

“Tunggu, Stela!” cegah Jacob.

Sayangnya, Jacob kurang cepat mencegah Stela Wen. Stela Wen kini benar-benar menghampiri dua orang yang sudah membuat dadanya terasa terbakar.

“Sayang ...” pekik Alex begitu didatangi Stela Wen secara tiba-tiba. Tangan yang semula menggenggam lengan Emma, kini langsung terlepas. Raut panik tergambar jelas di wajah Alex.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Alex.

Stela Wen mendecih lalu melirik ke arah Emma terlihat santai tanpa merasa bersalah. Jacob yang berdiri di belakang Stela Wen, mencoba waspada supaya tidak terjadi apa-apa dengan Stela Wen.

“Harusnya aku yang tanya. Sedang apa kau di sini dengan dia?” tanya Stela Wen balik. Ia mengacungkan jari telunjuk tepat di depan wajah Emma yang acuh.

Emma terdengar mendecih dan membuang muka membuat Stela Wen semakin geram.

“Kami hanya makan siang bersama,” ujar Alex berbohong. “Kebetulan tadi kita bertemu.”

Sudah terlanjur marah, Stela Wen tersenyum getir. “Kau pikir aku percaya? Cih!”

Kalimat bernada cukup tinggi itu berhasil menarik perhatian para pengunjung. Sekitar sepuluh orang pengunjung yang duduk di bangku masing-masing, kini mulai penasaran dengan pertikaian mereka.

“Kau tidak percaya padaku?” tanya Alex.

Stela Wen kembali tersenyum getir. “Aku tahu perbuatan kalian di belakangku. Jangan mengelak lagi. Ingat, bukankah kau hari ini harusnya ada acara bersamaku? Beralasan sibuk di kantor, ternyata kau sibuk bersama selingkuhanmu.”

Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Stela Wen.

“Jaga bicaramu!”

Rasanya begitu panas. Jacob yang kaget bahkan sampai menjerit dan menutup bibir dengan satu telapak tangannya. Sementara para pengunjung restoran, mereka hanya tertegun tanpa berbuat apa pun. Selain karena tak mau ikut campur, itu juga bukan urusannya.

Stela Wen memegangi pipinya yang perih. “Tega kau menamparku demi membela dia?” bola matanya nanar begitu tajam menatap Alex.

“Jangan memperlakukan dirimu di tempat umum,” kata Alex. “Sebaiknya kau pulang dan merenung.

Dasar gila! Stela Wen sungguh tak habis pikir dengan perkataan Ru Fei yang seolah merasa paling benar di sini. Siapa yang salah, siapa yang dimaki.

Sebelum beranjak pergi, Stela Wen maju dan berjinjit. Ia berdiri mengimbangi Alex. “Untuk apa aku malu. Jelas-jelas kau yang berselingkuh.”

Setelah itu Stela Wen meraih tangan Javob dan beranjak meninggalkan restoran tersebut. Cengkeraman yang kuat, Jacob yakin kalau Stela Wen sedang menahan tangis supaya tidak membludak.

Begitu Stela Wen sudah menjauh, Alex tiba-tiba menggeram membuat para pengunjung kembali dibuat terkejut setelah tamparan tadi. Alex sampai menendang kaki meja dan membuat Emma terjungkat kaget.

Karena tidak mau tempatnya menjadi pusat keributan, menejer restoran sampai turun tangan dan meminta mereka segera angkat kaki.

“Kenapa kau harus marah?” tanya Emma bingung. “Kau membuatku takut.”

Alex terduduk di jok mobil lalu bersandar dan menangkup kepala hingga rambutnya tersapu ke belakang menampilkan keningnya yang lebar. Ia membuang napas beberapa kali dan belum memperdulikan Emma yang duduk di sampingnya.

“Bukankah dalam waktu dekat ini kita akan memberi tahu Stela Wen tentang hubungan kita?” tanya Emma lagi. “Aku pikir bahkan kau sudah bicara dengan dia.”

Alex mendengkus lalu memukul bundaran setir. “Kau pikir mengakui semua ini mudah, ha?”

“Memang apa yang sulit?” sahut Emma cepat. “Kita sudah berhubungan cukup lama, harusnya saat ini kau memutuskan untuk segera menikahiku.”

“Aku tahu. Tapi aku ...”

“Kau masih mencintai dia. Benar begitu?” Emma mendecih lalu melengos. “Aku sudah tahu."

Alex tidak berkata apa-apa lagi. Ia mendengkus sekali lagi lalu menyalakan mesin mobilnya dan segera pergi.

“Sudahlah, tidak usah kau tangisi pria itu.” Di sudut taman, Jacob tengah menenangkan Stela Wen yang sedang menangis

Di bawah pohon beringin, Stela Wen duduk sambil memeluk kedua lututnya dengan kuat.

“Satu tahun kita menikah, tega sekali dia berkhianat,” kata Stela Wen dalam isak. “Dia pikir aku apa? Kurang apa aku?”

“Kau mungkin tidak memiliki kekurangan. Em ... hanya saja kau itu bodoh.”

Di hadapan Stela Wen, berdiri sosok pria berjas hitam dengan kaca mata tersangga rapi di tulang hidungnya yang mancung. Stela Wen yang terkejut, sudah mendongakkan wajah, pun dengan Jacob.

“Si-siapa kau?” tanya Stela Wen sesenggukan.

“Apa kau sungguh lupa?” Pria itu menyeringai.

Jika Stela Wen melihatnya ngeri, Jacob yang penggila pria berpawakan tinggi justru terpesona.

“Aku bahkan sangat mengenalmu.” Pria itu berkata lagi.

Stela Wen mengusap air matanya sambil berdiri. Ia mencoba mengamati sebagian wajah pria itu yang pandangannya tertuju ke arah jalanan.

“Siapa kau?” Stela bertanya lagi.

“Kalau kau tidak ingat, ya sudah.” Dia angkat kedua bahu. “Huh, aku bahkan sudah mengetahui segala tentangmu, termasuk bagian dalam tubuhmu.”

“A-Apa?” Stela Wen ternganga dan membelalakkan mata, pun dengan Jacob.

Sebelum Stela Wen tersadar dan berencana hendak mengejar pria itu, pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

“Hei!” teriak Stela hingga tubuhnya mencondong.

Mobil itu melaju meninggalkan Stela Wen yang dirundung pertanyaan.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
nagess...gk usa nagess woii,nikmati aja drama laki lo..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status