Share

Bab 4

Author: Lusia Sudarti
last update Last Updated: 2024-08-19 20:30:29

4. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku

Mencoba Untuk Tegar

Penulis : Lusia Sudarti

Part 4

Dengan cekatan aku menyelesaikan pekerjaanku. Selepas dari sini aku harus kerumah Juragan Agung. Karena istri Juragan Agung yang terkenal judes.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Num, ini baju untuk Fandi Anakmu, untuk Kurnia gak ada karena Anak saya cowok!" ujar Juragan Sekar sembari menaruh sekantong plastik yang lumayan besar.

Beliau menyunggingkan senyum ramah yang menyejukkan hatiku.

"Terima kasih Juragan. Anak saya pasti suka ...!" jawabku sambil meraih sepotong kaos putih yang berbahan tebal dan bagus.

"Maaf ya Num, jangan berprasangka buruk kepada saya karena memberi barang bekas, bukan saya menghina keluargamu!" juragan Sekar melipat kedua tangannya.

"Enggak apa Juragan," jawabku tersenyum.

"Justru saya sangat berterima kasih, Fandi pasti suka sekali," imbuhku lagi.

"Oh iya Num, ini ada sayuran segar dan sayur mateng, dari pada gak ada yang makan lebih baik buat kamu aja. Karena nanti malam kami ada acara keluarga di rumah Ibu!" Juragan Sekar memberi dua kantong plastik berisi sayuran mentah dan mateng kepadaku.

Aku tertegun menatap kantong plastik yang berisi sayuran ditanganku, dalam hati aku sangat bersyukur karena Anak-anakku bisa makan enak.

"Terimakasih banyak Juragan. Juragan Sekar begitu baik terhadap saya," ujarku sembari menitikkan air mata.

"Enggak usah kamu risau Num, saya ikhlas kok. Toh berbagi itu gak salah kan," sahut juragan Sekar sambil tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit dulu Juragan," ujarku sambil menunduk.

"Iya Num, silahkan. Kamu juga masih harus ketempat Pak Agung kan ...?" tanya beliau sambil menatapku.

"Iya Juragan dan saya ucapkan terimakasih banyak atas semua ini."

"Sama-sama Num," Juragan Sekar tersenyum sembari mengantarkan aku hingga ke teras.

Aku melangkah dengan sedikit tertatih karena aku membawa beberapa kantong plastik berukuran besar dan kecil dikedua tanganku.

Sembari melangkah aku berfikir, mungkin sebaiknya aku pulang dulu kerumah menaruh semua plastik yang aku bawa.

Teriknya matahari tak membuatku menyerah, meskipun keringat bercucuran membasahi tubuh dan wajahku.

"Wah hebat ya, selain jadi babu kamu juga pandai menjilat! Banyak sekali barang-barang dari hasil menjilat."

Aku terkejut saat mendengar ucapan seseorang dibelakangku dengan nada hinaan.

Sontak ....!

Aku memutar tubuh hingga 90°.

Bude Sinta berdiri tegak tepat dibelakangku, ia melipat kedua tangannya bersilang didada.

Hatiku menjadi sangat geram mendengar hinaan-nya yang menurutku telah berada diluar batas.

"Apa maksud bude bicara seperti itu!" jawabku dengan suara sedikit lantang.

Aku tak peduli dengan keadaan sekitar dan tatapan orang-orang kepadaku.

"Kenapa kamu sewot! Bukankah semua yang saya katakan itu adalah kenyataan, kalo tidak mana mungkin kamu mendapatkan begitu banyak barang," jawabnya dengan seringai yang menghias bibirnya yang tebal.

"Bude, jika ingin dihargai oleh orang lain! Setidaknya jagalah lisan saat berbicara dengan orang. Dan jika tak ingin membantu kesulitan orang lain, hendaknya jangan menghina.

Roda itu berputar Bude, sekarang ini Bude berada diatas angin. Mungkin esok atau lusa, angin itu memporak-porandakan kekayaan yang bude miliki," jawabku dengan tenang.

Raut wajah bude Sinta seketika berubah merah padam mendengar ucapanku.

"Kamu menyumpahin saya ya! Kurang aj@r sekali kamu berani mendoakan yang buruk untuk saya," jawabnya dengan wajah berang.

"Saya tidak mendoakan. Saya hanya mengingatkan bahwa azab itu nyata!" aku segera bergegas meninggalkan Bude Sinta yang semakin dibakar amarah.

"Awas ya kamu! Aku tak akan memberi hutangan lagi kepadamu dan keluargamu."

Aku tak menanggapi semua ocehannya, hatiku terasa begitu nyeri karena selalu mendapatkan hinaan dan cemoohan dari Bude Sinta yang tak mempunyai perasaan sama sekali.

'Apa salahku ya Allah, hingga Engkau menimpakan semua ujian ini kepadaku dan keluargaku," lirih bathinku.

Setiap berpapasan dengan pengguna jalan, mereka memperhatikanku tanpa berkedip. Entah apa yang ada difikiran mereka, aku tak peduli.

Aku menyadari keadaanku yang serba kekurangan, namun aku tak pernah meminta atau pun mengemis kepada siapa pun.

Aku masih sanggup untuk bekerja membantu suamiku. Meskipun hanya seorang pembantu.

Namun itu adalah pekerjaan yang halal.

Aku memotong jalan melalui jalan setapak di perkebunan warga. Aku tak ingin waktuku terbuang karena melewati jalan utama yang lumayan jauh.

Melewati jalan setapak ini lebih mempersingkat waktu.

Seandainya tadi tak berjumpa dengan Bude Sinta mungkin saat ini aku telah berada di kediaman Juragan Agung.

Dari kejauhan gubukku telah nampak, gubuk yang telah reot, namun seperti surga buatku dan keluargaku. Perlahan namun pasti, langkah telah membawaku kedapur dan aku membuka pintu yang memang tak terkunci.

Krieeett!

Aku melangkah masuk menuju meja makan dan menaruh semua plastik lalu melangkah keluar kembali untuk melanjutkan pekerjaan di rumah Juragan Agung.

Anak-anakku saat ini pasti sedang terlelap. Dan aku tak ingin mengganggu istirahat mereka.

"Eh Hanum. Mau kerja ya?" aku mendongak kearah sumber suara yang berada disamping kiriku.

"Iya Sel, mau kerumah Juragan Agung," sahutku kepada Selvi yang sedang menatapku dengan tatapan sinis.

"Num wajah kamu kok semakin kusam begitu ya ... kira-kira Bang Hardi apa betah melihatnya."

Aku hanya diam dan mempercepat langkahku agar menjauh dari janda genit yang terkenal suka menggoda suami orang. Aku merasa sakit hati dengan semua hinaan Selvi kepadaku, namun aku berusaha untuk mengobatinya.

"Eh Num ... jaga lakimu supaya tak tergoda cewek yang lebih pandai merawat diri ....!" teriak Selvi. Aku tak menghiraukan teriakannya.

'Kamu tak pernah mengalami apa yang aku alami. Dan aku bukan perempuan sepertimu," lirihku dalam hati.

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

"Assalamualaikum ...!" aku mengucap salam saat tiba dikediaman Juragan Agung.

Terdengar kunci diputar dari dalam lalu knop pintu meliuk kebawah.

"Kamu Num? Kirain gak datang!" jawab Rita Istri Juragan Agung, sembari menatapku datar.

"Maaf sedikit terlambat Juragan!" jawabku sambil menunduk.

"Ya sudah ayo masuk!" titahnya sambil melangkah masuk. Sementara aku mengekor dibelakangnya.

Aku segera mengerjakan tugasku seperti biasa.

"Num lain kali jangan terlambat lagi ya! Karena kalau kamu terlambat saya akan kurangi upah kamu!" ancamnya.

Aku terkejut mendengar ucapannya.

"Baik Juragan. Tapi saya mohon jangan potong gaji saya," jawabku memelas.

Namun tak ada tanggapan darinya, bahkan Juragan Rita melenggang dengan santainya meninggalkan ruang setrika.

Aku hanya mampu mengusap dada yang sedikit nyeri.

Tak terasa air mataku menitik, aku segera menghapusnya agar tak terlihat lemah dan rapuh.

'Sabar Num, ini semua ujian buatmu," bathinku berucap.

Aku segera menyelesaikan semua pekerjaanku, entah mengapa hati dan perasaanku akhir-akhir ini merasa tak tenang.

Ingin aku segera pulang untuk menemui Bang Hardi Suamiku.

(Bersambung)

Kira-kira apa yang akan terjadi pada Hanum? Jangan lupa like, follow dan dukungannya bundsay🙏

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 103(TAMAT)

    103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 103(TAMAT)

    103. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Nasi Aking, Karena Telah Memberikan Kesuksesan. Penulis : Lusia Sudarti "Lho ... ada apa disana Mbak!" seru Mbak Murti sambil berlari keluar. Part 103(TAMAT) 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 "Heehh, Hanum ... bicara apa kamu sama putriku haah!" Sungguh, aku sangat terkejut mendengar teriakan Rania yang membuat heboh suasana restaurant milikku yang semula begitu tenang dan tentram. Aku dan Mbak Murti saling tatap karena tak mengerti maksud kedatangan Rania dengan marah-marah.Para pengunjung terdiam menatap Rania yang sedang emosi. Mereka yang sedang menikmati makanan di meja masing-masing saling berbisik.Aku sangat merasa malu karena situasi diluar dugaan ini.Namun aku berusaha menghadapi sikap Rania, untuk menghindari kemungkinan yang lebih buruk lagi. "Ada apa Rania? Silahkan duduk, kita bicarakan dengan baik-baik. Maaf, tak enak disaksikan semua pengunjung disini!" ucapku lembut sambil menatap para pengunjung yang nampak terganggu

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 102

    102. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mencari Pegawai Baru. Penulis : Lusia Sudarti"Alita ..." Baik aku dan Fandi sama-sama menyebut nama Alita.Part 102🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Aku dan Fandi berfikiran sama, sama-sama menebak bahwa yang menjatuhkan vas bunga kristal milikku adalah Alita. Terdengar derap langkah kaki di tangga lantai atas. "Ada apa Dek, sepertinya ada suara benda terjatuh?" tanya Mas Indra, sembari melangkah menuju kearah kami dengan tatapan bingung. Aku hanya terdiam, namun tatapan aku arahkan ke lantai, dimana vas bunga kristal berhamburan di lantai. "Itu Ayah ..." Fandi menunjuk kearah lantai dengan telunjuknya. Mas Indra mengikuti arahanku dan Fandi. "Kenapa Bang, bisa jatuh?" tanya Mas Indra, kemudian menatapku meminta penjelasan. Aku hanya mengangkat bahu, karena memang aku tak tahu. "Abang enggak tahu Yah. Sebentar Abang ambil sapu dulu Yah!" seru Fandi sambil melangkah ke dapur mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kristal. "Iya Bang. Panggil aja

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 101

    101. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Kedatangan Alita, Putri Dari Rania. Penulis : Lusia Sudarti'Ya Allah, terima kasih tak terhingga hamba panjatkan kepada-Mu. Terima kasih atas semuanya," doaku dalam hati. "Ibu, kami memberikan hadiah untuk Ibu, terimalah Ibu!" ujar Fandi memberikan tiga buah amplop besar kepadaku.Part 101 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ..."Assalamualaikum Ibu, Ayah! Abang pulang nih!" seru Fandi yang tiba-tiba telah berada di dapur. "Waalaikum salam, Abang! Ba---ru pulang." Aku menjeda ucapanku saat baru menyadari jika ada seseorang dibelakang Fandi yang berdiri dengan malu-malu. "Lho, itu siapa Bang? Cantik sekali!" seruku. Aku tak dapat menyimpan rasa penasaranku tentang teman wanitanya. "Oh itu, namanya Alita Bu!" jawab Fandi sembari mencium punggung tanganku dan Mas Indra. "Nama yang cantik, secantik orang ..." Ucapanku terjeda, saat tiba-tiba teringat sesuatu tentang nama yang Fandi ucapkan. "Ibu ... Bu, kok bengong?" tanya Fandi sambil m

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 100

    100. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Mas Indra Memberikan Kejutan Tak Terduga Di Hari Ultahku. Penulis : Lusia SudartiBrruughh Prannkkk Barang-barang di tanganku jatuh berhamburan di lantai, sementara aku hampir saja terjatuh. Namun sebuah tangan menangkap tubuhku dan .... Part 100.🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Untuk beberapa detik, nyawaku seolah tidak berada dalam ragaku. Tanpa sadar aku menatap seseorang yang sedang memelukku dan juga menyelamatkan aku ketika aku hampir tersungkur. "Ohh ... ternyata begini kelakuan istri dari Pak Indra dibelakang suaminya! Sungguh tidak aku duga, hijabnya hanya untuk menutupi kedok busuknya." Plokk, plokk, plokk. Suara tepuk tangan dan ujaran penuh kebencian menyadarkan aku dari situasi yang tidak aku duga sebelumnya. Aku dan seorang lelaki yang telah menyelamatkan aku sama-sama terkejut dan sontak sama-sama melepas pelukan. "Maaf Mbak, saya tidak sengaja!" kata Pak Dewa dengan raut wajah bersalah.Aku pun demikian. "Saya juga minta maaf Pak."

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 99

    99. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah Penulis : Lusia SudartiKarena sibuk dengan hati yang sedang meronta, aku tak menyadari kehadiran Mas Indra yang kini memelukku dan kemudian mengangkat tubuhku, dibaringkan diatas ranjang. Nafasku tercekat melihat tatapannya. Part 99🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Keesokan harinya ... "Pagi Mbak!" sapa Mbak Murti saat aku berada di warung. Aku tersenyum. "Pagi juga Mbak. DGimana warung kita selama aku punya banyak masalah?" tanyaku. Mbak Murti menatapku, senyum selalu terukir di wajahnya. "Alhamdulillah banyak perubahan Mbak, semakin laris dan ramai. Oh iya Mbak, aku ... aku!" kata-kata Mbak Murti terbata. Aku menatapnya dengan kening bertaut."Ada apa Mbak? Katakan?" desakku. Mbak Murti menunduk dengan wajah memerah. "Itu Mbak, aku mau menikah sama Mas Yusuf." Aku terbelalak mendengar pengakuannya."Oh iya ... bagus dong Mbak. Bisa sama-sama bekerja disini, selamat ya Mbak Murti. Jadi kapan rencana Mbak Murti akan meni

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 98

    98. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Terima Kasih Ya Allah, Atas Nikmat Dari-Mu. Penulis : Lusia Sudarti"Enggak apa-apa Mbak, enggak usah takut," ujar Mas Indra memenangkan kami. Part 98 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀5 bulan kemudian ... "Mas lihat, putra kita semakin mont0k," seruku kepada Mas Indra sembari menggendong putraku yang kini berusia tiga bulan. Ya, aku telah melahirkan secara normal berjenis kel4min laki-laki dan aku beri nama Harry Dewantara.Aku bahagia hidup dengan Mas Indra, suami keduaku. Meskipun aku seorang janda, namun Mas Indra tetap mencintaiku dengan tulus tanpa syarat. Ujian dan cobaan telah aku lalui dan aku menjadi pemenangnya. Mas Indra tersenyum. "Sini putra Ayah." Aku melangkah menghampiri Mas Indra yang sedang sibuk dengan laptopnya. "Huumm, udah wangi sekali putra Ayah!" ucapnya sambil menciumi kedua pipi putranya dengan gemas. "Titip dulu ya Mas. Hanum mau bikin kopi buat Mas!" kataku sambil melangkah. "Iya Ibu, biar jagoan Ayah sama Ayah dulu."

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 97

    97. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Rania Tetap Dengan Pendiriannya. Penulis : Lusia SudartiRania mengusap cairan merah dari bibirnya akibat tamparanku, kemudian dia pergi dengan menghentakkan kakinya dengan keras.Part 97🥀🥀🥀🥀🥀🥀Baru saja aku menjatuhkan bobotku di kursi dengan bantuan Mas Indra. Tiba-tiba Rania datang kembali dan kali ini dia membawa gunting untuk mengancam Mas Indra dan diriku. "Mas, aku menuntut hakku sebagai seorang istri yang telah lima tahun lamanya belum pernah mendapatkan nafkah bathin darimu!" ancam Rania sambil mengangkat tangan kirinya dan bersiap melukai dirinya sendiri. Aku terhenyak mendengar dan melihat ancaman dari Rania. Mas Indra panik melihatku yang mendadak lemas. Sementara aku melihat kilatan puas dari wajah dan tatapan Rania. Namun Mas Indra tetap tenang dan tidak terpengaruh sama sekali dengan ancamam Rania. Mas Indra panik melihatku yang tampak shock karena perbuatan Rania yang diluar akal sehat. Rania masih berdiri dengan

  • Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku   Bab 96

    96. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Separuh Bongkahan Hatiku Yang Tersisa Untuk Mu. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengarnya, entahlah percaya atau tidak percaya!Yang pasti aku akan mendengarkan semua ceritanya.Part 96Malam semakin beranjak, dan aku tak dapat memicingkan kedua mataku. Aku teringat kata terakhir yang membuatku semakin kecewa dan sakit hati. "Rania meminta waktu kepada Mas, agar tidak menceraikannya dalam waktu-waktu dekat ini Sayang! Karena dia masih belum mendapatkan pekerjaan." "Mas menyanggupinya?" tanyaku sedikit ketus. Mas Indra menatapku. "Ya, setidaknya sampai Mas dapat menghubungi ayah biologis anaknya." "Apa Mas yakin, jika itu bukan d4r4h daging Mas?" tanyaku penuh selidik. "Bukan Sayang. Mas dan juga Dipta yang membawa sample untuk tes DNA dan hasilnya negatif." "Baiklah Mas! Untuk saat ini, Hanum percaya sama Mas." Mas Indra memelukku dengan erat dan penuh kasih sayang. Namun aku tak membalasnya sama sekali, karena aku pun belum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status