Accueil / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 116. Mawar Merah dan Kematian

Share

Bab 116. Mawar Merah dan Kematian

Auteur: Te Anastasia
last update Dernière mise à jour: 2025-11-28 14:38:02

Awan hitam menghiasi di langit kota Fratz. Jam menunjukkan pukul setengah lima sore. Maxim baru saja keluar dari dalam kantornya bersama Logan yang berjalan di belakangnya.

"Tuan Maxim, pagi tadi saya mendapat kabar dari Tuan Rollend, beliau sudah menemui Tuan Brian," ujar Logan pada Maxim.

"Heem, aku sudah tahu."

"Saat ini mereka pergi ke Barchen untuk melihat tanah pertambangan di hutan Arfu dan juga kediaman utama Keluarga Linton," lanjut Logan.

Ekspresi datar Maxim menjadi semakin dingin. Tidak ada guratan senyuman sama sekali di kedua sudut bibirnya.

Semua pusat pikirannya kini tertuju pada Marieana. Gadis itu, tidak tahu apa-apa tentang semua ini.

"Antarkan aku ke toko bunga," ajak Maxim pada Logan.

Ajudannya itu terdiam sejenak, ia pikir Tuannya akan mengatakan hal yang penting, tetapi justru mengajaknya ke toko bunga.

Logan tidak menolak, ia pun menganggukkan kepalanya dan patuh.

"Baik, Tuan."

Mereka segera masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi. Hujan der
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 193. Sampai Hati Kau Padaku, Maxim

    Sejak mendengar obrolan Logan dan Bibi Letiti semalam, Margaret merasa hidupnya seperti dihujani oleh derita. Awalnya ia mengira kesedihan ini hanyalah hormon dari efek kehamilannya, tapi kenyataannya kesedihan yang ia rasakan adalah hal nyata yang terasa sangat menyakitkan. Pagi ini, di dalam ruangan keluarga di lantai dua, Margaret duduk di atas sebuah kursi kayu, menatap ke arah jendela luar memperhatikan pemandangan pagi yang berembun dan dingin. Sejak lima menit yang lalu, Margaret mencoba menghubungi Maxim. Margaret ragu panggilannya akan dijawab, namun beberapa detik kemudian terdengar suara di balik panggilan itu. "Halo..." Suara dalam dan tenang itu membuat tubuh Margaret menggigil seketika. "Halo, Maxim," panggil Margaret lirih. Wajah gadis itu pucat seperti tembok, pipinya masih basah karena tidak berhenti menangis memikirkan laki-laki yang sangat ia cintai itu. "Ada apa, Sayang? Mengapa menghubungiku?" tanya Maxim dengan nada seperti tidak terbebani sama sekali. B

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 192. Uangmu Tidak Bisa Membeli Sakit dan Rinduku

    Sejak pagi hingga siang hari, Maxim sangat sibuk bertemu dengan banyak orang-orang penting. Ia juga tengah mengurus beberapa surat keluarga, dimana Maxim mencoret nama Brian beserta anak dan istrinya dari Keluarga Valdemar. Maxim melangkah masuk ke dalam rumahnya petang ini, setelah kembali dari kantornya. Laki-laki itu menyampirkan jas berwarna navy di lengan kiri dan berjalan sembari melepas kaca mata beningnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Andrew menatap Maxim. "Di dalam ada Logan yang sedang menunggu Anda." "Heem." Hanya jawaban itu yang terucap dari bibir Maxim. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah. Maxim mendekati ruangan keluarga di mana Logan berada di sana. Begitu Maxim muncul, Logan segera beranjak dari duduknya dan laki-laki itu menundukkan kepalanya penuh hormat pada sang Tuan. “Selamat malam, Tuan…” "Ada apa?" tanya Maxim tanpa basa-basi, ia duduk di sebuah sofa di dalam ruangan itu. "Tuan, saya datang kemari ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya. "Se

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 191. Aku Tidak Takut Padamu, Camila!

    "Tutup mulutmu, Camila! Sudah aku tekankan padamu bahwa kau tidak tahu apapun tentang aku dan Maxim!" Margaret menatap sengit Camila yang kian mengeraskan suaranya, seolah-olah agar didengar oleh semua orang. Camila tersenyum tipis dan ia menggelengkan kepalanya pelan. Perlahan, wanita itu berjalan dua langkah mendekati Margaret dan berbisik. "Kalau kau tidak percaya dengan ucapanku, tunggu saja... Maxim, tidak akan peduli denganmu, bahkan dengan orang-orang yang kau sayangi. Dia merawatmu dengan baik semata-mata karena kau hamil anaknya, dan kau punya kekayaan yang besar milik mendiang orang tuamu. Ingat ucapanku baik-baik, Margaret. Kalau kau tidak percaya, kau bisa membuktikannya sendiri!" Margaret menepis tangan Camila yang menyentuh pundaknya, napasnya naik turun menatap wanita jahat itu. "Maxim tidak seperti yang kau pikirkan," desis Margaret lirih. "Heem. Tidak masalah kalau kau memang berpikir seperti itu. Yang harus kau lakukan, adalah membuktikannya." Camila terk

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 190. Wanita Licik dan Berbisa

    Keesokan paginya, Margaret terbangun dari tidurnya saat hari masih petang. Margaret menghela napasnya pelan dan mengusap perutnya yang tidak sesakit semalam. Gadis itu menoleh ke sofa seberang di mana Pelayan Letiti tertidur di sana. Margaret menatap dalam-dalam wanita itu. saat bersama Pelayan Letiti, rasanya seperti saat ia ditemani oleh Bibi Erika. "Bibi," panggil Margaret pelan. Wanita setengah baya itu langsung tersentak dan bergegas bangun menatap Margaret. "Iya, Nona? Kenapa? Masih sakit, ya?" tanya, wanita itu buru-buru mendekati Margaret. Margaret tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Dalam situasi seperti ini, Margaret merasa dikekang oleh keadaan, bahkan untuk pulang bertemu Nenek dan Bibinya pun ia tidak boleh. Hingga tiba-tiba, Margaret mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh wanita tua yang kini akan ia panggil dengan sebutan Bibi Letiti. Wanita itu terkejut begitu Margaret memeluknya erat. Ia tersenyum lembut dan mengusap punggung gadis itu, Letiti m

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 189. Aku Membutuhkanmu Saat ini, Maxim

    Sedangkan di Laster, Margaret terkejut melihat kabar berita besar yang beredar dari Fratz. Nama orang tuanya, Julian Linton dan Dahlia Linton kembali ramai diperbincangkan oleh publik.Lebih tepatnya, sejak berita itu tersebar ke mana-mana dan terungkap kisah tragis di balik kematian mereka yang dibunuh oleh Brian Valdemar. Kini, Margaret berdiri di teras depan rumah membaca berita itu dari sebuah surat kabar yang dibawa oleh Pelayan Letiti. Perasaan Margaret diliputi oleh rasa cemas yang menyesakkan. 'Jadi, kepergian Maxim selama berbulan-bulan untuk hal ini?' batin gadis itu. Margaret mengalihkan pandangannya, ia menatap pemandangan taman rumahnya yang diselimuti sedikit salju. "Maxim," lirih Margaret dengan suara sedih. "Bagaimana dengannya saat ini? Pasti dia sibuk didatangi oleh banyak orang. Bagaimana kalau orang-orang itu menyudutkan Maxim karena Brian juga masih memakai nama Valdemar?" Margaret memijit pelipisnya dan menarik napasnya panjang. Hatinya mulai diliputi benih

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 188. Tamatlah Riwayatmu, Brian!

    Beredarnya berita pembunuhan sepasang konglomerat Barchen sepuluh tahun lalu yang dilakukan oleh Brian, telah tersebar di seluruh pelosok negeri. Tak hanya berita biasa, bahkan semua bukti pun lengkap diungkapkan dalam berita itu. Brian bersama David dan juga Arzura, kini bersembunyi di sebuah rumah baru yang mereka beli beberapa waktu terakhir. Brian tidak bisa tenang. Ia terus digentayangi rasa takut setiap detik, setiap notif ponsel yang tidak ada hentinya, dan gambarnya yang terpajang di mana-mana, termasuk di suara televisi. Istrinya juga terus menangis sejak pagi. "Bagaimana ini, Pa? Apa yang harus kita lakukan? Polisi sedang mencarimu saat ini," ujar Arzura menangis sembari duduk lemas di sofa. "Tenanglah, Arzura! Kalau kau merengek seperti ini, aku tidak bisa berpikir!" pekik laki-laki itu pada istrinya. "Iya, Ma. Tidak hanya Mama yang bingung di sini!" sahut David dengan ekspresi kesalnya. Laki-laki muda itu menyugar rambut hitamnya dan berdecak berkali-kali. "Sial! Ba

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status