Share

Bab 8. Bekas Tanda Ciumanmu

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-02 18:19:31

Maxim telah berlalu meninggalkan kamar Marieana beberapa menit yang lalu setelah meminta maaf atas apa yang terjadi.

Kini, Marieana berdiri mematut pantulan dirinya pada sebuah cermin di dalam kamar mandi. Hatinya seperti tercabik saat membuka kimono yang menutup tubuhnya. Bagaimana tidak, tanda merah jejak bibir Maxim masih tertinggal jelas di sana.

"Lihatlah, betapa menjijikkan tanda-tanda ini…." Suaranya seperti tertahan di kerongkongan.

Gadis itu seketika merasa jijik pada dirinya sendiri. Tanda kemerahan pekat yang dibuat oleh Paman suaminya, sekaligus musuhnya, kini memenuhi bagian leher dan dada.

Marieana mengepalkan kedua tangannya dan mengusap wajahnya kasar.

Gadis itu menggelengkan kepalanya kepala cepat. "Tidak! Tidak ada waktu untuk menyesali semua ini, Marieana!" serunya menguatkan diri sendiri.

Dia sudah sejauh ini. Tak mungkin mundur begitu saja.

Marieana segera membersihkan sekujur tubuhnya. Ia juga mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih tertutup agar tanda
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 194. Ketika Dia Penjahat Bertemu

    Informasi dan berita telah tersebar luar di pelosok negeri, tentang tertangkapnya Brian dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Bahkan kabar itu tidak luput dari telinga Camila. Hingga wanita itu kini menemui David dan Arzura. Camila menjadikan momen tersebut sebagai kesempatan untuknya memanfaatkan orang-orang itu dan kembali mendekati Maxim. Di dalam rumah sederhana, Camila duduk di sebuah sofa berhadapan dengan David dan Arzura yang tengah diselimuti luka. "Mau apa kau ke sini? Bukannya kau juga diusir oleh Maxim?!" pertanyaan bernada sengak itu terlontar dari bibir David pada Camila. Wanita berambut sebahu itu tersenyum. "Ya ... aku memang diusir. Tapi, apakah kau juga ingin mengusirku sekarang?" tanya wanita itu. "Jangan basa-basi, Camila!" desis David. Arzura menarik lengan putranya. Wanita setengah baya berwarna pucat itu menatap Camila lekat-lekat. "Apa tujuanmu ke sini?" tanya Arzura. "Kau sudah tahu 'kan, kalau suamiku sekarang di penjara?" Wanita muda itu mengangguk. "Iy

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 193. Sampai Hati Kau Padaku, Maxim

    Sejak mendengar obrolan Logan dan Bibi Letiti semalam, Margaret merasa hidupnya seperti dihujani oleh derita. Awalnya ia mengira kesedihan ini hanyalah hormon dari efek kehamilannya, tapi kenyataannya kesedihan yang ia rasakan adalah hal nyata yang terasa sangat menyakitkan. Pagi ini, di dalam ruangan keluarga di lantai dua, Margaret duduk di atas sebuah kursi kayu, menatap ke arah jendela luar memperhatikan pemandangan pagi yang berembun dan dingin. Sejak lima menit yang lalu, Margaret mencoba menghubungi Maxim. Margaret ragu panggilannya akan dijawab, namun beberapa detik kemudian terdengar suara di balik panggilan itu. "Halo..." Suara dalam dan tenang itu membuat tubuh Margaret menggigil seketika. "Halo, Maxim," panggil Margaret lirih. Wajah gadis itu pucat seperti tembok, pipinya masih basah karena tidak berhenti menangis memikirkan laki-laki yang sangat ia cintai itu. "Ada apa, Sayang? Mengapa menghubungiku?" tanya Maxim dengan nada seperti tidak terbebani sama sekali. B

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 192. Uangmu Tidak Bisa Membeli Sakit dan Rinduku

    Sejak pagi hingga siang hari, Maxim sangat sibuk bertemu dengan banyak orang-orang penting. Ia juga tengah mengurus beberapa surat keluarga, dimana Maxim mencoret nama Brian beserta anak dan istrinya dari Keluarga Valdemar. Maxim melangkah masuk ke dalam rumahnya petang ini, setelah kembali dari kantornya. Laki-laki itu menyampirkan jas berwarna navy di lengan kiri dan berjalan sembari melepas kaca mata beningnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Andrew menatap Maxim. "Di dalam ada Logan yang sedang menunggu Anda." "Heem." Hanya jawaban itu yang terucap dari bibir Maxim. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah. Maxim mendekati ruangan keluarga di mana Logan berada di sana. Begitu Maxim muncul, Logan segera beranjak dari duduknya dan laki-laki itu menundukkan kepalanya penuh hormat pada sang Tuan. “Selamat malam, Tuan…” "Ada apa?" tanya Maxim tanpa basa-basi, ia duduk di sebuah sofa di dalam ruangan itu. "Tuan, saya datang kemari ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya. "Se

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 191. Aku Tidak Takut Padamu, Camila!

    "Tutup mulutmu, Camila! Sudah aku tekankan padamu bahwa kau tidak tahu apapun tentang aku dan Maxim!" Margaret menatap sengit Camila yang kian mengeraskan suaranya, seolah-olah agar didengar oleh semua orang. Camila tersenyum tipis dan ia menggelengkan kepalanya pelan. Perlahan, wanita itu berjalan dua langkah mendekati Margaret dan berbisik. "Kalau kau tidak percaya dengan ucapanku, tunggu saja... Maxim, tidak akan peduli denganmu, bahkan dengan orang-orang yang kau sayangi. Dia merawatmu dengan baik semata-mata karena kau hamil anaknya, dan kau punya kekayaan yang besar milik mendiang orang tuamu. Ingat ucapanku baik-baik, Margaret. Kalau kau tidak percaya, kau bisa membuktikannya sendiri!" Margaret menepis tangan Camila yang menyentuh pundaknya, napasnya naik turun menatap wanita jahat itu. "Maxim tidak seperti yang kau pikirkan," desis Margaret lirih. "Heem. Tidak masalah kalau kau memang berpikir seperti itu. Yang harus kau lakukan, adalah membuktikannya." Camila terk

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 190. Wanita Licik dan Berbisa

    Keesokan paginya, Margaret terbangun dari tidurnya saat hari masih petang. Margaret menghela napasnya pelan dan mengusap perutnya yang tidak sesakit semalam. Gadis itu menoleh ke sofa seberang di mana Pelayan Letiti tertidur di sana. Margaret menatap dalam-dalam wanita itu. saat bersama Pelayan Letiti, rasanya seperti saat ia ditemani oleh Bibi Erika. "Bibi," panggil Margaret pelan. Wanita setengah baya itu langsung tersentak dan bergegas bangun menatap Margaret. "Iya, Nona? Kenapa? Masih sakit, ya?" tanya, wanita itu buru-buru mendekati Margaret. Margaret tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Dalam situasi seperti ini, Margaret merasa dikekang oleh keadaan, bahkan untuk pulang bertemu Nenek dan Bibinya pun ia tidak boleh. Hingga tiba-tiba, Margaret mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh wanita tua yang kini akan ia panggil dengan sebutan Bibi Letiti. Wanita itu terkejut begitu Margaret memeluknya erat. Ia tersenyum lembut dan mengusap punggung gadis itu, Letiti m

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 189. Aku Membutuhkanmu Saat ini, Maxim

    Sedangkan di Laster, Margaret terkejut melihat kabar berita besar yang beredar dari Fratz. Nama orang tuanya, Julian Linton dan Dahlia Linton kembali ramai diperbincangkan oleh publik.Lebih tepatnya, sejak berita itu tersebar ke mana-mana dan terungkap kisah tragis di balik kematian mereka yang dibunuh oleh Brian Valdemar. Kini, Margaret berdiri di teras depan rumah membaca berita itu dari sebuah surat kabar yang dibawa oleh Pelayan Letiti. Perasaan Margaret diliputi oleh rasa cemas yang menyesakkan. 'Jadi, kepergian Maxim selama berbulan-bulan untuk hal ini?' batin gadis itu. Margaret mengalihkan pandangannya, ia menatap pemandangan taman rumahnya yang diselimuti sedikit salju. "Maxim," lirih Margaret dengan suara sedih. "Bagaimana dengannya saat ini? Pasti dia sibuk didatangi oleh banyak orang. Bagaimana kalau orang-orang itu menyudutkan Maxim karena Brian juga masih memakai nama Valdemar?" Margaret memijit pelipisnya dan menarik napasnya panjang. Hatinya mulai diliputi benih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status