Home / Romansa / Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku / Bab 9. Saling Terperangkap

Share

Bab 9. Saling Terperangkap

Author: Te Anastasia
last update Huling Na-update: 2025-10-03 16:11:13

"Sayang, apa kau akan pergi cukup lama?"

Marieana mengeratkan pelukan tangannya di lengan David saat mereka baru saja keluar dari dalam kamarnya.

Suaminya sudah siap dengan balutan pakaian rapi karena hari ini ia akan pergi ke luar kota.

"Entahlah, Marieana. Kota Balden sangat jauh, mungkin aku akan kembali lusa," jawab pria itu sembari mengecup pucuk kepala Marieana. "Tapi tidak perlu khawatir, oke?"

Marieana menghentikan langkahnya di selasar lantai dua, lalu menatap pria tampan di hadapannya dengan lekat. Terkadang, ada rasa kasihan di hati Marieana pada David yang ia gunakan sebagai jembatan balas dendam.

Marieana tidak pernah memiliki rasa cinta sedikit pun padanya meski David memperlakukannya dengan sangat baik. Ia juga selalu berkilah dan mencari alasan tiap kali David ingin menyentuhnya lebih.

Tubuh Marieana tersentak ketika jemari tangan David membelai pipinya.

Pria itu tersenyum lembut. "Kenapa malah melamun menatapku?" David terkekeh dan memeluknya. "Ayolah ... aku be
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 195. Rencana Kepulangan Maxim dan Firasat Buruk Margaret

    Beberapa hari telah berlalu. Sore ini, Maxim keluar dari dalam kantor perusahaannya bersama Kalix yang membawakan tas dan berkas-berkas penting hasil meeting beberapa perusahaan. Suasana kota Fratz hari ini lebih ramai dari biasanya. Sebuah festival pasar malam ramai digelar di alun-alun kota, di seberang air mancur yang berada di jantung kota. Tempat itu tampak meriah. Dari dalam mobil, Maxim menatap pemandangan sekitar kota yang ramai, cahaya matahari sore yang bersinar lembut. Hatinya merasa gelisah oleh desiran rindu. Ia sangat merindukan Margaret. Rasanya, sudah sangat lama ia tidak melihatnya senyuman gadis itu."Kalix, apa saja jadwalku besok?" tanya Maxim pada Kalix yang duduk di depan. "Besok ... hanya meeting pagi dengan Tuan Dante, Tuan," jawab Kalix. Maxim terdiam sesaat. "Batalkan meetingnya. Besok, aku akan kembali ke Laster," ucap Maxim. Kalix mengangguk. "Baik, Tuan." Sepanjang perjalanan, Maxim terus memikirkan Margaret. Ia sudah memutuskan untuk membelikan gadi

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 194. Ketika Dua Penjahat Bertemu

    Informasi dan berita telah tersebar luar di pelosok negeri, tentang tertangkapnya Brian dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Bahkan kabar itu tidak luput dari telinga Camila. Hingga wanita itu kini menemui David dan Arzura. Camila menjadikan momen tersebut sebagai kesempatan untuknya memanfaatkan orang-orang itu dan kembali mendekati Maxim. Di dalam rumah sederhana, Camila duduk di sebuah sofa berhadapan dengan David dan Arzura yang tengah diselimuti luka. "Mau apa kau ke sini? Bukannya kau juga diusir oleh Maxim?!" pertanyaan bernada sengak itu terlontar dari bibir David pada Camila. Wanita berambut sebahu itu tersenyum. "Ya ... aku memang diusir. Tapi, apakah kau juga ingin mengusirku sekarang?" tanya wanita itu. "Jangan basa-basi, Camila!" desis David. Arzura menarik lengan putranya. Wanita setengah baya berwarna pucat itu menatap Camila lekat-lekat. "Apa tujuanmu ke sini?" tanya Arzura. "Kau sudah tahu 'kan, kalau suamiku sekarang di penjara?" Wanita muda itu

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 193. Sampai Hati Kau Padaku, Maxim

    Sejak mendengar obrolan Logan dan Bibi Letiti semalam, Margaret merasa hidupnya seperti dihujani oleh derita. Awalnya ia mengira kesedihan ini hanyalah hormon dari efek kehamilannya, tapi kenyataannya kesedihan yang ia rasakan adalah hal nyata yang terasa sangat menyakitkan. Pagi ini, di dalam ruangan keluarga di lantai dua, Margaret duduk di atas sebuah kursi kayu, menatap ke arah jendela luar memperhatikan pemandangan pagi yang berembun dan dingin. Sejak lima menit yang lalu, Margaret mencoba menghubungi Maxim. Margaret ragu panggilannya akan dijawab, namun beberapa detik kemudian terdengar suara di balik panggilan itu. "Halo..." Suara dalam dan tenang itu membuat tubuh Margaret menggigil seketika. "Halo, Maxim," panggil Margaret lirih. Wajah gadis itu pucat seperti tembok, pipinya masih basah karena tidak berhenti menangis memikirkan laki-laki yang sangat ia cintai itu. "Ada apa, Sayang? Mengapa menghubungiku?" tanya Maxim dengan nada seperti tidak terbebani sama sekali. B

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 192. Uangmu Tidak Bisa Membeli Sakit dan Rinduku

    Sejak pagi hingga siang hari, Maxim sangat sibuk bertemu dengan banyak orang-orang penting. Ia juga tengah mengurus beberapa surat keluarga, dimana Maxim mencoret nama Brian beserta anak dan istrinya dari Keluarga Valdemar. Maxim melangkah masuk ke dalam rumahnya petang ini, setelah kembali dari kantornya. Laki-laki itu menyampirkan jas berwarna navy di lengan kiri dan berjalan sembari melepas kaca mata beningnya. "Selamat malam, Tuan," sapa Andrew menatap Maxim. "Di dalam ada Logan yang sedang menunggu Anda." "Heem." Hanya jawaban itu yang terucap dari bibir Maxim. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah. Maxim mendekati ruangan keluarga di mana Logan berada di sana. Begitu Maxim muncul, Logan segera beranjak dari duduknya dan laki-laki itu menundukkan kepalanya penuh hormat pada sang Tuan. “Selamat malam, Tuan…” "Ada apa?" tanya Maxim tanpa basa-basi, ia duduk di sebuah sofa di dalam ruangan itu. "Tuan, saya datang kemari ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya. "Se

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 191. Aku Tidak Takut Padamu, Camila!

    "Tutup mulutmu, Camila! Sudah aku tekankan padamu bahwa kau tidak tahu apapun tentang aku dan Maxim!" Margaret menatap sengit Camila yang kian mengeraskan suaranya, seolah-olah agar didengar oleh semua orang. Camila tersenyum tipis dan ia menggelengkan kepalanya pelan. Perlahan, wanita itu berjalan dua langkah mendekati Margaret dan berbisik. "Kalau kau tidak percaya dengan ucapanku, tunggu saja... Maxim, tidak akan peduli denganmu, bahkan dengan orang-orang yang kau sayangi. Dia merawatmu dengan baik semata-mata karena kau hamil anaknya, dan kau punya kekayaan yang besar milik mendiang orang tuamu. Ingat ucapanku baik-baik, Margaret. Kalau kau tidak percaya, kau bisa membuktikannya sendiri!" Margaret menepis tangan Camila yang menyentuh pundaknya, napasnya naik turun menatap wanita jahat itu. "Maxim tidak seperti yang kau pikirkan," desis Margaret lirih. "Heem. Tidak masalah kalau kau memang berpikir seperti itu. Yang harus kau lakukan, adalah membuktikannya." Camila terk

  • Setiap Malam, Paman Suamiku Membelaiku   Bab 190. Wanita Licik dan Berbisa

    Keesokan paginya, Margaret terbangun dari tidurnya saat hari masih petang. Margaret menghela napasnya pelan dan mengusap perutnya yang tidak sesakit semalam. Gadis itu menoleh ke sofa seberang di mana Pelayan Letiti tertidur di sana. Margaret menatap dalam-dalam wanita itu. saat bersama Pelayan Letiti, rasanya seperti saat ia ditemani oleh Bibi Erika. "Bibi," panggil Margaret pelan. Wanita setengah baya itu langsung tersentak dan bergegas bangun menatap Margaret. "Iya, Nona? Kenapa? Masih sakit, ya?" tanya, wanita itu buru-buru mendekati Margaret. Margaret tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Dalam situasi seperti ini, Margaret merasa dikekang oleh keadaan, bahkan untuk pulang bertemu Nenek dan Bibinya pun ia tidak boleh. Hingga tiba-tiba, Margaret mengulurkan kedua tangannya dan memeluk tubuh wanita tua yang kini akan ia panggil dengan sebutan Bibi Letiti. Wanita itu terkejut begitu Margaret memeluknya erat. Ia tersenyum lembut dan mengusap punggung gadis itu, Letiti m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status