Share

"2-WHO ARE YOU?"

6 tahun berlalu sejak kejadian buruk yang menimpa Rose dan Jasmine.

Di sebuah Mansion Mewah yang ada di pinggiran kota A.

Pagi itu...

“Papa, semalam Rose berkata ingin berlibur ke pulau O. Apakah Papa ada waktu?” tanya Jasmine sembari menikmati sarapannya.

“Em, benarkah. Mengapa dia tak membicarakannya langsung dengan Papa?” ucap Ramos, santai.

Belum lagi Jasmine menjawab.

“Memangnya Kakek ada waktu, kemaren?” tiba-tiba seorang bocil bermata bulat muncul sambil membawa boneka berbie di tangannya.

Ramos dan Jasmine menoleh ke arah suara berasal.

“Oh, sayang. Kau sudah bangun?” Ramos lalu merentangkan kedua tangannya menyambut pelukkan hangat si bocil yang adalah cucunya itu.

Bocil cantik itu pun lalu berlari dan memeluk Ramos, kemudian mencium pipi Ramos penuh kasih sayang.

“Uh, cucu kesayangan Kakek.” gemas Ramos sambil mencium balik pipi cubi si bocil yang ada di pangkuannya.

“Lalu, ciuman buat mommy mana?” Jasmine pasang tampang cemburu sembari menatap putri cantiknya.

*

Ya! bocil yang cantik itu adalah putri Jasmine. Yang kemudian di beri nama "ROSE". Rose dan Jasmine yang 6 tahun lalu terluka parah di bagian Vital yang berbeda, membuat Ramos harus kehilangan satu putrinya untuk menyelamatkan putri lainnya.

Dan Jasmine lah yang di pilih Ramos untuk berkesempatan hidup dan menatap dunia untuk kedua kalinya. Dan semenjak itu pula, Ramos yang notabenenya seorang penguasa berpengaruh di dunia hitam, memilih mundur dari kekuasaannya dan menutup rapat-rapat masa lalunya.

Kini, Ramos hidup sebagai pengusaha biasa yang cukup sukses dan memainkan peran sebagai Kakek yang baik bagi Rose, cucu cantiknya.

*

“Mommy!” teriak Rose si bocil cantik, panik.

Mendengar teriakan Rose, Jasmine yang sedang bersiap di kamarnya, lalu berlari ke ruang kerjanya.

“Ada apa sayang?” tanya Jasmine, ikut panik.

“Em,” si bocil Rose menunjuk polos, layar sebesar tembok di sisi ruang.

Jasmine menatap bingung layar besar di hadapan Rose.

“Kau mau membuat Kakek ku bangkrut heuh!” si bocil Rose menatap curiga ibunya.

“Astaga! Apa ini. Apa yang terjadi. Mengapa saham kita kacau begini?” Jasmine yang panik lalu mengotak-atik layar hologram di hadapannya.

Si bocil Rose ikut menatap layar besar di hadapannya.

“Hm?” si bocil Rose yang mengusap dagunya pelan, seperti memahami sesuatu.

Jasmine terlihat kualahan dengan jarinya. Sambil terus menatap layar besar di hadapannya, si bocil Rose berjalan pelan menggeser posisi Jasmine.

Tanpa banyak bicara, si bocil cantik itu lalu mengambil alih tombol-tombol hologram di hadapan Jasmine. Jari mungilnya sangat lincah, dan hal itu membuat Jasmine terpukau keheranan.

Dan benar saja, sedetik kemudian.

DONE!!!

Kurang dari 5 menit saja, si bocil Rose berhasil mengatasi masalah perusahan kakeknya yang ternyata sedang di retas. Jasmine tercengang melihat kemampuan si bocil Rose.

“ROSE, putriku kah?” batin Jasmine tak melepas pandang dari wajah bulat putri cantiknya.

*

Seminggu kemudian, si bocil Rose yang ingin berlibur akhirnya memilih pulau O sebagai tempat menikmati akhir pekan bersama ibu dan kakeknya.

Sebuah Villa di pinggir pantai dengan pemandangan yang indah dipilih Jasmine untuk memanjakan mata putri kesayangannya.

“Sayang, Mommy mandi dulu ya. Jangan bermain terlalu jauh oke!” ucap Jasmine sembari berjalan masuk ke kamar mandi.

“Em,” Jawab singkat si bocil Rose sembari berjalan keluar kamar.

Terlihat Ramos sedang sibuk melihat pekarang sekitar Villa bersama si tukang kebun. Si bocil Rose hanya melirik sekilas kegiatan kakeknya sebelum akhirnya memutuskan menikmati pemandangan di pinggir pantai.

Sambil tengak tengok tak jelas, si bocil Rose yang larut dalam keindahan alam tak fokus pada langkahnya. Akibatnya si bocil Rose yang kehilangan keseimbangan, menabrak seseorang.

“Uch,” rintih imut si bocil Rose, menahan sakit di jidatnya.

Si bocil Rose lalu mendongak menatap orang yang di tabraknya.

Oh, benar saja! seorang pria berwajah dingin super tampan sedang menunduk dan menatapnya, datar.

DEG!

Batin si pria tampan, seolah tersambar petir tegangan maut.

“Bocah ini. Dia mirip sekali dengan ku.” Imbuhnya lagi sembari menatap dalam-dalam wajah cantik si bocil Rose.

Si bocil Rose balik menatap tenang si pria tampan yang kini terlihat kaget bercampur marah itu.

“Sudah cukup?” tanya si bocil Rose, dingin.

Si pria tampan tak menjawab, hanya dahinya terlihat mengernyit, bingung.

“Maksudku, sudah cukup kah kau menatapku?. Jika sudah, aku minta maaf karena sudah menabrakmu.” si bocil Rose lalu membungkuk hormat kemudian berlalu begitu saja.

Tapi belum lagi langkah pendek si bocil menjauh, si pria tampan lalu berkata: “Kau pergi begitu saja! Apa kau sudah mendapat persetujuanku?”

Si pria tampan pasang tampang songong sambil menaikkan satu alisnya, menatap si bocil Rose.

Bocil Rose berbalik. Dengan sorot mata tajam dan tenang, si bocil Rose berjalan mendekati si pria tampan.

Sambil mendongak karena perbedaan tinggi badan keduanya, si bocil Rose berkata: “Gendong aku.”

“Hee-uh???” Si pria tampan habis kata.

*

Setengah jam kemudian, di sebuah kedai eskrim pinggir pantai.

“Jadi?” ucap si pria tampan sembari menatap bingung wajah imut si bocil Rose yang duduk tenang di hadapannya.

Si bocil Rose tampak menikmati eskrim vanilla yang dipesannya, tak terlihat rasa canggung apalagi takut dari raut wajahnya.

“Kau tak makan?” tanya si bocil Rose sambil melihat es krim di atas meja yang belum di sentuh pemiliknya.

“Aku yang traktir. Makanlah,” si bocil Rose menatap polos si pria tampan yang duduk menyilangkan tangan di hadapannya.

“Apa ini tanda permohonan maaf mu?” tanya si pria tampan, datar.

“Em,” jawab singkat si bocil Rose sembari mengangguk sekali.

“Ya! Bocah! Kau sejak tadi berbicara santai padaku. Apa orang tua mu tak mengajarimu bagaimana harus bersikap kepada orang asing? Terlebih, aku jauh lebih tua darimu.” Si pria tampan menatap remeh si bocil Rose.

“hm. Kau ini bicara apa. Pelajaran Mommy tentu adalah yang terbaik di dunia.” jawab si bocil Rose sambil memasukkan sendok es krim ke mulutnya.

“Cih, Mommy? Lalu bagaimana dengan Daddy mu, apa Daddy mu tak ikut mengajarkanmu tentang hal-hal lain yang berbahaya di dunia ini?”

“Daddy? Apa itu Daddy? Aku tak memilikinya sejak aku lahir kemuka bumi ini?” si bocil Rose menjawab cuek.

“Ya! Bocah. Kau bodoh kah. Semua orang itu punya Daddy. Memangnya mommy mu membuatmu dari tepung???” ucap si pria tampan setengah mengejek.

“Emm, mungkin saja.” si bocil Rose, menjawab asal tanpa tersinggung sedikitpun.

Si pria tampan tak paham. Wajahnya terlihat bingung melihat ekspresi tenang si bocil Rose.

“Siapa anak ini, dia menimpali semua ucapanku seenak udelnya. Menarik sekali.” Batin si pria tampan sembari menaikkan sudut bibirnya.

“Baiklah, aku harus kembali. Atau Mommy akan meratakan pulau ini jika tak melihatku di villa.” si bocil Rose lalu turun dari bangkunya dan berjalan keluar kedai dengan cueknya.

Namun tiba-tiba langkah si bocil Rose terhenti, tanpa membalikkan badannya, si bocil Rose berkata: “ROSE.”

Dan benar saja, satu kata yang keluar dari mulut si bocil Rose berhasil membuat si pria tampan yang tak lain dan tak bukan adalah LEON, sesak napas.

Leon lalu berdiri dan menatap tajam si bocil Rose yang sekilas memiliki aura akrab baginya. Leon tak bisa berkata apapun. Begitu banyak pertanyaan di otaknya.

“Rose, namaku Rose, he he he.” ucap si Bocil sambil cengingisan ramah.

“heuh?” Otak Leon seolah berjalan lambat. Rupanya “ROSE” yang di ucap si bocil Rose adalah perkenalan dirinya.

“Astaga, apa yang kupikirkan. Bagaimana mungkin bocil ini tau tentang "Rose-ku" kan. Ah, sepertinya aku terlalu berlebihan.” batin Leon sembari memaksakan diri untuk membalas senyuman bocil Rose.

“Leon. Aku Leon.”

“Aku tau.” jawab si bocil Rose sembari tersenyum aneh kemudian berbalik dan pergi.

Leon lagi-lagi di buat tak paham dengan sikap dan ucapan si bocil Rose.

“Bocil cantik ini, dia terus membuatku kagum. Siapa dia sebenarnya?” Leon menatap punggung si bocil Rose yang mulai menjauh.

*

*

*

To Be Continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status