Share

Sexy And Deadly (INDONESIA)
Sexy And Deadly (INDONESIA)
Penulis: Lexie Lee

"1-SHADOW"

KOTA A

Di sebuah Mansion Mewah berwarna dasar Black White.

Tampak seorang gadis cantik berkulit mulus sedang mengenakkan pakaiannya.

“Haruskah kau pergi?” tanya Leon pada pujaan hatinya.

“Em, aku sudah meninggalkan adikku selama dua hari. Dia pasti akan mengamuk jika aku tak muncul dalam 3X24 jam.” jawab Rose santai sambil memakai jeans hitamnya.

“Uch. Hanya seorang adik. Kau setakut itu kah?” Leon terus merajuk sambil berpose seksi di atas ranjang.

“Um. Akan sangat merepotkan jika dia mengamuk.” Rose mengernyitkan hidungnya sembari mengangguk.

“Hah. Kau selalu seperti ini. Tak pernah lebih dari 3 jam setiap kali bersamaku. Apa kau sungguh mencintaiku? Ini sudah 2 tahun sayang.” Leon yang putus asa membanting tubuh bugilnya terlentang.

Rose yang sadar ucapan Leon ada benarnya, merasa bersalah.

Rose yang sudah berpakaian lengkap rapi pun mendekati ranjang Leon.

Sambil menindih tubuh bugil Leon, Rose berkata:

“Kau akan tau apakah aku mencintaimu jika saat nya tiba nanti. Bersabarlah.” Rose lalu mencium kilat bibir Leon.

Tapi bukan Leon namanya jika menerima begitu saja ciuman singkat Rose. Leon yang sejatinya macan lapar, dengan cepat meraih tengkuk Rose yang mulai menjauh.

Leon menyambar lembut bibir seksi Rose tanpa jeda. Saat senjata Leon mulai mengeras kembali, tiba-tiba Rose menarik diri dan berlari ke kamar mandi.

Leon yang mengira Rose butuh persiapan menatap mesum punggung pujaan hatinya.

Namun salah besar, 5 menit berlalu dan Rose tak kunjung kembali ke atas ranjang.

“HAIS!!! SIAL!!!” maki Leon yang sadar ada yang tak beres pada Rose.

Leon secepat kilat meloncat dari ranjangnya, tanpa benang sehelai pun.

Dan benar saja, Rose...

Sudah menghilang dari mansion Leon.

“AKH!!! ROSEEEE!!!” teriak Leon kesal bukan main.

*

Masih di kota yang sama, namun di tempat yang berbeda.

"Selamat malam nona." sapa puluhan pria berjas hitam sembari membungkuk hormat di sisi kanan dan kiri jalan.

Hentakan high heel begitu tegas, memasuki mansion mewah berwarna dasar gold itu. Seorang gadis belia berwajah dingin dengan sorot mata tajam, tampak celingukkan mencari sesuatu di dalam mansion.

Tak lama kemudian.

“Kakak.” teriak seorang gadis berwajah cantik nan hangat sambil berlari dari ruang tengah.

Bruk! "Aku merindukan mu kak.” ucap Jasmine sembari pasang tampang bayi.

Gadis berwajah dingin itu pun mengernyitkan dahinya.

“Benarkah, serindu apa?” tanya ramah Rose yang secepat kilat merubah ekspresi wajah kaku nya.

*

Ya! Dialah Rose. Gadis cantik berusia 19 tahun. Dan adalah putri pertama seorang “RAMOS FRIKSTOS” Mafia paling berkuasa di kota A.

Sedangkan Jasmine, adalah putri kedua dari Ramos.

Rose dan Jasmine adalah dua bersaudara yang terlahir dari ibu yang berbeda. Meski begitu, Rose yang adalah putri dari istri pertama sangat menyayangi Jasmine yang terlahir dari rahim istri kedua Ramos.

Bisa di katakan, Rose dan Jasmine seperti sepasang kembar yang cantik. Mereka lahir di hari, tanggal dan tahun yang sama. Hanya saja Rose yang melihat dunia 15 detik lebih awal daripada Jasmine, menjadikan dirinya sebagai putri sulung seorang Ramos.

Karakter kedua nya pun bagai langit dan bumi. Sangat berbeda. Rose yang merasa sebagai sulung di keluarga, terlihat lebih tegas dan berwibawa.

Soal kebengisan di dunia hitam, jangan di tanya lagi. Rose yang adalah pemimpin organisasi gelap yang dibangun Ramos, memiliki cukup pengaruh di kalangan para penguasa dunia bawah tanah. Usia nya boleh belia, namun sepak terjang nya di dunia underground.

“SIAPA BERANI PANDANG SEBELAH MATA!!!”

Selalu muncul dengan setelan hitam dan topeng yang menutup sebagian wajahnya, nyaris tak pernah meninggalkan jejak saat memulai dan usai membantae lawannya, membuat para penguasa dunia hitam memanggil Rose dengan sebutan “SHADOW!”

Dan sementara Jasmine, lebih cenderung menjadi princess di kerajaan yang di ciptakan Rose dan Ramos.

Jasmine memang sangat di manjakan papa dan kakak perempuan nya. Meski sudah berusia 19 tahun. Pribadi jasmine masih seperti balita polos yang lugu.

*

“Kakak, Kau pergi selama dua hari. Mana ganti ruginya?” Jasmine menatap polos kakak nya sembari menengadahkan tangan nya.

“Em. Ganti rugi apa ya?” Rose pura-pura bodoh.

“His! Kakak.” Jasmine mengerucutkan bibirnya, sok marah.

Rose yang sangat mengenali luar dalam adik nya lalu menyodorkan sebuah kotak kecil tepat di hadapan adik kesayangan nya.

Jasmine melotot kaget.

“Hm! Yes. Apa ini kak?” tanya Jasmine sembari tersenyum senang.

“Em. Bukalah.” ucap Rose membalas senyuman adiknya.

Jasmine tak buang waktu, dengan semangat perang, Jasmine membuka kotak pemberian kakaknya.

“Wuah~ Kakak. Ini cantik sekali,” seru Jasmine yang terlihat takjub dengan hadiah Rose.

“Kau menyukainya?” tanya Rose.

“Em. Sangat. Aku mencintai mu kak. CUP!” Jasmine lalu mencium pipi mulus kakak kesayangannya.

“Kakak juga mencintai mu sayang. Jangan di hilangkan ya. Benda ini hanya ada satu di muka bumi. Kau mengerti kan.” Rose mengusap lembut kepala adik yang memiliki wajah sama dengannya.

“Em.” Jasmine mengangguk, polos.

“Lalu, bagaimana dengan papa. Tak ada yang menyayangi papa lagi kah?” Ramos tiba-tiba muncul dengan senyum tampannya.

Rose dan Jasmine menoleh.

“Papa,” teriak Jasmine lalu berlari kepelukan papa nya.

“Papa pulang. Pah, liat ini. Kakak memberikan nya padaku” Jasmine menunjukan liontin kalung berbentuk kristal melati pemberian Rose.

Sedetik mata Ramos tampak terkejut saat melihat liontin ditangan Jasmine. Sebelum akhirnya tatapannya beralih pelan ke arah putri sulungnya.

“Jadi, inikah pilihanmu sayang?” batin Ramos tak melepas pandang dari wajah cantik Rose.

“Setidaknya akan lebih aman bersamanya kan papa?” Rose menyeringai iblis.

Ramos paham betul arti tatapan dan senyum putri sulungnya.

*

Malam hari pun tiba.

Suasana hangat di ruang makan mansion Ramos begitu terasa.

Ada sebuah aturan!

Diluar, Ramos dan Rose boleh menjadi sepaket ayah dan anak iblis yang tak berperasaan. Tapi di rumah, keduanya hanya boleh memainkan peran sebagai seorang ayah dan kakak yang baik untuk Jasmine.

“Kak, habis makan nonton yuk,” ajak Jasmine pada kakaknya.

“Papa ikut ya,” Ramos menawarkan diri.

“Tidak. Papa tak boleh ikut. Papa temenin Mama (ibu Jasmine) sama Mami (ibu Rose) saja di rumah.” Jasmine menolak tegas tawaran papanya.

“Heyeuh, mama kan sudah sama mami. Papa ikut anak-anak papa saja ya,” Ramos merayu lagi anak bungsunya.

“Tidak! Sekali tidak ya jangan nawar! Kasian mama dan mami kalo kita semua pergi pah, nanti mama sama mami kesepian.” Jasmine kekeh pada penolakannya.

Rose tersenyum lucu melihat tingkah adiknya.

Ramos pura-pura takut.

“Baiklah, baiklah. Papa dirumah saja.” Ramos mengalah.

“Gitu dong. Yaudah Jasmine mau siap-siap dulu.” Jasmine yang kenyang lalu meninggalkan meja makan.

Tinggalah Ramos dan Rose berdua saja di meja makan. Bersama kepergian Jasmine, suasana ruang makan yang tadinya hangat berubah panas tegangan tinggi.

Sorot mata tajam, dingin dan mematikan terpancar jelas dari wajah Ramos dan Rose.

“Black Mamba mulai bergerak, bersiaplah!” ucap Ramos sembari menatap serius Rose.

“Aku mengerti.” jawab singkat Rose sambil meletakkan alat makannya dan beranjak dari duduknya.

Ramos menatap dalam-dalam punggung Rose yang berjalan meninggalkannya.

Dengan wajah yang berubah sendu, Ramos lalu ikut beranjak dan berjalan pelan menuju ruang keluarga.

Dihadapan sebuah foto besar dirinya yang diapit dua istri kesayangannya, mata Ramos mulai berkaca-kaca.

Dadanya tiba-tiba terasa sesak. Kenangan buruk tentang tewasnya kedua istri yang sangat dicintainya, mulai melitas di pelupuk matanya.

“Sudahlah pah, bukankah kita baik-baik saja sekarang. Tidakkah ini cukup.” tiba-tiba Jasmine muncul dan memeluk satu lengan papanya.

“Benar, meski tak bisa melihat mama dan mami. Kurasa mereka yang bisa melihat kita, pasti sedang tersenyum saat ini.” Rose pun ikut memeluk satu lengan Ramos yang lainnya.

“Kalian...” Ramos lalu mencium kening kedua anak kembarnya.

*

Satu jam kemudian, di gedung pencakar langit yang ada di pusat kota.

“Kak, ramai sekali,” beo Jasmine yang melihat antrian panjang di loket penjualan tiket film.

“Cih!” Rose melirik sekilas wajah cantik adiknya sambil merogoh tas jinjingnya.

“Aku di depan.” ucap Rose yang ternyata menelepon seorang teman, sejenis orang dalam gitu lah.

“Em. Kakak telepon siapa? Calo ya. Ais! Mahal kak. Udah ngantri aja yuk.” Jasmine dengan polosnya menarik-narik lengan Rose.

Belum lagi Rose bergerak dari posisinya, tiba-tiba.

“BANGSAT!!!” maki Rose lalu menarik tangan Jasmine dan memeluknya.

Dan benar saja, sebuah timah panas melobangi dinding beton di belakang Jasmine, rupanya. Jasmine kaget setengah mati. Rose pasang mata elang menyelidik area sekitar gedung.

“KEPARAT!!!” maki Rose sembari meraih senjata dipaha kirinya. Jasmine gemetaran.

Sedetik kemudian, rentetan timah panas kedap suara menghujani Rose dan Jasmine. Ratusan orang yang ada di sekitar Rose dan Jasmine kocar kacir cari selamat.

Rose dengan sigap melindungi adiknya.

Sniper yang di perkirakan lebih dari satu, terang-terangan mengincar nyawa Rose dan Jasmine.

“Tetap disini dan jangan bergerak.” Perintah Rose pada Jasmine yang berlindung dibalik batang pohon besar. Jasmine mengangguk, cepat.

“Disana kau rupanya, bangsat!” Rose yang menemukan posisi dua sniper sekaligus, dengan gesit dan lincah menembaki targetnya.

Dua sniper tumbang!.

Tapi timah panas masih berlomba menembus daging segarnya. Rose dengan lincah menghindari tiap peluru terbang.

Saat Rose sibuk menghabisi para sniper, tanpa Rose sadari di sisi yang berlawanan. Jasmine, sudah tersungkur bersimbah darah dengan perut berlobang.

Rose melotot tak percaya.

“JASMINE!!!” teriak Rose seolah dunianya runtuh.

Rose yang melihat kondisi Jasmine lalu berlari ke arah adik kesayangannya.

“Sayang, sayang, ini kakak. Kakak disini.” Rose memeluk erat tubuh lemah adiknya. Jasmine mulai hilang kesadaran.

“Tidak sayang, tidak! Jangan. Jangan menatapku seperti itu. Kau akan baik-baik saja. Aku berjanji padamu. Kau akan baik-baik saja.” Rose yang hampir gila terus memeluk adik kesayangannya.

“K-kak, Ja-Jasmine nga-ngantuk. Ukh!” ucap Jasmine terbata-bata sembari muntah darah.

“Akh! Tidak sayang. Tidak. Jangan menutup matamu. Dengar kata kakak ya, kakak disini. Kau tak boleh menutup matamu. Bertahanlah sayang. Semua akan baik-baik saja, oke!” Rose terus menangis sembari berteriak tak jelas.

Jasmine mulai menutup matanya.

“Akh! Jasmine! Tidak. Tidak. Tidak. TIDAK!” Rose menggila sembari memeluk erat tubuh Jasmine yang bersimbah darah. “JASMINE!!!” teriak Rose sekuat tenaga.

Dan...

“DOR!!!” Sebutir peluru yang melesat cepat berhasil menembus jantung sehat Rose.

*

*

*

To be continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status