Share

Bab 17

Penulis: Anonymous Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 21:00:10

“Apa Anda sudah tahu soal putusan sidang Dokter Chelsea?” tanya Angela. Hari ini, seluruh bagian bedah trauma makan siang bersama untuk merayakan keberhasilan mereka menyelamatkan pasien. Dalam dua minggu, mereka menyelamatkan empat pasien.

“Ya, aku sudah melihatnya, tadi.” Josephine menggedikkan bahu. Untuk kelalaian yang dilakukannya, Chelsea hanya dijatuhi hukuman skorsing selama satu bulan dan harus membiayai perawatan pasien hingga sembuh. Meski tahu, tetapi tak bisa dipungkiri jika dokter wanita kecewa dengan keputusan tersebut.

“Aku benar-benar jengkel. Bisa-bisanya dia hanya diskors.” Naima terlihat menggebu-gebu. Steak di piring ditusuknya dengan kuat, seolah yang ditusuknya saat ini adalah sosok Chelsea yang menyebalkan. “Harusnya, pengadilan mencabut izin medisnya agar dia tidak lagi menjadi seorang dokter. Astaga! Dia bahkan tidak cocok menjadi dokter. Universitas mana yang meluluskan orang ceroboh sepertinya dan disumpah menjadi seorang dokter?” Dia pun menggelengkan kepa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Shadow of Revenge    Bab 25

    “Anda yakin akan masuk seorang diri, Tuan? Bagaimana jika Nyonya kembali mengamuk dan menyerang Anda?” taya Jansen. Keduanya berhenti tepat di depan bangunan rumah sakit jiwa di mana ibu Callister dirawat.“Aku sangat yakin. Lagipula, aku tidak bisa menghindarinya lebih lama, Jansen. Bagaimanapun, dia wanita yang telah membawaku ke dunia ini. Baik buruknya dia, dia tetap ibu kandungku.” Callister turun dari mobil. Diikuti asisten pribadinya.Keduanya menatap bangunan bertingkat di hadapan. Callister sengaja memindahkan tempat rawat ibunya di Negara J untuk menjauhkannya dari jangkauan Emilia. Sampai saat ini, wanita yang dulunya penyayang itu belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali normal. Padahal, dia sudah membayar begitu banyak dokter untuk mengobatinya. Namun, sampai saat ini masih belum membuahkan hasil.“Kau tunggu saja di sini. Aku akan segera kembali.” Callister melenggang ke dalam bangunan itu. Kedatangannya sudah diberitahukan pada pemilik tempat tersebut. Seorang dokter

  • Shadow of Revenge    Bab 24

    Josephine mengerutkan kening merasakan ada yang aneh dengan mobilnya. Dokter wanita baru saja kembali dari makam kedua orang tuanya karena merindukan mereka. “Bahan bakarnya habis? Astaga!” gumamnya frustasi.Mengamati sekitar, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Tempatnya berada saat ini tak lain adalah hutan pinus yang jauh dari pemukiman. Memeriksa ponsel, untungnya hal tersebut tidak berpengaruh pada jaringan hingga dia pun dapat meminta bantuan pada seseorang untuk menjemputnya di sana.Pertama, Josephine mencoba menghubungi Callister. Namun, nomor pria itu tidak bisa dihubungi. “Astaga! Aku lupa dia berangkat ke Negara J. Callister pasti masih di pesawat.” Dia pun kembali melihat kontak di ponselnya. Timnya, dia ragu mereka akan membantu. Mengingat jarak yang harus ditempuh cukuplah jauh.Hingga akhirnya, bibir tipis itu tersungging sinis. Josephine mendial nomor Dexter yang didapat dari grup rumah sakit. Tak perlu menunggu lama, pria itu langsung menjawab panggilannya. “Do

  • Shadow of Revenge    Bab 23

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Dokter Daisy, semoga panjang umur!”Josephine tertegun melihat rekan kerjanya bernyanyi di depan sana. Kue ulang tahun, lengkap dengan topi kerucut yang mereka gunakan. Zoe pun ada di sana. Namun, tak ada rasa terharu sama sekali. Itu bukan tanggal ulang tahunnya. Dia merubahnya setelah meninggalkan negara kelahirannya untuk melanjutkan pendidikan.Tanggal lahir yang tertera di kartu identitasnya yang baru adalah tanggal di mana dia hampir mati oleh Dexter dan Chelsea. Hanya saja, Josephine mengganti tahun agar tidak dicurigai oleh siapa pun. Meski bukan tanggal lahirnya, dia tetap menunjukkan apresiasi pada mereka yang menyiapkan semuanya. “Bagaimana kalian tahu tanggal ulang tahunku?” tanyanya.“Kami melihatnya di resume Anda beberapa waktu lalu. Kemudian, kami sepakat akan memberikan kejutan. Meski tidak tepat waktu, tetapi kami berharap Anda panjang umur dan sehat selalu, Dok,” sela Angela.Naima langsung mengambil bu

  • Shadow of Revenge    Bab 22

    Di salah satu bilik toilet perempuan, terdengar seseorang memuntahkan isi perutnya. Tak lama berselang, Chelsea keluar dari bilik toilet dengan wajah pucat. Sebelah tangannya memegangi kepala yang terasa berputar, sementara satunya lagi mencoba mencari pegangan agar tubuhnya tidak terjatuh. “Astaga! Ini sangat melelahkan. Bahkan sekarang aku sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi,” gumamnya.Hampir dua bulan, dia tidak mendapatkan tamu bulanannya. Awalnya Chelsea mengira mungkin itu akibat dari stres, tetapi dia salah. Sebuah kehidupan baru tengah berkembang dalam perutnya, dan hingga saat ini, dia belum mengatakan apa pun pada Dexter.Merogoh saku jas, dia pun mengambil ponsel lalu menghubungi pria itu. Dia tidak bisa menunda lebih lama lagi. Mereka harus segera menikah sebelum kandungannya makin membesar. Butuh waktu sampai pria itu akhirnya menjawab panggilan. “Dex, kau di mana?” tanyanya begitu tersambung.“….”“Ada hal penting yang harus kita bicarakan, Dex.”“….”“Ini lebih pen

  • Shadow of Revenge    Bab 21

    “Wajahmu memerah, apa kau sakit?”Callister menelan salivanya dengan susah payah. Kakinya berjinjit menghindari telapak tangan Josephine yang terus berusaha menggapai dahinya. Namun, sayangnya dia gagal menghindari tubuh wanita itu yang kini menempel padanya. “Ya, kau benar. Aku sakit, Josephine.” Suaranya terdengar serak dan berat.“Naiklah ke kamar. Akan kusiapkan sup dan obat.” Josephine belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Dia langsung berbalik lalu mendekati lemari pendingin untuk mengambil bahan makanan yang dibutuhkan.Akan tetapi, baru saja membuka sebagian, pintu lemari pendingin ditutup paksa oleh Callister yang entah sejak kapan berdiri di belakang. Mata dokter wanita terpejam erat kala tangan kekar pria itu bergerak di sekitar pinggang kecilnya.Suasana kian tegang kala Josephine merasakan sesuatu yang lembut mendarat tepat di tengkuknya hingga tubuhnya meremang.“Aku tidak membutuhkan sup ataupun obat, aku membutuhkan hal lain,” bisik Callister. Napasnya yang sega

  • Shadow of Revenge    Bab 20

    Hari mulai gelap, dan matahari perlahan beranjak ke tempat peraduannya. Josephine membereskan berkas medis sebelum akhirnya berkemas untuk pulang. Merenggangkan badan, dokter wanita sangat senang karena bisa pulang dan tidur dengan nyenyak setelah sepekan bertugas sebagai dokter jaga. “Sampai jumpa, besok.” Dia pun melambai pada keempat rekan kerjanya.Mark dan Angela melambai dengan lesu. Pasalnya, keduanya masih harus berjaga untuk beberapa hari ke depan.“Aku meninggalkan kartu debit di meja. Kalian bisa menggunakannya untuk memesan makanan,” ucap Josephine yang membuat wajah kedua orang itu sumringah seketika.“Terima kasih, Dok. Sering-seringlah meninggalkan kartu Anda di sini.” Angela berlari ke meja kerja Josephine, dan dia menemukan kartu yang dimaksud dokter wanita.Josephine mengangguk dan segera pergi. “Pertama-tama aku harus berendam air hangat, lalu makan, dan tidur setelahnya.” Dia pun turun menggunakan lift. Sampai di basement, motornya tidak ada di tempat parkir. Menga

  • Shadow of Revenge    Bab 19

    Langkah Callister dan Jansen berhenti di depan ruangan. Terlihat beberapa pria berseragam formal sedang menunggu mereka.“Tuan Callister Melden, kami mendapatkan laporan jika Anda melakukan pelanggaran hukum terkait pembangunan kembali kota tua di Distrik Barat.” Seorang pria yang merupakan seorang jaksa mendekati Callister seraya menunjukkan selembar kertas. “Silahkan ikut kami untuk melakukan serangkaian pemeriksaan terkait laporan yang kami terima.”Callister mendengkus sinis. Secara mengejutkan kejaksaan melakukan investigasi dan bahkan surat penangkapannya pun sudah di depan mata. Siapa dalangnya, itu tidak penting untuk saat ini. “Sebagai warga negara yang taat terhadap hukum, saya akan mengikuti instruksi dan bekerja sama dengan pihak kejaksaan.”“Tapi, Tuan ….” Jansen langsung menahan Callister yang hendak pergi bersama kejaksaan.“Tidak masalah. Batalkan rapat dengan klien, dan atur ulang jadwal untuk hari ini.”“Baik, Tuan.”Jansen membiarkan Callister pergi bersama pihak ke

  • Shadow of Revenge    Bab 18

    “Kenapa kau di sini, Dokter Dexter?” Josephine menyipitkan mata melihat keberadaan dokter pria itu di hadapannya. Jelas, ini bukan jadwal pria itu untuk berjaga. Lalu, untuk apa dia ada di rumah sakit selarut ini.“Ah, Dokter Daisy, aku merasa bosan karena tidak ada kegiatan. Jadi, kupikir aku mungkin bisa membantu dokter yang sedang jaga hari ini.” Dexter menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dan, ya, setidaknya aku bisa membantu perawat di bangsal tiga.” Dia pun menatap penuh harap. Sangat menyenangkan seandainya Josephine memuji tindakan baiknya.Alis Josephine saling bertautan. Padahal dulu Dexter paling tidak suka jika sudah dijadwalkan sebagai dokter jaga. Dia biasa berpura-pura sakit atau membayar dokter residen lain untuk menggantikannya dan, ya, Josephine lah orang yang mengeluarkan uang untuk keperluan pria itu. “Terima kasih. Timku tertolong dengan keberadaanmu. Aku tidak tahu ke mana dokter dan perawat lain yang juga ditugaskan jaga malam ini. Ya, mungkin mereka memiliki

  • Shadow of Revenge    Bab 17

    “Apa Anda sudah tahu soal putusan sidang Dokter Chelsea?” tanya Angela. Hari ini, seluruh bagian bedah trauma makan siang bersama untuk merayakan keberhasilan mereka menyelamatkan pasien. Dalam dua minggu, mereka menyelamatkan empat pasien.“Ya, aku sudah melihatnya, tadi.” Josephine menggedikkan bahu. Untuk kelalaian yang dilakukannya, Chelsea hanya dijatuhi hukuman skorsing selama satu bulan dan harus membiayai perawatan pasien hingga sembuh. Meski tahu, tetapi tak bisa dipungkiri jika dokter wanita kecewa dengan keputusan tersebut.“Aku benar-benar jengkel. Bisa-bisanya dia hanya diskors.” Naima terlihat menggebu-gebu. Steak di piring ditusuknya dengan kuat, seolah yang ditusuknya saat ini adalah sosok Chelsea yang menyebalkan. “Harusnya, pengadilan mencabut izin medisnya agar dia tidak lagi menjadi seorang dokter. Astaga! Dia bahkan tidak cocok menjadi dokter. Universitas mana yang meluluskan orang ceroboh sepertinya dan disumpah menjadi seorang dokter?” Dia pun menggelengkan kepa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status