Share

Shadow of Revenge
Shadow of Revenge
Author: Anonymous Girl

Bab 1

last update Last Updated: 2025-04-06 21:06:29

“Pastikan tidak ada barang yang tertinggal,” ujar seorang pria seraya mengelus wanita yang keluar lebih dulu dari apartemen tempatnya tinggal.

“Tidak masalah, kita bisa membelinya di tempat liburan nanti, kau tidak perlu khawatir, Sayang,” sahut wanita itu seraya tersenyum manis.

Keduanya tertawa renyah. Dua koper ukuran sedang berisi pakaian siap digeret. Dexter membawa keduanya dan membiarkan Chelsea berjalan di depan. 

Sementara itu tak jauh dari mereka berdua, seorang wanita mematung menyaksikan keduanya masuk lift. Tertawa ironis seiring pintu lift yang perlahan tertutup dan menyembunyikan pasangan sejoli yang tengah saling memeluk erat. “Sejak kapan mereka ….” Bibir merah muda alami itu terkatup erat. Kedua telapak tangan mengepal kuat di samping tubuh hingga memutih.

Perlahan, kaki jenjang perempuan itu mengayun mendekati pintu apartemen tempat kedua orang tadi keluar. Menekan beberapa angka untuk membukanya. Namun, ironisnya dia tidak lagi dapat mengakses unit apartemen tersebut. Semua tanggal yang mungkin digunakan Dexter ditekannya, tetapi Josephine tetap tidak bisa masuk ke dalam apartemen yang dibeli untuk kekasihnya itu.

Hingga sebuah tanggal ditekannya dengan jantung berdetak kencang. Tanggal ulang tahun Chelsea Melden, teman masa kecilnya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Bunyi ‘bip’ terdengar. Jantung Josephine kian bertalu-talu seiring gerakan tangannya mendorong kenop pintu di depan. Benda itu terbuka. Menampakkan keadaan di dalam yang begitu berantakan.

Melangkah dengan hati hancur, dokter muda menyaksikan helaian pakaian wanita dan pria berserakan di lantai. Tanpa mendekat pun dia tahu siapa pemilik pakaian tersebut. Kedua orang tadi yang pergi setelah mengelabui banyak orang. “Kenapa? Kenapa mereka melakukan ini padaku?” gumamnya, datar. Bahkan untuk menangis pun air matanya enggan keluar. Ya, untuk apa menangisi dua orang tidak tahu malu seperti mereka. “Benar, yang dikatakan orang aneh itu benar. Aku terlalu menutup mata pada apa pun yang dilakukan Dexter.” Dia pun berjalan cepat. Menyusul kedua orang yang sudah berada di basement.

Teringat hampir satu bulan lamanya seseorang terus-menerus menerornya. Mengirimkan pesan peringatan agar Josephine tidak bergantung pada Dexter, cinta pertama yang dia temukan saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Mereka berjuang bersama dari nol untuk menjadi dokter terbaik. Dan sekarang, setelah mereka hampir menggapai mimpi itu, Josephine justru dicampakkan begitu saja.

Mobil Dexter dan Chelsea baru saja keluar dari basement saat Josephine keluar dari lift. Entah apa yang dilakukan kedua orang itu hingga menghabiskan waktu yang cukup lama di basement. Bukan masalah, sekarang yang terpenting bagi Josie adalah penjelasan dari mereka. Mengapa harus teman masa kecil yang sudah dianggapnya saudara. Mengapa Dexter mencampakannya setelah semua pengorbanan yang dia lakukan untuk pria itu.

Di mobil Dexter, dokter muda tidak bisa fokus menyetir sebab tangan Chelsea bertindak nakal di bawah sana. Tawa sesekali terdengar dari bibir wanita itu melihatnya kesulitan berkonsentrasi. “Chelse, hentikan! Atau kita berdua tidak akan sampai ke tempat liburan, melainkan rumah sakit,” katanya memperingatkan.

“Aku tidak sabar ingin segera sampai di tempat tujuan agar kita bisa segera melepas rindu, Dex.” Chelsea menghentikan aksi nakalnya dan kembali duduk dengan tenang. “Kali ini jangan memakai pengaman, aku tidak nyaman dengan benda transparan itu. Lagipula, kau dan Josephine sering melakukannya tanpa pengaman. Aku benar-benar cemburu, Dex. Kau menetapkan batasan denganku, sementara tidak dengan Josephine,” rajuknya.

Dexter terkekeh. Dia pun menepikan mobil lalu memiringkan tubuh menghadap selingkuhannya. “Aku melakukan semua itu semata demi kebaikan kita, Chel. Aku tidak ingin merusakmu sama seperti yang aku lakukan pada Josephine,” belanya. Setidaknya bukan sekarang. Dexter tidak ingin Chelsea mengandung anaknya dulu. Dia ingin terlihat sebagai pria baik-baik di hadapan Tuan dan Nyonya Melden demi keberlangusngan masa depannya. Jika berhasil, maka dirinya bisa menguasai rumah sakit keluarga Melden tempatnya saat ini melaksanakan tugas residensi.

Dia lebih memilih Chelsea dibanding gadis lain yang tertarik padanya. Alasannya cukup sederhana, karena wanita itu adalah putri tunggal pemilik rumah sakit tempatnya bekerja sekarang. Dex akan menjadikan Chelsea sebagai tangga menuju kesuksesaannya. Dia akan membuktikan pada dunia jika seorang anak yatim piatu dari kalangan biasa pun bisa menjadi orang sukses. Ah, Josephine yang malang. Bahkan wanita itu tidak tahu jika sejak awal dirinya hanya dimanfaatkan demi mencapai keinginan Dexter semata. Dex sengaja mendekatinya untuk mendapatkan Chelsea.

“Kau bilang tidak ingin merusakku, tetapi kau mengambil pengalaman pertamaku. Pembelaan macam apa itu?” gumam Chelsea, memutar bola matanya malas.

“Itu karena aku tidak ingin kehilanganmu. Dan aku ingin menegaskan pada dunia jika Chelsea Melden adalah milikku!” tegas pria itu dengan penuh keyakinan.

Menegaskan pada dunia jika dia milik pria itu, Dexter pasti bercanda. Bahkan setelah satu tahun hubungan mereka, Dex belum bisa melepaskan Josephine. Namun, itu juga bagus baginya. Chelsea harus mempertahankan pertemanan dengan wanita bodoh itu untuk kepentingannya dan sang ibu.

Mobil kembali melaju. Di belakang, Josephine memacu kendaraan sedan putih miliknya dengan jarak aman. Keringat membasahi wajah meski suhu di dalam cukup dingin. Buku-buku tangannya memutih, mencengkram erat kemudi. Hingga saat mendapatkan celah, wanita muda memacu kendaraannya lebih cepat dan memblokir mobil Dexter hingga pria itu mengerem mendadak.

Kegaduhan terjadi di mobil Dexter. Chelsea mengumpat keras saat hampir terantuk dashboard akibat ulah orang tidak bertanggung jawab. “Orang bodoh mana yang menyetir dengan serampangan seperti itu?” geramnya. Namun, saat melihat plat nomor yang tertera pada mobil di depan membuatnya seketika diam seraya menggigit bibir bawahnya. “Josephine,” gumamnya, lirih.

Josephine keluar dari mobil dengan tergesa. Tangannya terlihat gemetaran, tetapi dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan kedua pengkhianat itu. “Dexter, keluar kau!” serunya. Menggebrak kap mobil pria itu dengan tatapan tajam mengarah pada dua orang yang tampak terkejut dan saling pandang.

Hingga menit berlalu, Dexter dan Chelsea keluar dari mobil. Keduanya saling bertukar tatap sebelum akhirnya mendekat.

“Sayang, bukankah kau seharusnya sedang melakukan operasi dengan Dokter Andrew?” Dexter tersenyum kikuk. Bak maling tertangkap basah.

“Kenapa? Apa aku tidak boleh berada di sini agar kalian bisa bebas pergi menghabiskan waktu bersama?” Josephine menatap nanar sosok tinggi di depannya. “Inikah perjalanan dinas yang kau maksud, Dex? Berlibur dengan teman masa kecilku dan … apa kalian tidak malu? Kalian menggunakan alasan pekerjaan untuk liburan bersama? Menjijikkan,” sinisnya.

“Josie, aku bisa menjelaskan semuanya. Kami tidak pergi untuk berlibur melainkan tugas yang diberikan pihak rumah sakit,” sela Chelsea. Mendekati Josephine dan berniat menenangkan wanita itu dengan menyentuh bahunya. Namun, niatan tersebut diurungkan saat temannya berbalik menatapnya tajam.

“Tugas apa? Di sekitar sini tidak ada klinik ataupun rumah sakit. Apakah tugas yang kalian maksud adalah melepas rindu di salah satu resort?”

“Josephine!” seru Dexter. Menarik lengan wanita itu hingga kembali menghadapnya.

“Apa? Tidak perlu mengarang cerita dengan alasan pekerjaan lagi, Dex, aku sudah tahu.” Josie menghela napas dalam. 

“Apa yang kau tahu?”

“Kalian menjalin hubungan di belakangku, aku tahu, saat kalian keluar dari apartemenmu." Sekuat tenaga Josephine menahan agar air matanya tidak jatuh. "Tatapan teduh yang biasanya kau arahkan padaku, hari ini kau tujukan untuk Chelsea,” tuturnya, tersenyum ironis.

Kedua orang itu saling bersitatap. Mereka tidak menyadari keberadaan Josephine. Kembali berbohong pun percuma. Wanita itu sudah tahu hubungan mereka.

“Setelah semua pengorbanan yang aku lakukan, inikah balasannya, Dex?” Josie mendengus sinis. Rasanya dia ingin mengamuk dan mencakar kedua orang di depannya. Namun, dia tidak ingin terlihat menyedihkan agar mereka tidak merasa menang karena menghancurkan hidupnya.

“Aku bisa menjelaskan semuanya, Josie, tolong tenangkan dirimu.” Dexter mendekat, tetapi Josephine langsung menghindari tangan pria itu yang ingin menyentuhnya.

“Tidak perlu menjelaskan apa pun lagi. Mulai hari ini, aku membebaskanmu dari hubungan kita, Dex. Sekarang kau dan Chelsea bebas melakukan apa pun yang kalian inginkan tanpa harus sembunyi-sembunyi di belakangku,” ungkapnya, lalu berbalik menghadap Chelsea. “Dan kau, terima kasih sudah bersedia mengambil parasit yang merugikan hidupku selama bertahun-tahun. Berkat kejadian hari ini, mataku akhirnya terbuka lebar. Ke depannya, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Mulai saat ini, aku juga memutuskan hubungan pertemanan kita. Sesama pengkhianat, kalian memang serasi jika bersanding,” lanjutnya, sinis.

Josephine berbalik. Semua kemarahan yang sebelumnya ingin diluapkan pada kedua orang itu buyar. Biarkan saja, meributkan semuanya pun rasanya percuma.

“Si bodoh itu! Akan sangat bagus jika dia mengamuk agar aku tidak sungkan padanya. Tapi, apa yang dia lakukan tadi? Dia ingin terlihat seperti wanita tangguh. Dan apa yang dikatakan tadi?” Chelsea bergumam geram. “Kau seharusnya tidak meremehkanku, Josephine!” serunya. Melangkah cepat dan mendorong Josie hingga wanita itu terhuyung dan jatuh menabrak kap mobilnya dengan keras.

Josephine mengerang kesakitan. Wajahnya pucat pasi, sebelah tangannya memegangi perut yang terasa bergejolak. “T-tidak, kumohon,” lirihnya ambruk di aspal. Rintih kesakitan terdengar pilu. Sementara Dexter, terkejut melihat cairan merah pekat mulai merembas dari sela-sela kaki kekasihnya.

“Josephine,” panggilnya khawatir. Namun, Chelsea menghalanginya saat hendak mendekati wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Shadow of Revenge    Extra Part

    Kelahiran Jasper menjadi titik balik hubungan Callister dan ayahnya. Keberadaan putranya membuat pria itu mengesampingkan ego. Atas nasihat sang istri, Callister sedikit demi sedikit menerima kehadiran Alexander dan berdamai dengan masa lalu mereka. Kediaman pria itu tak pernah sepi pengunjung. Mereka menjenguk Josephine dan memberikan banyak hadiah untuk si kecil Jasper. "Katanya, wajah anak pertama bisa menunjukkan siapa di antara kedua orang tuanya yang jatuh cinta lebih dulu. Dan terbukti, aku menyaksikannya sendiri, hari ini." Leandre menatap lembut wajah Jaser yang berusia satu bulan tengah terlelap dalam box bayinya. Tak terganggu sama sekali, bayi manis itu terlelap meski sekitarnya ramai. Leandre menatap Callister yang duduk dengan wajah tertekuk. Pria itu bosan karena temannya berkunjung untuk ketiga kalinya dalam satu bulan ini. "Tuan Callister orang yang jatuh cinta lebih dulu pada Josephine! Wajah Jasper benar-benar sama persis dengannya. Hanya warna matanya saja yang

  • Shadow of Revenge    Bab 59 (Tamat)

    Suatu malm, Callister secara spesial mengajak sang istri untuk makan malam di salah satu hotel bintang tujuh. Josephine tampak menawan dengan flowly gown warna pastel. Tambahan aksesoris kalung berlian yang berkilau, serta rambut yang ditata bergelombang menambah kesan anggun dan feminim. "Kau, baik-baik saja?" Callister tampak khawatir. Wajah istrinya pucat sejak beberapa hari lalu. "Aku hanya sedikit pusing, Call. Kupikir akan membaik setelah diistirahatkan, tetapi ternyata tidak." Josephine memegangi pelipisnya. Rasanya dia ingin memuntahkan isi perutnya yang bahkan tidak ada apa pun karena akhir-akhir ini nafsu makannya bermasalah. "Bagaimana jika kita ke rumah sakit? Wajahmu pucat, aku takut terjadi sesuatu." Josephine menggelengkan kepala. Suaminya sudah bekerja keras, membawanya makan di luar agar nafsu makannya kembali. Tidak mungkin dia membatalkan makan malam tersebut. "Sejujurnya, Call, ada hal penting yang harus aku katakan." Wajahnya terlihat sangat serius. "Ya, kata

  • Shadow of Revenge    Bab 58

    Satu minggu berlalu, Callister belum mendapatkan kepastian dari Jake Florent. Saat ini, pria itu sibuk merawat istrinya yang keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu. Dia merawatnya dengan telaten dan penuh kesabaran. Callister menahan diri untuk tidak meminta haknya sebagai suami karena tidak ingin menyakiti istrinya. Meski beberapa kali Josephine menggodanya, tetapi dia lulus dalam ujian tersebut. Setelah keluar dari rumah sakit, Josephine hanya duduk dan duduk. Makan masakan yang disiapkan Callister, lalu beristirahat setelahnya. Wanita itu merasa bosan, bahkan berat badannya naik dua kilo hanya dalam waktu singkat. "Kau mau kemana?" Callister buru-buru mendekati istrinya yang berdiri di depan pintu kamar. "Aku akan mencari udara segar di halaman belakang rumah kita." "Tidak. Kau harus tetap di rumah," larang pria itu. Josephine mendelik tajam. "Aku benar-benar bosan terkurung setiap hari di dalam kamar ini, Call, aku bukan burung yang bisa kau tempatkan di dalam sangkar," k

  • Shadow of Revenge    Bab 57

    Mark tampak fokus mengoperasi lengan Josephine yang terkena peluru. Sementara Angela dan Naima terlihat begitu gelisah. Mereka bahkan tidak sempat menghapus riasan karena kekacauan di hari pernikahan Josephine. Keduanya sigap membawa dokter wanita itu ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan. Karena luka yang dalam, akhirnya Josephine harus dioperasi. Tulang lengannya patah hingga harus dipasang pen untuk menyatukannya kembali. Sebuah pemandangan getir, di mana dulu dia adalah orang yang mengoperasi pasien, tetapi sekarang, dia berada di ruang bedah sebagai pasien. Hingga beberapa jam kemudian, Mark selesai melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. "Lukanya sangat dalam. Bahkan, tulang lengannya retak parah. Untungnya peluru tidak sampai menembus hingga mengenai organ vital," ucapnya. Dia pun keluar untuk menjelaskan kondisi pasien pada suaminya yang menunggu. "Bagaimana kondisi istriku?" Wajah Callister terlihat pias. Demi melindunginya, Josephine sampai mengorbankan diri. "Dokte

  • Shadow of Revenge    Bab 56

    Persiapan pernikahan Callister dan Josephine sepenuhnya menjadi tanggung jawab Fawn. Dengan antusias, wanita paruh baya itu mengatur semua persiapan dengan bantuan Selene. Untuk pengerjaan busana pengantin, dia mengerahkan tiga perancang busana untuk mempercepat pengerjaannya. Bahkan, tempat pemberkatan pun dia sendiri yang memilihnya atas persetujuan dari kedua calon mempelai. "Nyonya, saya tahu Anda tidak sabar menanti pernikahan Tuan dan Nona Orville, tapi Anda juga harus memperhatikan kesehatan Anda sendiri." Selene mendekat dengan nampan berisi obat serta segelas air putih. Fawn yang tengah sibuk memeriksa persiapan langsung meninggalkan buku catatan dan meminum obatnya. Pantas saja dia sedikit tak fokus, rupanya dia lupa minum obatnya. "Selene, apa ada kabar dari Callister dan Josephine? Kapan mereka akan kemari?" "Karena penelitian Nona Orville yang belum selesai, mereka sepertinya akan datang pekan depan, Nyonya." "Mereka bilang ingin menikah, tapi bahkan saat acara pe

  • Shadow of Revenge    Bab 55

    "Dokter, gawat, Dokter!" Seorang perawat berlari menuju ruang kerja Josephine. Wajahnya memucat, tangannya gemetaran. "Ada apa?" Josephine yang sedang bersiap-siap pulang langsung mendekat. Menyerahkan segelas air putih pada perawat tersebut. Wanita itu menegak habis air. Napasnya tersengal-sengal dengan keringat yang mulai bercucuran. "Sam, Dokter, dia tidak ada di ruang rawatnya," ucapnya. "Apa?! Bukankah tadi dia ada di ruangannya?" Josephine tampak begitu panik. Pasalnya, Samuel adalah salah satu pasien prioritas mereka. "Kau sudah mencarinya ke taman?" Josephine berjalan cepat menuju pintu keluar, diikuti perawat di belakangnya. "Saya sudah mencarinya kemana-mana, tapi dia tidak ada." Josephine mendekati lift. Namun, di sana tertera sebuah tulisan yang menyatakan jika benda tersebut dalam perbaikan. Mereka akhirnya harus menggunakan tangga darurat untuk mencari keberadaan Samuel. Sepanjang jalan, Josephine terlihat sangat gelisah. Dia takut anak itu tak sadarkan diri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status