Share

Bab 29

Penulis: Anonymous Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 13:21:06

“Tunggu!” Dexter berlari menghampiri mobil polisi yang hendak membawa Daisy. “Aku temannya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara dengan Dokter Daisy,” ucapnya pada petugas kepolisian yang menghalangi langkah.

Petugas kepolisian langsung memberikan jalan. Dexter menunduk, menatap iba wanita cantik yang duduk di kursi belakang mobil polisi. “Aku percaya padamu, Daisy. Kau tidak mungkin menyakiti Chelsea. Tunggu saja, akan kubuktikan jika bukan kau pelakunya.”

Josephine menatap pria itu lalu mendengkus sinis. “Kupikir kau percaya jika aku yang mencelakai tunanganmu.”

“Tidak, aku tahu kau tidak melakukannya. Akan ku pastikan kau dibebaskan.” Dexter berkata dengan penuh keyakinan.

“Dexter!” Seruan sebuah suara mengejutkan dokter pria. Dia pun menoleh, tatapannya langsung beradu dengan tatapan tajam Alexander Melden. “Berani sekali kau mengkhianati putriku, Dexter!”

Dexter langsung berdiri dengan tegap. Alexander yang dibutakan kemarahan menerjang pria muda itu dan mendaratkan satu pu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Shadow of Revenge    Bab 30

    Josephine kembali ke kediaman Callister jam tiga dinihari. Dokter wanita mengamati sekitar yang tampak sepi. Menuju meja makan, di sana terdapat hidangan yang sudah dingin. Menghela napas dalam, dia menyesal sebab tidak menghubungi Callister untuk mengabarkan kepulangannya yang terlambat. Ponselnya kehabisan daya begitu dia selesai mengoperasi tiga pasien.“Kau pulang begitu larut!”Wanita itu menoleh. Callister jalan mendekat. Pria itu menunggu di lantai dua kediamannya. Dan saat melihat kedatangan Josephine, dia buru-buru turun dengan lift. “Apa terjadi sesuatu?” tanyanya.Josephine mengangguk. Wajahnya yang tampak lelah mengulas senyum tipis. “Ada keadaan darurat di rumah sakit.“Kau pasti lelah. Bersihkan dirimu, aku akan memasak sesuatu untukmu.” Callister bersiap ke dapur. Namun, tangannya diraih oleh wanita cantik itu.“Tidak perlu memasak makanan baru, cukup hangatkan makanan di meja makan saja. Aku akan segera bergabung,” tukasnya. Melenggang pergi ke kamarnya.Callister meng

  • Shadow of Revenge    Bab 29

    “Tunggu!” Dexter berlari menghampiri mobil polisi yang hendak membawa Daisy. “Aku temannya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara dengan Dokter Daisy,” ucapnya pada petugas kepolisian yang menghalangi langkah.Petugas kepolisian langsung memberikan jalan. Dexter menunduk, menatap iba wanita cantik yang duduk di kursi belakang mobil polisi. “Aku percaya padamu, Daisy. Kau tidak mungkin menyakiti Chelsea. Tunggu saja, akan kubuktikan jika bukan kau pelakunya.”Josephine menatap pria itu lalu mendengkus sinis. “Kupikir kau percaya jika aku yang mencelakai tunanganmu.”“Tidak, aku tahu kau tidak melakukannya. Akan ku pastikan kau dibebaskan.” Dexter berkata dengan penuh keyakinan.“Dexter!” Seruan sebuah suara mengejutkan dokter pria. Dia pun menoleh, tatapannya langsung beradu dengan tatapan tajam Alexander Melden. “Berani sekali kau mengkhianati putriku, Dexter!”Dexter langsung berdiri dengan tegap. Alexander yang dibutakan kemarahan menerjang pria muda itu dan mendaratkan satu pu

  • Shadow of Revenge    Bab 28

    Chelsea berjalan sempoyongan. Perut bagian bawahnya tiba-tiba mengalami kram. Menyusul Josephine, dokter wanita berjalan perlahan menuruni undakan tangga. “Tidak, aku harus kuat! Jika tidak hari ini, maka tidak akan ada kesempatan lain.” Dia pun kembali berjalan. Namun, beberapa saat kemudian berhenti saat merasakan kram yang lebih intens.Di bawah sana, Daisy sedang menerima panggilan telepon. Chelsea tahu siapa yang sedang menghubungi wanita tersebut. Tersebar kabar mengenai wanita itu dengan salah satu pasien VIP. “Dasar wanita murahan. Tidak cukup dengan putra menteri pertahanan, dia merayu Callister dan Dexter secara bersamaan!” desisnya.Kembali melanjutkan langkah, Chelsea melihat wanita di bawah sedang berjongkok. “Ini kesempatanku,” gumamya. Berjalan tanpa menimbulkan suara. Namun, saat hendak mendorong Josephine yang sedang berjongkok, justru kakinya terpeleset hingga tubuhnya terdorong ke depan. Josephine tersentak saat sesuatu menimpa kepalanya. Namun, dia berhasil meraih

  • Shadow of Revenge    Bab 27

    “Angela, tunggu!” Josephine menarik tangan rekan kerjanya hingga berhenti. Dia pun membawanya ke tempat yang lebih tenang.“Dok, saya tidak melihat apa pun.” Angela menggelengkan kepala. “Saya tidak akan mengatakannya pada siapa pun,” lanjutnya. Tangannya mengisyaratkan dia akan tutup mulut. Wajahnya terlihat pucat melihat Callister mendekati mereka berdua.“Ya, rahasiakan apa yang kau lihat tadi,” ucap Callister. Wajahnya berubah dingin, tak seperti saat berdua dengan Josephine.Angela mengangguk. “K-Kalau begitu, saya permisi.” Dia pun melewati keduanya setelah mendapat anggukan dari Callister. Masuk ke gudang untuk mengganti sprai dan selimut pasien.Josephine berbalik menatap Callister dengan tajam. “Kau ….” Tangannya terkepal di atas. Dia kehabisan kata-kata melihat wajah Callister yang seolah mengejeknya. “Dasar otak mesum! Karena kau aku dalam masalah. Untung yang datang Angela, kalau Chelsea atau Dexter, bagaimana?" gerutunya, kesal. Dia pun berjalan cepat. Namun, lagi-lagi Ca

  • Shadow of Revenge    Bab 26

    Callister langsung kembali ke tanah kelahirannya setelah mengetahui masalah yang terjadi. Namun, alih-alih mengunjungi rumah sakit, pria itu justru menyambangi perusahaan penyedia peralatan kesehatan yang memasok peralatan medis rumah sakitnya.Apa yang pria itu takutkan benar terjadi. Akar permasalahan ada di perusahaan tersebut. Kelalaian para pekerja yang mengakibatkan rumah sakit terdampak. Callister langsung mengumpulkan semua petinggi perusahaan dan memarahi mereka karena teledor. Callister berdiri tegap di ruang rapat yang dipenuhi oleh para petinggi perusahaan. Tangannya terkepal, darahnya mendidih saat ia mengetahui kesalahan fatal yang diakibatkan perusahaan penyedia peralatan medis tersebut. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Suaranya menggema, tajam dan berat.Wajahnya merah padam, urat-urat di lehernya menonjol saat ia menatap satu per satu eksekutif yang duduk di hadapannya. "Kita berbicara tentang keselamatan pasien, nyawa manusia!" teriaknya, sambil menghentakkan tangan ke

  • Shadow of Revenge    Bab 25

    “Anda yakin akan masuk seorang diri, Tuan? Bagaimana jika Nyonya kembali mengamuk dan menyerang Anda?” taya Jansen. Keduanya berhenti tepat di depan bangunan rumah sakit jiwa di mana ibu Callister dirawat.“Aku sangat yakin. Lagipula, aku tidak bisa menghindarinya lebih lama, Jansen. Bagaimanapun, dia wanita yang telah membawaku ke dunia ini. Baik buruknya dia, dia tetap ibu kandungku.” Callister turun dari mobil. Diikuti asisten pribadinya.Keduanya menatap bangunan bertingkat di hadapan. Callister sengaja memindahkan tempat rawat ibunya di Negara J untuk menjauhkannya dari jangkauan Emilia. Sampai saat ini, wanita yang dulunya penyayang itu belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali normal. Padahal, dia sudah membayar begitu banyak dokter untuk mengobatinya. Namun, sampai saat ini masih belum membuahkan hasil.“Kau tunggu saja di sini. Aku akan segera kembali.” Callister melenggang ke dalam bangunan itu. Kedatangannya sudah diberitahukan pada pemilik tempat tersebut. Seorang dokter

  • Shadow of Revenge    Bab 24

    Josephine mengerutkan kening merasakan ada yang aneh dengan mobilnya. Dokter wanita baru saja kembali dari makam kedua orang tuanya karena merindukan mereka. “Bahan bakarnya habis? Astaga!” gumamnya frustasi.Mengamati sekitar, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Tempatnya berada saat ini tak lain adalah hutan pinus yang jauh dari pemukiman. Memeriksa ponsel, untungnya hal tersebut tidak berpengaruh pada jaringan hingga dia pun dapat meminta bantuan pada seseorang untuk menjemputnya di sana.Pertama, Josephine mencoba menghubungi Callister. Namun, nomor pria itu tidak bisa dihubungi. “Astaga! Aku lupa dia berangkat ke Negara J. Callister pasti masih di pesawat.” Dia pun kembali melihat kontak di ponselnya. Timnya, dia ragu mereka akan membantu. Mengingat jarak yang harus ditempuh cukuplah jauh.Hingga akhirnya, bibir tipis itu tersungging sinis. Josephine mendial nomor Dexter yang didapat dari grup rumah sakit. Tak perlu menunggu lama, pria itu langsung menjawab panggilannya. “Do

  • Shadow of Revenge    Bab 23

    “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Dokter Daisy, semoga panjang umur!”Josephine tertegun melihat rekan kerjanya bernyanyi di depan sana. Kue ulang tahun, lengkap dengan topi kerucut yang mereka gunakan. Zoe pun ada di sana. Namun, tak ada rasa terharu sama sekali. Itu bukan tanggal ulang tahunnya. Dia merubahnya setelah meninggalkan negara kelahirannya untuk melanjutkan pendidikan.Tanggal lahir yang tertera di kartu identitasnya yang baru adalah tanggal di mana dia hampir mati oleh Dexter dan Chelsea. Hanya saja, Josephine mengganti tahun agar tidak dicurigai oleh siapa pun. Meski bukan tanggal lahirnya, dia tetap menunjukkan apresiasi pada mereka yang menyiapkan semuanya. “Bagaimana kalian tahu tanggal ulang tahunku?” tanyanya.“Kami melihatnya di resume Anda beberapa waktu lalu. Kemudian, kami sepakat akan memberikan kejutan. Meski tidak tepat waktu, tetapi kami berharap Anda panjang umur dan sehat selalu, Dok,” sela Angela.Naima langsung mengambil bu

  • Shadow of Revenge    Bab 22

    Di salah satu bilik toilet perempuan, terdengar seseorang memuntahkan isi perutnya. Tak lama berselang, Chelsea keluar dari bilik toilet dengan wajah pucat. Sebelah tangannya memegangi kepala yang terasa berputar, sementara satunya lagi mencoba mencari pegangan agar tubuhnya tidak terjatuh. “Astaga! Ini sangat melelahkan. Bahkan sekarang aku sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi,” gumamnya.Hampir dua bulan, dia tidak mendapatkan tamu bulanannya. Awalnya Chelsea mengira mungkin itu akibat dari stres, tetapi dia salah. Sebuah kehidupan baru tengah berkembang dalam perutnya, dan hingga saat ini, dia belum mengatakan apa pun pada Dexter.Merogoh saku jas, dia pun mengambil ponsel lalu menghubungi pria itu. Dia tidak bisa menunda lebih lama lagi. Mereka harus segera menikah sebelum kandungannya makin membesar. Butuh waktu sampai pria itu akhirnya menjawab panggilan. “Dex, kau di mana?” tanyanya begitu tersambung.“….”“Ada hal penting yang harus kita bicarakan, Dex.”“….”“Ini lebih pen

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status