"Seorang pria lanjut usia di temukan tewas di dalam salah satu rumah di kawasan perumahan elite."
Jason yang sedang memakan sarapannya pun segera memuntahkannya kembali. Jason memantapkan pandangannya pada berita tersebut. Jason terus memperhatikan berita itu, hingga menampilkan alamat kejadian. Jason mengingat-ingat alamat tersebut. Lalu Jason teringat dengan Lusiana. Rumah itu tak cukup jauh dari rumah Lusiana.
"Aku harus segera kesana." Ujar Jason.
Semua orang yang ada di meja makan sontak menatap Jason bersamaan. Jason yang merasa ditatap oleh semua orang yang ada disana pun langsung menaikan sebelah alisnya.
"Aku harus menemui Lusiana." Jelas Jason.
"Jangan berurusan dengannya." Cegah Tangan Kanan.
Jason mengeluarkan kotak merah dari saku celananya. "Aku akan segera melamarnya. Maka dari itu aku harus memastikan calon istri ku baik-baik saja."
&nb
"Apa kabar, tuan Holland?" Sapa Jason.Jason tersenyum melihat kedatangan Holland dan Franco. Namun sepertinya Holland dan Franco tidak senang melihat kehadirannya. Jason yang merasa sapaannya tak di gubris pun mengangguk kecewa. Ia berjalan mendekati Franco, lalu membetulkan dasi Franco yang sedikit miring."Sifat seseorang terlihat dari bagaimana dia berpakaian." Gumam Jason.Franco menatap Jason dengan tajam. "Apa maksud mu?"Jason memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "Selesai. Sekarang letaknya sudah sejajar."Jason menepuk-nepuk bahu Franco. Lalu ia membungkukan tubuhnya sebagai bentuk hormat pada Holland. Sebelum kembali masuk ke dalam rumah tersebut, Jason menyempatkan diri berpesan pada Holland dengan berbisik ke telinga nya."Sebaiknya jangan memaksakan diri. Wajahnya sangat busuk sampai ulat itu sangat bergairah tinggal disana." Ujar Jason.
Sesaat sebelum pengintaian...Jean dan Watt berada di kamarnya yang cukup luas. Mereka duduk di lantai dengan laptop di depannya. Jean terus saja menggerakan jarinya di keyboard. Hingga akhirnya layar berwarna hitam, lalu muncul data pribadi seseorang. Ternyata Jean dan Watt sedang berusaha mencuri data dari Departemen Kepolisian Chicago. Berkat kepintaran Jean, kini mereka memiliki data lengkap anggota tim Delta dan juga Franco. Setelah itu mereka segera mencetak file itu dengan printer yang kebetulan ada di dalam kamar tersebut.Jean mengamati setiap data yang berhasil mereka cetak. Lalu Watt menunjukan tempat kelahiran Dave yang ternyata adalah kota Buford. Dave lebih tua tiga tahun dari Jason, artinya Dave pasti mengetahui kasus pembunuhan tersebut."Menurutmu apa alasan dia bergabung dengan pasukan khusus?" Tanya Jean.Watt yang kini mengambil alih laptop itu pun menoleh ke arah Jean yang masih
Jean terus menatap ke arah sosok yang ada di belakangnya tersebut. Perlahan tangannya seperti akan meraih sesuatu di saku celana nya. Namun sosok itu tak menyadarinya sama sekali. Kemudian setelah berhasil meraih benda yang ada di sakunya, Jean segera menyemprotkannya ke mata sosok tersebut. Sosok itu meronta-ronta kesakitan sambil memegangi matanya. Hal itu membuat seluruh pengunjung rumah makan menjadi panik. Sedangkan Jean dan Watt segera berlari keluar dari rumah makan tersebut. Mereka berlari sekencang mungkin untuk menuju mobil.Saat tiba di dalam mobil, Jean dan Watt segera tancap gas meninggalkan tempat itu. Jean menarik nafas dan menghembuskannya perlahan secara berulang-ulang. Watt yang ada di sampingnya pun bingung."Mengapa kau melakukan itu?" Tanya Watt.Jean yang masih terengah-engah pun mengisyaratkan Watt untuk jangan bertanya lagi. Jean melajukan mobilnya ke rumah Tangan Kanan dengan kecepatan yang stabi
Franco menatap mata Jason dalam jarak yang sangat dekat. Franco dapat merasakan emosi yang ada dalam diri Jason. Franco menggenggam tangan Jason, ia berusaha melepaskan cengkraman di lehernya. Namun buka lepas, cengkraman itu semakin mengerat hingga Franco semakin sulit bernafas."Lakukanlah... Mereka akan tahu kau membunuhku...." gumam Franco dengan sisa tenaga nya.Jason tersenyum melihat Franco yang sudah mulai melemah. "Setidaknya aku membunuh mu."Franco hanya tertawa tanpa suara sambil terus berusaha melepaskan tangan Jason yang mencengkram kuat lehernya. Franco merasakan seperti dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Franco akhirnya terbatuk saat kehabisan nafas.Bugh!Akhirnya Jason melepas cengkramannya dari leher Franco saat sebuah tas mendarat di wajahnya. Jason mengusap darah yang berasal dari pipinya. Jason mengambil tas yang berhasil melukai wajahnya ters
Kini Jason sudah berada di ruang bawah tanah bersama dengan Dave dan rekannya. Jason menodongkan pistol ke arah mereka berdua agar mereka tak memberontak. Jason kemudian memerintahkan Dave untuk mengikat rekannya itu di sebuah kursi listrik. Dave ingin sekali menolak, tapi moncong pistol kini sudah berada di pelipisnya. Akhirnya Dave mengikat rekannya tersebut. Berulang kali rekannya itu memohon pada Jason, namun Jason sama sekali tak menghiraukannya."Ingin bertukar tempat?" Tanya Jason pada Dave.Dave terlihat sangat kaget dengan ucapan Jason. "Ya?""Kau mau bertukar tempat dengannya?" Tanya Jason sekali lagi.Dave dengan cepat menggelengkan kepalanya. Setelah selesai mengikat rekannya, kini Dave di perintahkan untuk duduk di kursi untuk menonton. Jason menekuk jarinya sebagai pemanasan. Selain itu, ia juga melakukan jalan di tempat. Setelah selesai melakukan pemanasan, kini saat nya permainan di m
Jason berjalan menyusuri tangga di ruang bawah tanah. Kini ia sudah mengetahui siapa orang yang ada di belakang ini semua. Jason juga mengetahui bahwa tujuan utama mereka adalah untuk membunuhnya. Begitu pulang dengan Jean yang setuju untuk menyingkirkan Jason yang bisa menjadi bukti nyata masalah penelitian ilegal.Jason meraih ponselnya yang ada di saku celananya. Terdapat lebih dari 10 panggilan tak terjawab dari Lusiana. Jason memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia sudah berjanji tidak akan peduli dengan apa yang terjadi pada wanita tersebut. Jason yang sudah merasa lega pun membanting tubuhnya di sofa ruang tamu. Semua rasa lelahnya seakan terbayar dengan informasi yang ia temui dari rekan Dave.Saat Jason sedang memejamkan matanya, tiba-tiba suara bel mengganggu istirahatnya. Dengan malas Jason berjalan menuju pintu dan membukanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lusiana yang sedang menangis. Matanya yang sudah membengk
Pagi ini Jason terbangun di dalam kamarnya. Entah bagaimana dia bisa berada di kamarnya. Seingatnya, kemarin ia dan Lusiana hanya berada di ruang tamu. Saat Jason tengah menemani wanita itu makan, ia di beri sesuatu. Namun Jason masih tak dapat mengingat apa yang di berikan oleh Lusiana. Jason memaksakan tubuhnya untuk bangkit, namun kepalanya terasa sangat berat.Jason memegangi kepalanya. "Ah sial... obat tidur."Jason menggelengkan kepalanya berulang kali untuk menghilangkan rasa pusingnya. Lalu ia berjalan menuju ruang bawah tanah dengan kepala yang terasa pusing. Namun ia melihat pintu di ruang bawah tanah itu terbuka. Lampu di sekitarnya juga menyala, itu artinya ada seseorang di dalam ruangan tersebut. Jason segera membuka jalan menuju ke ruang rahasianya yang berada di bawah ruangan tersebut.Jason menuruni anak tangga melingkar itu dengan cepat tanpa takut terjatuh. Kemudian pemandangan pertama yang ia lihat ada
Pagi ini Jean memutuskan untuk mencari Jason yang tak kunjung pulang ke rumah. Jean memang terbiasa tak melihat putra nya tersebut, namun ia juga memiliki perasaan khawatir. Watt yang masih tertinggal di dalam rumah pun berlari mengejar Jean yang sudah berada di mobil. Jean berdecak sebal saat melihat Watt yang sedang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Jean segera turun dari mobil dan menghampiri Watt."Aku ingin mencarinya sendiri!" Tegas Jean.Watt menggaruk tengkuknya. "Tapi kau tidak punya SIM."Jean mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan kartu berukuran persegi panjang. Jean dengan bangga menunjukan kartu itu ke depan wajah Watt."Bagaimana bisa seorang detektif tidak memiliki kartu SIM?"Watt yang nampaknya tak mau berada di rumah itu sendiri pun mencoba mencari alasan lain. "Bagaimana jika tulang belakangmu bermasalah lagi?"Jean mengernyitkan da