Home / Romansa / Si Bangsawan dan Gadis Desa / Batas Antar si Kaya dan si Miskin

Share

Batas Antar si Kaya dan si Miskin

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2021-11-06 07:45:52

"Elinoure."

Mendengar nama sang kekasih tercinta disebut, Carlos lekas berbalik.

Ditatapnya dengan sorot serius pelayan wanita tersebut. Lalu, Carlos agak mendekat. Setengah berbisik, ia bertanya. "Siapa Elinoure?"

Carlos tidak mau rahasia terbongkar. Ia terpaksa pura-pura tidak mengenali Elinoure.

Sudut bibir si pelayan wanita itu terangkat. Ada senyum yang tidak bisa dijelaskan melalui kata-kata. Namun, satu yang membuat Carlos takut.

Bagaimana kalau pelayan wanita itu melaporkannya pada Yolanda?

"Elinoure adalah tetangga saya di kampung halaman, tuan. Semua penduduk menyebut gadis itu sebagai lambang kecantikan desa. Ia cantik, anggun, penurut dan satu hal pasti, ia berhasil merebut hati tuan muda. Benar begitu?"

Carlos terkejut sesaat. Lantas, bola matanya mengarah pintu. Syukurlah tidak ada seorangpun yang lewat.

"Tidak," balas Carlos, "aku tidak ada hubungan apapun dengan Elinoure," lanjutnya, membantah.

Si pelayan wanita tersenyum kembali. "Itu karena Tom memaksa tuan muda mengakhiri hubungan terlarang ini."

Kedua mata Carlos terbuka lebar. Keterkejutannya kian menjadi. Dalam kebungkaman, hatinya berucap, "Kenapa Bi Anne bisa tahu?"

Anne, nama pelayan wanita di depannya. Tidak ada nama belakang atau nama tambahan lain. Biasanya, itu karena status keluarga mereka kurang berposisi.

Tahu apa yang dipikirkan sang tuan muda. Pelayan bernama Anne itu melanjutkan kata-katanya.

"Tom mengingkari janji tuan muda. Pelayan senior itu begitu setia pada nyonya. Mustahil sekali, ia membuat kebohongan," ungkap Anne. Spontan membuat Carlos mengepalkan tangan dengan gigi menyatu menahan emosi.

"Hanya itu yang ingin saya sampaikan. Saya permisi, tuan muda."

Kemudian Anne membungkuk, berjalan mundur. Pintu kembali ditutup dari luar.

Detik itu juga, Carlos menendang tembok. Sebuah bingkai jatuh ke permukaan. Carlos tidak peduli. Pria itu benar-benar sangat marah.

***

Hiaaa

Hiaaa

Sang fajar baru saja menyembulkan semburat jingga. Mega-mega kelabu masih menyelimuti langit. Di kejauhan sana, tampak cahaya bulan yang kian memudar.

Sesuai perkataan Yolanda. Di waktu itulah, ia dan Tom membawa Carlos melakukan perjalanan jauh.

Saking jauhnya, mereka sampai membawa bekal beraneka ragam. Tentunya bekal dengan kualitas terbaik.

Dalam perjalanan, kedua mata Carlos tidak henti-hentinya menatap tajam pada Tom Lousi. Kebencian meletup-letup di dadanya. Ingin sekali Carlos mencekik pria pengkhianat itu. Namun, Carlos sadar, Tom Lousi hanyalah seorang pelayan yang akan setia pada Nyonya.

Yolanda tahu maksud tatapan tajam Carlos, tetapi wanita itu bersikap acuh tak acuh. Ia memandangi mereka secara bergantian sambil menikmati biskuit bertabur kacang almond.

Di sisi lain.

Plakkk

Tamparan mendarat tepat di pipi kanan Elinoure. Seketika kepalanya tertunduk dengan tangan terangkat, mengusap bekas tamparan tersebut.

Rambut ikal nan indah milik wanita itu terurai. Menutup sebagian wajah, sekaligus kecantikannya.

"Bodoh!!!" Kata itu menyusul. Menelisik gendang telinganya sampai hati wanita itu tersentil, sakit.

"Berapa kali Ibu katakan padamu? Jangan berhubungan dengan keluarga bangsawan seperti mereka!!" bentak wanita bernama Larissa. Yakni seorang Bibi yang dianggap ibu oleh Elinoure.

Elinoure bukan tipe pembantah. Wanita itu diam tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Larissa memutar badan seraya mengusap kasar wajahnya. Biar ia suka ngomel-ngomel pada Elinoure, tetapi hati wanita itu sungguh tidak rela kalau harga diri Elinoure diinjak-injak.

"Tom hanyalah perwujudan anjing, tetapi ia berani menyebutmu rendahan!" geram Larissa.

"Bu." Lirih sekali, Elinoure memanggil.

Bibinya bergeming. Elinoure memberanikan diri mengangkat wajah.

"Aku mencintainya, ia mencintai ku. Kami saling cinta, Bu," ungkap Elinoure.

Sontak Larissa berbalik. Hendak ia tampar lagi pipi keponakannya itu, akan tetapi tangannya hanya sampai di udara.

Tidak tega jika ia melukai wajah cantik sang keponakan. Ia pun menahan diri. Ia mengepal lalu menarik kasar tangannya sendiri.

"Status kau dan tuan muda Carlos berbeda, Noure!" tekan Larissa.

"Aku tahu, Bu," balas Elinoure.

"Kalau kau tahu. Lantas, mengapa kau menggali lubang dalam untukmu sendiri?"

Elinoure membisu. Ia pun bingung awal mula kejadiannya seperti apa, sampai detik ini, ia teramat mencintai Carlos. Bahkan, saking cintanya, ia telah menyerahkan satu-satunya kehormatan seorang wanita untuknya.

"Nak." Kemarahan Larissa sedikit meredam. Wanita itu mengusap pundak Elinoure. "Kita orang rendah. Jangan dekat-dekat orang bangsawan. Mereka hanya punya dua pandangan mengenai kita. Satu, kita dianggap pengemis. Dua, kita bagai pelampiasan amal mereka. Jadi, mengertilah, nak. Sudahi semua ini, sebelum kau masuk terlalu dalam ke jurang yang kau buat," tutur wanita setengah baya tersebut.

Elinoure mengangguk, toh semalam ia sendiri yang telah mengakhiri hubungan percintaannya dengan Carlos.

Larissa tersenyum lega. Ia mendekap sang keponakan. Dielus rambutnya yang tergerai.

***

Sore hampir sampai.

Kereta kencana milik Yolanda memasuki pusat kota.

Keramaian menyambut kedatangan keluarga bangsawan itu.

Dengan menyibakkan gorden kereta, Yolanda dapat melihat aktifitas padat para penduduk kota. Ada yang sibuk mengasah pedang, berniaga, berkumpul antar pria-pria berjas serta beberapa orang yang memandang kereta milik wanita itu.

Yolanda menutup gordennya lagi. Ia tersenyum riang. "Sebentar lagi, kita sampai," kata wanita itu pada Carlos.

Carlos tak merespon.

Yolanda terlampau senang. Ia tidak peduli Carlos menanggapi atau tidak. Yang jelas, saat ini ia akan sampai tujuan datang.

Hiii

Kereta berhenti. Sebuah bangunan megah bertema klasik berdiri kokoh di depan mereka.

Tom keluar lebih dulu. Ia membantu Yolanda turun. Disusul Carlos yang menolak bantuan Tom.

Seorang wanita berusia 50 tahunan membuka gerbang rumah. Senyumnya ramah menyambut.

"Nyonya Yolanda, silahkan masuk. Tuanku beserta yang lain telah menunggu," kata si wanita 50 tahunan itu.

Dengan bersemangat, Yolanda mengayunkan kakinya melewati gerbang. Begitu juga Carlos dan Tom, yang mengekor.

Tiba di dalam rumah.

Yolanda bersama para bangsawan lain saling membungkuk memberi hormat. Carlos juga melakukan hal serupa.

Setelah itu, keduanya dipersilahkan duduk bersama anggota keluarga. Mereka adalah sepasang suami istri pemilik rumah, dua anak perempuan yang dewasa dan cantik menawan, serta seorang putra gagah berusia lebih tua dari Carlos.

"Lama tidak bersua, apa kabarmu saudariku, Yolanda?" Tanya tuan besar pemilik rumah. Sebut saja tuan M Johannes.

"Sungguh, bertemu kalian membuatku merasa lebih baik usai perjalanan panjang ini," jawab Yolanda.

Johannes tersenyum, begitu pula dengan anak dan istrinya. Lalu, pandangan pria tua itu tertambat pada wajah tampan Carlos.

Segera, Yolanda menjelaskan, "Ini putra bungsu ku, yang kali terakhir kalian lihat saat berusia sepuluh tahun."

Johannes berdecak kagum. "Sangat tampan anak bungsumu ini."

Yolanda mengulas senyum sambil menatap singkat anaknya.

"Perjanjian kita telah dibuat beberapa tahun silam. Apa sekarang masih berlaku, Johannes?"

Johannes menatap istri dan kedua putrinya sebentar. Kemudian bibirnya mengembang.

Pria tua itu membalas, "Tentu, Yolanda. Lihatlah kedua putriku. Carlos bisa memilih salah satunya."

Merasa disebut, kedua putri Johannes serta merta memasang pose anggun nan menawan. Sayang sekali, dari keduanya, tidak ada satupun yang mampu menggetarkan hati Carlos.

Berbeda sekali saat Carlos kali pertama melihat Elinoure. Meski baru pertama, ia langsung dibuat terhipnotis.

Yolanda lega. Ia mengelus-elus pundak Carlos seolah memberi dukungan penuh.

"Pilihlah salah satunya, Nak," pinta Yolanda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Berhasil Melarikan Diri.

    Kereta berhenti dengan sentakan kasar. Tubuh Elinoure ikut terhempas ke depan, bahunya membentur sisi bangku kayu yang dingin. Ia mengerjap, menahan nyeri. Pria tua itu—si pembeli menjijikkan—berdiri sambil merapikan kerah bajunya dan menyisir rambut panjangnya dengan jari-jari dekil. “Jangan ke mana-mana, ya,” katanya, menyeringai, sebelum turun dari kereta. Langkahnya menjauh, suara derit sepatu botnya menghilang dalam hembusan angin padang. Elinoure memutar kepala, mendengarkan. Tak ada suara lain. Hanya sepi. Sunyi yang menusuk telinga. Kesempatan. Dengan nafas terengah, ia menarik-narik pergelangan tangannya yang masih diikat tali kasar ke sisi bangku. Tali itu keras dan kuat, mungkin terbuat dari serat goni tua. Ujungnya merobek kulitnya sedikit demi sedikit. Darah mulai mengalir. Tapi Elinoure menggertakkan gigi dan terus mencoba. Tarik. Putar. Dorong. Luka semakin menganga. Tapi ia tidak peduli. Setiap tetes sakit adalah bukti bahwa ia masih hidup—bahwa ia belum menyera

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Akhirnya Dibatalkan.

    Elinoure membuka matanya perlahan, seolah kelopak matanya terbuat dari timah berat. Cahaya remang menelusup dari sela jendela kecil di samping, mengguncang kepalanya yang masih berdenyut hebat. Pandangannya berkunang-kunang, dan detik demi detik kesadarannya mulai kembali. Ia berada di dalam kereta. Tapi… bukan kereta yang tadi. Interiornya berbeda. Lebih pengap, lebih sempit, dan bau keringat bercampur parfum murahan memenuhi udara. Langit-langit kayunya kasar, ada bercak noda tua di sudutnya. Derap roda di atas tanah berbatu terasa lebih kasar, seperti kereta itu melaju di jalanan pedalaman. Ia mencoba mengangkat tangan—tapi tak bisa. Pergelangan tangannya diikat ke sisi bangku dengan tali kasar. Napasnya tercekat. “Apa ini,” bisiknya, nyaris tak terdengar. Suara tawa rendah dan pelan menjawab dari samping. "Ah, kau akhirnya bangun juga." Elinoure menoleh cepat, dan saat itulah jantungnya nyaris berhenti. Di sebelahnya duduk seorang pria. Usianya sekitar 50 tahunan, be

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Menjebak.

    Carlos mengatup rahangnya kuat-kuat. Dadanya bergemuruh, bukan hanya karena amarah—tapi juga karena kecewa. Emma… gadis itu ternyata sedang dijadikan alat tukar demi menyelamatkan keluarganya. Dan semua ini terjadi di balik punggungnya, saat dia sibuk menghindari pernikahan yang dijodohkan kakeknya. Tangannya mengepal, namun pikirannya tetap jernih. “Aku harus melaporkan ini pada Kakek. Pria tua itu tidak akan mau rugi besar!" *** Kediaman keluarga Carlos, malam hari. Lampu-lampu di aula utama masih menyala ketika Carlos kembali dari perjalanan diam-diamnya. Meski tubuhnya lelah dan bajunya tertempias debu perjalanan, sorot matanya tetap menyala penuh tekad. Langkahnya mantap menyusuri lorong, hingga sampai di ruang kerja sang kakek—ruang yang biasanya tertutup rapat di malam hari. Tok. Tok. "Masuk," suara berat sang kakek terdengar dari dalam. Carlos mendorong daun pintu kayu itu perlahan. Pria tua di belakang meja tampak memindahkan pandangannya dari berkas-berkas tua ke

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Faktanya!

    Memikirkan rencana Kakeknya, Carlos tidak bisa tertidur. Pria itu berjalan mondar-mandir mencari cara supaya pernikahan tersebut tidak terjadi, karena jika Kakeknya sudah berencana maka semuanya akan berjalan cepat.Tok! Tok! Tok!Pintu kamar pria itu tiba-tiba diketuk.Carlos spontan mengarahkan matanya ke jam dinding, dan keningnya seketika berkerut. "Siapa yang tengah malam masih terjaga?"Tok! Tok! Tok! Ketukan berlangsung lagi.Karena penasaran, Carlos membuka perlahan pintunya dengan kepala tertunduk lalu terangkat dan …"Bibi Anne!" Rupanya asisten rumah tangga pria itu yang datang semalam ini.Sambil memastikan tidak ada orang melihat, Anne bertanya pelan. "Apa saya diperbolehkan masuk, Tuan muda?"Carlos membuka pintunya lebih lebar. "Silahkan."Anne segera masuk kemudian Carlos menutup pintunya sesegera mungkin."Ada yang harus saya sampaikan, Tuan muda," ungkap Anne serius."Katakan," suruh Carlos pun tak kalah serius. Anne mendekatkan kepalanya pada telinga Carlos untuk

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Dua Anak Pembangkang.

    Begitu sampai rumah, Carlos mendapati kuda hitam legam gagah milik Krunoslav Marion; sang Kakek, tengah asyik memakan jerami.Perasaan Carlos tak enak. Pria itu berinisiatif tidak langsung memasuki rumah, melainkan berjalan mengendap-endap dari pintu belakang menuju tembok perbatasan ruang tamu dengan ruang belakang."Tu—" Melihat Carlos, Anne selaku Pelayan bagian dapur nyaris bersuara. Bagus wanita itu sadar Carlos sedang menghindari sesuatu, jadi mulutnya lekas dibekap rapat-rapat.Melalui tembok pembatas, Carlos mengintip apa yang sekarang Kakek dan Ibunya lakukan.Meski mereka terlihat duduk normal seperti biasanya, tetapi wajah mereka terlihat serius apalagi saat Tom ikut andil.Sayangnya, suara mereka tidak berhasil sampai ke telinga Carlos. Pria itu balik badan menghela nafas menyayangkan."Apa Tuan muda ingin aku menghampiri mereka?" tawar Anne.Kelopak mata Carlos membuka lebar bersemangat. "Ya! Kalau bisa."Anne menunjuk baki berisi satu set teko keramik putih. Berdasarkan

  • Si Bangsawan dan Gadis Desa   Gadis Tidak Tahu Diri???

    Sampai di rumah, Larissa sudah berdiri di depan pintu masuk seperti penjaga. Berhubung Carlos ada di antara mereka, Larissa langsung berkacak pinggang siap memarahi."Apa-apaan ini, Andrew! Kalian …" Larissa berpikir bahwa Andrew sengaja mendekati Elinoure supaya Carlos lebih gampang menjumpai gadis tersebut.Andrew segera menjelaskan, "Tidak seperti yang Bibi Larissa duga."Larissa mengernyitkan kening dengan kepala sedikit miring.Andrew melanjutkan, "Carlos menyusul kami ke danau."Karena fakta, Carlos tak mengelak. Dia bahkan membenarkan ucapan Andrew. "Benar, aku yang menyusul mereka. Bukan Elinoure yang mendatangiku atau kami yang sengaja ketemuan."Di antara dua pria itu, Elinoure tak beraksi; menundukan kepala.Kemudian Larissa menarik tangan Elinoure, serta memposisikan gadis itu di belakangnya. "Terima kasih telah menjaga Elinoure, Andrew. Sekarang silahkan bawa Tuan muda bangsawan ini pergi dari hadapanku!"Dari nada bicara Larissa, jelas sekali tidak ada kebaikan sedikitpu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status