แชร์

TRL 3-Mimpi

ผู้เขียน: Lelevil Lelesan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-04 21:00:28

Malam itu .

"Tidak, tolong ... jangan ... kalian silakan ambil apapun yang kalian inginkan, tapi tolong jangan sakiti keluargaku, tolong ...." ucap seorang lelaki paruh baya memohon dengan sangat.

Namun, "Richard!" teriak seorang wanita yang kedua tangannya sudah dipegangi dengan erat oleh dua lelaki berwajah bengis.

Dia yang sadar jika kalah kekuatan, membuatnya berdiri tak berdaya dengan air mata sudah menggenangi wajah cantiknya.

"Uhuk ... uhuk ... aggg," rintih lelaki bernama Richard. Ia sudah menggelepar di atas lantai dengan wajah babak belur berlumuran darah.

Seorang gadis kecil membungkam mulutnya rapat menahan teriakannya di dalam sebuah almari, tempat ayahnya menyimpan koleksi kulit hewan hasil buruannya untuk dijadikan karpet.

"Seperti permintaanmu. Akan kuambil semua barang berharga yang ada di rumah ini!" teriak lelaki yang menodongkan pistol di kepala Richard.

Pria itu, memerintahkan kepada dua anak buahnya untuk merampok seluruh kekayaan milik keluarga Richard.

Namun, para perampok berjumlah 5 orang itu seperti tak puas dengan harta yang sudah dirampasnya.

Ketua perampok itu malah mendekati wanita yang kini diikat kedua tangannya karena sedari tadi mencoba melawan. Mulutnya disumpal dengan kain.

Wanita itu ketakutan dan menangis karena lelaki berwajah bengis itu mendekatinya dengan senyum penuh maksud.

"Isterimu cantik sekali, Richard. Kau tak keberatan untuk membaginya, 'kan?" ucap ketua perampok itu sembari mengelus lembut pipi isteri Richard dengan seringainya.

"Jangan sentuh isteriku! Kalian sudah mendapatkan semuanya! Pergi kalian semua dari sini!" teriak Richard.

Ia begitu marah dan berusaha sekuat tenaga untuk bangun menyelamatkan isterinya dari tangan kotor para penjahat itu.

Isteri Richard menangis sedih. Namun, para perampok itu tak memperdulikannya. Dua lelaki yang sedari tadi memeganginya, menyeret wanita itu ke dalam kamar.

Mata Richard melebar seketika. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melawan meski kesulitan untuk bangun karena sudah babak belur.

"Hentikan!" teriak Richard geram, tetapi, "ARGGHHH!!" Richard merintih kesakitan saat kakinya diinjak hingga patah oleh ketua penjahat itu.

Isteri Richard meronta. Richard berusaha sekuat tenaga dengan merayap di atas lantai untuk menyelamatkan isteri yang akan diperkosa secara membabi buta oleh kelima perampok itu.

Mereka merobek pakaian wanita itu dan membuangnya begitu saja ke lantai. Para lelaki itu sengaja membuka pintu kamarnya agar Richard melihat perbuatan bejat yang mereka lakukan. 

Isteri Richard menangis dengan isak tangis menyayat hati karena ia diperkosa secara brutal oleh kelima lelaki tersebut secara bergantian. Richard berteriak lantang mencoba menghentikan aksi bejat para perompak itu. Richard lalu menengok ke arah lemari tempat ia menyembunyikan anaknya.

 Richard mengumpulkan seluruh kekuatannya dan mencoba bicara dengan tenang agar anaknya tak berteriak.

"Lovy, dengar. Ayah dan Ibu sangat menyayangimu. Pergilah dari sini segera. Pergilah sejauh mungkin dan temui polisi. Katakan apa yang terjadi di sini. Apapun yang kau lihat dan dengar setelah kau pergi dari rumah ini, tetaplah berjalan ke depan, jangan menoleh ke belakang. Kau mengerti?" ucap Richard dengan ekspresi yang sudah tak bisa digambarkan lagi.

Lovy mengangguk dengan air mata menetes di wajahnya. Ia ketakutan dan membuka pintu lemarinya perlahan. 

Richard segera merayap menuju ke dapur saat ia melihat anak gadisnya berhasil pergi dan kini menyelinap dari jendela ruang tengah untuk melarikan diri.

Richard memejamkan mata. Ia sudah tak sanggup mendengar rintihan dan jeritan menyedihkan dari isteri tercintanya itu karena sumpalan di mulutnya sengaja dilepas.

Isteri Richard ditampar berulang kali hingga wajahnya lebam dan bibirnya berdarah. Ia tergolek lemas dan air mata membasahi wajahnya yang dipenuhi kesedihan. Richard segera melepaskan selang gas dan mengeluarkan korek api gas dari balik sakunya karena ia biasa menyimpannya untuk menyalakan rokok.

"Ayah menyayangimu, Lovy. Hanya saja, kami tak bisa hidup dengan penderitaan yang lebih kejam setelah hari ini. Kami sangat mencintaimu...." ucap Richard saat gas sudah menyeruak di dalam rumahnya itu.

"Hei, bau apa ini?" tanya seorang perampok saat menyadari jika ada bau aneh yang tiba-tiba tercium oleh mereka.

Sontak, salah satu perampok yang masih mengenakan celana karena ia menunggu giliran untuk memperkosa isteri Richard, terkejut. Ia melihat Richard memegang korek api gas dalam genggamannya.

Mata isteri Richard terbelalak. Ia kini tengkurap tak berdaya dan sudah tak berbusana di atas kasur. Isteri Richard terkejut melihat aksi nekat sang suami.

Namun, ia mengangguk dengan air mata kesedihan, setuju dengan hal yang akan dilakukan oleh pria yang dicintainya itu.

Richard berkata lirih dari kejauhan menatap wajah isterinya yang menatapnya sambil meneteskan air mata.

"Aku mencintaimu, Sayang. Aku mencintaimu ...." ucap Richard lirih dengan air mata sudah membanjiri wajahnya.

Seketika, suara ledakan besar memekakkan telinga terjadi dan membuat Lovy kecil yang sudah berada jauh dari rumahnya itu terkejut seketika. Ia menoleh dan melihat kobaran api dahsyat melahap rumahnya.

Tubuhnya bergetar, ia tahu dengan apa yang terjadi kepada dua orang tuanya itu.

"Ayah! Ibu!" teriak Lovy yang berteriak histeris karena melihat rumahnya terbakar dalam gelapnya malam.

Lovy tak mengindahkan ucapan ayahnya. Ia berlari dengan air mata yang tumpah begitu deras, kembali ke rumahnya itu. Saat Lovy sudah di depan rumahnya, tiba-tiba ....

"AAAAA!" 

Lovy terpental karena ledakan dahsyat terjadi lagi saat ia nekat mendekati rumahnya. Ia terkena pecahan kaca dari balik jendela ruang tengah saat ia menyelinap keluar tadi. 

Lovy pingsan tergeletak di halaman rumahnya saat suara sirene mobil polisi, ambulance dan pemadam kebakaran terdengar menuju ke rumahnya.

Ketika Lovy tersadar dan membuka matanya ....

"Lo-Lovy ...."

"Hah! Hah ... hah .... Elda? Oh!" kejut Lovy saat ia tak sengaja mencekik sang nenek.

Ia segera melepaskan cengkeramannya. Elda memegangi lehernya yang sakit dan berusaha untuk kembali bernapas.

"A-aku minta maaf. Aku minta maaf, Elda," ucap Lovy merasa bersalah dan bingung dalam bersikap.

Lovy berkeringat dan segera mengelapnya dengan kedua tangan di keningnya. Elda yang kembali tenang, memberikan segelas air untuk Lovy minum, tetapi Lovy menolaknya.

"Minumlah, jangan membantah!" pinta Elda memaksa.

Lovy mengangguk dan akhirnya menerima gelas itu lalu meminumnya hingga habis. Elda bahagia karena Lovy masih mau mendengarkan ucapannya. 

Lovy memberikan gelasnya lagi dan Elda menerimanya. Ia meletakkan di atas meja perlahan sembari mengelus kepala Lovy lembut.

"Aku tak apa. Sungguh, jangan merasa bersalah," ucap Elda seraya mengelus lembut punggung cucunya itu penuh kasih.

"Aku minta maaf," jawab Lovy dengan pandangan tertunduk. Ia hampir saja membunuh sang nenek yang sangat menyayanginya. "Kau tidur lama sekali. Bahkan kau tak makan malam. Sebentar lagi pagi, bangunlah, pasti kau lapar," ucap Elda penuh perhatian.

Lovy diam saja menatap neneknya itu. Elda yang merawatnya setelah kematian ayah ibunya yang begitu tragis bertahun-tahun lalu.

Lovy memeluk Elda erat dan berusaha menahan air mata kesedihannya. Elda balas memeluk Lovy dan mengelus rambut hitam panjangnya lembut dengan penuh kasih.

Elda tahu jika kenangan kelam itu masih selalu datang dan menjadi mimpi buruk bagi Lovy. Elda begitu iba padanya. 

Meski Lovy masih bisa tersenyum dan tertawa, tetapi ia tahu jika kondisi psikisnya sudah hancur. Dendam menyelimuti jiwanya.

"Ah, kau bau. Mandilah, lalu segera turun dan makan bersamaku. Tak usah berdandan yang cantik, nanti aku iri," ucap Elda sembari melepaskan pelukannya dan memonyongkan bibir.

Lovy terkekeh karena sikap ganjen neneknya itu. Lovy mengangguk dengan senyum merekah. 

Ia segera bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Saat sudah di pintu, ia membalik tubuhnya dan menatap Elda seksama.

"Aku menyayangimu, Elda," ucap Lovy sembari menenteng handuk dalam genggamannya.

"Aku tahu. Aku juga menyayangimu," balas Elda dengan senyum menawan.

Lovy tersenyum dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia merendam dirinya dalam bak berisi air hangat di hari yang dingin itu.

Elda merapikan tempat tidur Lovy sembari mengambil boneka beruang kesayangan peninggalan kedua orang tuanya.

"Jangan ambil nyawaku dulu, Tuhan. Aku ingin melihat cucuku bahagia. Aku ingin memastikan jika ia hidup bahagia sebelum kutinggalkan, ia layak mendapatkannya," ucap Elda memejamkan mata sembari menatap lekat boneka beruang itu.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 66-Tamat Season 1

    Lovy bersama keluarga besar Lea terbang ke Ithaca pagi itu. Terlihat Lovy murung sedari tadi karena tak menyangka jika neneknya akan tewas mengenaskan karena orang suruhan Tuan Wilver.Mereka tiba siang itu dan langsung menuju ke tempat pemakaman. Suasana pemakaman tak seramai almarhum Tuan Wilver karena hanya datang segelintir orang termasuk keluarga Lea.Lovy menahan air matanya saat peti jenazah neneknya dimasukkan ke liang lahat dan mulai ditimbun tanah. Matthew tak pernah melihat Lovy sesedih ini karena ia terlihat seperti begitu kehilangan dan terpuruk.Selesai pemakaman, Lovy dan lainnya mendatangi rumah Elda yang kini tak lagi di tempati. Nia, wanita yang pernah diselamatkan oleh Lovy dan dibimbing untuk pergi ke Ithaca untuk tinggal sementara waktu bersama Elda dan pada akhirnya bekerja untuk Lea, sudah ada di kediaman Elda bersama beberapa anak buah Lea.Lovy tertegun saat melihat Nia sudah jauh berbeda tak seperti saat ia bertemu dengannya dulu. Nia menyambutnya dan mengaja

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 65-Pemakaman

    Tak terasa, pagi sudah menjelang. Lovy masih tertidur pulas di kamarnya, tetapi suasana di ruang keluarga sudah terlihat ramai oleh anak buah Harold. Terlihat Lea sedang mengobrol serius dengan suaminya."Ada apa?" tanya Matthew tiba-tiba.Sontak, hal itu mengejutkan semua orang yang ada di sana karena tak menyadari kedatangan putra Lea yang seperti hantu."Matt? Matthew? Kau 'kah itu?" tanya Lea keheranan sampai berkerut kening."Mengerikan. Kau bahkan sampai lupa jika aku adalah anakmu," gerutu Matthew di hari yang masih menunjukkan pukul 7 pagi.Harold dan Lea saling memandang. Harold berbisik di telinga Lea dan wanita itupun mengangguk paham."Kau terlihat tampan, Matt, tak seperti berandalan. Apa yang mengubahmu?" tanya Lea bernada menyindir."Jangan mulai. Sebaiknya, kau katakan apa yang terjadi? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Matthew ketus.Lea dan Harold tersenyum menghela napas. Mereka sudah paham dengan sifat dan perilaku pria yang sebenarnya berwajah tampan itu. Harold m

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 64-Selamat Tinggal, Sean

    VROOM!!Lovy bahkan menyempatkan melambaikan tangan kepada satpam penjaga di pos yang membukakan portal tempat parkir mobil. Lovy melajukan mobil barunya dengan kecepatan penuh dan pandangan lurus ke depan. Matthew bisa merasakan amarah dan ketegangan dalam diri Lovy."Mm, Lovy ....""Diam. Jangan katakan apapun," ucap Lovy menunjukkan telunjuknya tepat di wajah Matthew."Oke. Hanya saja, kita mau ke mana? Jika kau tak keberatan, bagaimana kalau ke bandara? Pesawat pribadiku ada di sana," jawab Matthew gugup karena Lovy berkendara layaknya pembalap.Lovy diam saja, tapi ia langsung membanting setir. Matthew yang tahu jika Lovy sedang marah itupun diam karena tak mau dilempar dari mobil. Matthew akhirnya menyadari jika Lovy sedang membawanya ke bandara."Tinggalkan saja mobilnya, nanti aku akan meminta anak buahku membawanya ke Kansas," ucap Matthew menyarankan, tetapi Lovy diam saja tanpa ekspresi di wajah.Matthew menghela napas. Ia diam selama perjalanan hingga akhirnya mereka tiba

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 63-Kenapa Kau?

    Lovy segera masuk ke lift dan menuju ke lantai 4. Dengan napas menderu, ia mendatangi ruangan tempatnya bekerja di mana ruangan milik Tuan Wilver juga berada di sana. Sean yang panik karena lift tak kunjung datang, nekat menaiki tangga dengan tergesa karena takut jika ayahnya tewas di tangan istrinya yang sedang gelap mata itu. Sean berlari sekuat tenaga dengan napas tersengal dari lantai satu menuju ke lantai 4 secepat yang ia bisa. TING!Pintu lift terbuka dan Lovy melihat sekitar yang gelap karena kantor libur hari itu. Lovy melangkahkan kakinya dengan tatapan kosong karena pikiran dan hatinya kini berkecamuk. Ia menggenggam senjata milik Matthew di tangan kanannya dengan mantap.Lovy melangkahkan kakinya perlahan memasuki ruangan tempat biasa ia duduk dengan Bob dan Isabel. Ia melihat lampu di ruangannya menyala, tetapi tak ada orang. Pintu juga tak dikunci dan Lovy cukup mendorongnya untuk bisa masuk ke dalam.Namun, ia mendengar ada orang berbincang di dalam ruangan Tuan Wilve

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 62-Panik!

    Semua orang di ruangan itu tertegun dengan jantung berdebar dan kepanikan melanda."Jangan diam saja! Kita harus segera ke Ithaca!" pekik Matthew yang membuat Lovy dan Sean tersadar dari keterkejutan mereka.Sean segera membangunkan Lovy yang masih gemeteran dan menangis. Mereka bergegas pergi meninggalkan apartment. Terlihat Matthew berjalan di depan dan menghubungi seseorang untuk mengurus sesuatu.Dua bodyguard Matthew segera menyiapkan mobil saat mereka bertiga kini menunggu di lobi. Namun, saat dua bodyguard Matthew sedang berjalan tergesa mendekati mobil dan salah satu lelaki itu menyalakan kunci pembuka jarak jauh, tiba-tiba ....PIP! PIP!DWUARRRR!!"Oh my God!" pekik Sean terkejut dan langsung memeluk Lovy erat.Dua bodyguard Matthew terpental dan menghantam mobil yang berada di dekat mereka. Matthew terkejut dan langsung menarik senjata dari balik pinggangnya. "Kembali ke dalam cepat!" teriak Matthew yang mengajak Sean dan Lovy masuk ke dalam.Mereka bertiga bergegas kembal

  • Si Bibir Merah - The Red Lips    TRL 61-Apa-apaan Ini?

    Lovy mengelus punggung Sean lembut dan mengajaknya duduk di kursi meja makan. Mereka berdua duduk bersebelahan di depan Matthew yang terlihat masih menikmati makanan di depannya. "Biar kutebak. Ini masakanmu, ya, Lovy sayang? Kenapa kau tak pernah memasak untukku?" tanya Matthew cemberut. "Sudah kubilang jangan memanggil istriku sayang!" teriak Sean lantang yang mengejutkan semua orang di ruangan itu. Matthew menghentikan makan dan menatap Sean yang memandanginya penuh emosi. "Oke ... baiklah. Jadi begini maksud kedatanganku, Lovy sayang ...." BRAKK!! "Keparat kurang ajar! Kemari kau, biar kuhajar wajahmu dan kulempar dari jendela rumahku!" Lovy terkejut karena Sean sampai menggebrak meja dan langsung berdiri. Namun, saat Sean akan mencengkeram baju Matthew, dua bodyguard lelaki itu langsung memegangi kedua tangan Sean kuat. Matthew tertawa terbahak dan terlihat begitu gembira. "Matthew! Jika kau sungguh menghargai persahabatan kita di masa lalu, jangan membuatku kecewa denga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status