Share

Musuh dari Masa Lalu

Penulis: SageGreen_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-06 05:52:55

Sandra mendelik saat pagutannya dilepas begitu saja oleh Tyo. Dagu Tyo diangkat agar supaya Sandra tahu ada seseorang yang sedari tadi mengetuk-ketuk jendela mobilnya. Sandra lalu menoleh.

"Mike? Kenapa nggak bilang dari tadi!" protesnya. "Dia pasti salah paham."

Sebelum Sandra membuka pintu untuk keluar, Tyo lebih dulu menarik tangan wanitu itu. "Dia nggak akan salah paham. Jelasin ke dia lah."

Sandra tersenyum getir. "Maksud kamu aku harus jelasin hubungan kita ini ke dia?"

Tak peduli dengan bujuk rayu Tyo, Sandra lalu beranjak keluar dari kursi penumpang. Di luar, Mike sudah memasang tampang tidak ramah kepada Sandra. Selang beberapa detik, Tyo juga ikut keluar untuk menampakkan batang hidungya kepada Mike.

"Kamu udah dari tadi?" tanya Sandra basa-basi sambil memaksakan senyum. Dia benar-benar seperti tepergok berbuat mesum dan merasa dihakimi oleh Mike.

Mike melengos. "Aku mau pulang sendiri, tanpa dia!"

Jari telunjuk Mike dengan mudahnya menunjuk ke arah pria yang sedari tadi berdiri di sebelah Sandra. Mike membenci lelaki itu lebih dari apapun.

"Mike ... ." Suara Sandra terdengar parau.

"Mike, pulang yuk sama kita," ucap Tyo dengan senyum lebar.

Tak ingin menanggapi, kemarahan Mike sudah di ubun-ubun. Ia lalu menghentakkan Sandra sampai tersungkur di bawah tanah. Mike kemudian berjalan dengan langkah seribu meninggalkan Tyo dan Sandra. Sebelum jauh, Sandra berusaha mengejar Mike, tapi, Mike malah semakin tidak mengindahkan teriakan Sandra sedikitpun. Adegan kejar mengejar pun terputus. Saat, Mike sudah dulu menyeberang ke ujung jalan. Sedangkan Sandra harus kehilangan Mike ketika lampu traffic light sudah berubah warna menjadi hijau.

"Mike, tunggu atau Mama akan pergi lagi!" teriak Sandra sampai suaranya terdengar serak.

Mike sudah hilang dari pandangan Sandra. Mata Sandra perlahan mengabur, isak tangisnya menjadi perhatian orang-orang di sekelilingnya.

"Sayang ... "

Sandra tetap menangis dalam rasa sakit. Ia juga tidak peduli saat Tyo mulai mengajaknya untuk berdiri, kakinya terasa lemas. Harusnya dia berangkat sendiri tadi, tanpa Tyo.

***

"Kita cari Mike sama-sama," ucap Tyo sambil menyusuri jalanan di pusat kota.

Sandra membisu. Ia berkali-kali menyalahkan dirinya karena Mike mengamuk lalu pergi entah ke mana. Mau marah kepada Tyo dirasa percuma. Lelaki itu malah bersikap santai seolah Mike hari itu tidak marah tapi protes pada Sandra. Lalu apa bedanya?

Saat Sandra merasa sangat frustasi, ia terus memegang gawainya berharap Mike akan menghubunginya. Tapi, nyatanya bukan. Mama Sandra yang malah menghubunginya lewat pesan singkat.

My Love, Mama

San, kamu mampir kemana. Dari tadi kok belum pulang jemput Mike?

Deg. Hati Sandra makin teriris. Berarti Mike tidak pulang ke rumah. Mike pasti pergi ke suatu tempat. Nomor Mike juga tidak aktif sedari tadi. Sandra sudah pergi ke rumah teman-temannya yang biasa dia kunjungi tetapi, tidak ada. Ia pun menangis lagi sambil berurai air mata ia mengetikkan sesuatu pesan untuk mamanya.

Sandra

Ma, aku lagi muter-muter nyari Mike. Dia marah karna aku jemput dia sama Tyo. Harusnya aku pergi sendiri tadi, aku nyesel kenapa harus nurut papa sama mama pergi sama Tyo.

Saat itu juga Tyo menyadari betapa terpuruknya Sandra tanpa Mike di sisinya. Ia melirik wanita penampilan wanita di sampingnya tersebut dengan tatapan iba. Ia lalu membelokkan mobilnya ke sebuah restoran cepat saji agar Sandra bisa mengisi perutnya karena sedari tadi dia belum makan apa-apa.

"Emang yakin Mike ada di sini?" Sandra berkata dengan suata terbata-bata. "Kita cari ke tempat lain!"

Tyo mengelus puncak kepala Sandra dengan penuh kesabaran ia berkata. "Makan dulu, San. Dari tadi siang kamu belum makan, nanti kamu sakit."

"Nggak usah sok perhatian. Kamu nggak nyadar Mike hilang itu gara-gara kamu?!" protes Sandra.

Sandra mengepalkan tangannya erat-erat. Ia begitu marah. Rencananya pulang ke rumah malah hancur gara-gara Tyo. Kebetulan hari sudah semakin gelap. Sandra sudah mulai putus asa.

***

"Mike marah, Ma!" rengek Sandra setibanya di rumah kepada mamanya.

Sudah pukul 11.00  hampir tengah malam dia dan Tyo berputar-putar mencari Mike di tempat yang di mana Mike kunjungi. Sandra hanya berharap Mike baik-baik saja di luar sana.

"Ini kalo Mama sama Papa nggak ngusul—"

"Jangan menyalahkan orang lain. Apalagi Tyo sebentar lagi jadi bagian dari keluarga kita, harusnya kamu lebih komunikatif sama Mike," potong Papa Sandra sedikit menunjukkan taringnya.

Sandra tersenyum miris. Apa? Bahkan Papanya sendiri malah membela Tyo bukan anaknya sendiri. Dunia memang sudah gila. Memang benar adanya jika mertua itu pasti akan membela menantu apapun yang terjadi. Apalagi jika menantunya itu kaya raya.

"Siapa yang bilang dia—" Sandra menunjuk Tyo dengan tatapan dendam.

Mama Sandra mengelus pundak Sandra. "Mama yakin Mike baik-baik saja. Kalian istirahat dulu ya, besok kita cari Mike pagi-pagi."

"Ma! Besok aku udah balik ke Surabaya, nggak ada waktu buat nyari anak itu."

Omelan Sandra membuat semua orang di situ terdiam. Apalagi Tyo, kepalanya terasa overheat karena di sepanjang perjalanan Sandra terus menyalahkan dirinya.

"Aku yang bakal tanggung jawab nyari Mike, aku bakal minta bantuan anak buahku." Tyo menjawab lalu sekali lagi mengusap puncak kepala Sandra disusul dengan tepisan dari tangan Sandra.

"Nggak usah sok peduli!"

Sandra berlalu meninggalkan ketiga manusia itu di lantai bawah. Sedangkan dia menyusul Kiara yang ternyata sudah terlelap ke alam mimpi. Kiara juga tadi seharian menelfon dan mengiriminya beberapa pesan singkat untuk menanyakan keadaan Mike.

Sandra merebahkan dirinya di samping Kiara tanpa mencuci kaki, dan berganti baju lebih dulu. Badannya sangat letih, matanya sudah berkantong. Besok pagi, akan bengkak karena kebanyakan menangis.

***

Malam telah berlalu. Sandra memutuskan untuk pergi mencari Mike sendirian ke Gunung Kidul. Dia sangat yakin, Mike akan pergi ke sana. Anak itu suka pantai, dan gunung. Sebelum dia menginjak pedal gas mobilnya, dia baru sadar jika mobil Tyo malah menghalangi jalannya.

"Shit! Cowok brengsek ngapain sih mobilnya di parkir di situ."

Mau tidak mau Sandra harus mencari Tyo ke dalam rumah lagi. Ia mengayunkan langkah kaki seribu mencari Tyo ke sudut rumah besar itu. Tapi, dia tidak menemukan lelaki itu di mana-mana.

"Tidur di mana sih begundal itu!" gumam Sandra geram.

"Cari siapa?" tanya suara serak itu dari belakang Sandra.

Rupanya, Tyo baru saja keluar dari kamar mandi lantai bawah rumah Sandra. Sebelumnya dia tidur di kamar tamu yang disediakan oleh mama papa Sandra.

"Ahhh, ini dia tersangkanya. Singkirin tuh mobilmu, halangin jalan aja.

Sambil menguap dan menggaruk rambutnya. "Mau ke mana pagi-pagi gini?"

Saat hendak menjawab pertanyaan Tyo. Terdengar suara dari luar rumah Sandra. Sandra bergegas keluar rumah, ia ingin memastikan siapa yang datang. Berharap sekali jika itu adalah Mike.

Ternyata memang benar itu Mike, tapi, dia harus datang dengan seseorang yang sangat Sandra benci.

"Mi ... Ke?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Mengikis Jarak

    "Itu surat cinta," jawab David seraya tertawa dengan terpaksa. Sandra menatap David dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jauh-jauh hari Sandra menyiapkan dokumen itu untuk ditanda tangani oleh Tyo. Sekarang kemenangan sudah hampir di depan mata, tapi tidak sampai sedetik Bosnya menghancurkan harapan Sandra dengan mudahnya. "Saya mau pulang."Sandra berdiri kemudian meremat kedua jari-jemarinya, ia menggigit bibir bawahnya. Sungguh, dia merasa dipermalukan oleh David. Terlebih di depan Tyo. Wajah David berubah masam saat Sandra meminta untuk pulang. Ia lalu berdiri memegang lengan Sandra yang sedikit bergetar. David tahu jika Sandra sangat kecewa dengannya. Tapi, sungguh David tidak bermaksud mengecewakannya. Kepala Sandra mendongak menatap David sambil berurai air mata. "Bapak tahu, saya mengerjakan semua itu sampai lupa tidur. Kenapa sekarang Anda mempermalukan saya di depan klien Bapak sendiri?"Sandra melirik Tyo sedikit. "Pak Tyo juga pasti kecewa jauh-jauh datang kemari

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Diantara Tiga

    Galen menumpu kedua tangannya di atas lutut. Ia melihat betapa Tyo ternyata tidak berdaya. Apalagi Galen sangat menganggap remeh Tyo karena, ketidaktegasannya sebagai lelaki. Hal itu sangat menggelikan. Tyo mengaduh lalu sedikit memposisikan badannya menjadi duduk bersandar tembok. Sedangkan Galen berdiri tegak lalu mengambil sebuah sesuatu di dalam laci nakas. Setelah itu, Galen melemparnya di depan Tyo. "Jauhi Sandra, atau aku bilang ke David sekarang."Tangan Tyo meraih amplop putih yang masih terbungkus rapi. Tyo lalu membuka perlahan, lalu dia sedikit memijat pelipisnya sedikit. "Nggak perlu gini lah, Bro!"Galen tersenyum dingin sambil duduk di tepi ranjang. "Sandra nggak perlu lelaki lembek kayak kamu gini."Tyo mencengkeram foto itu lalu merobeknya. Dia tahu percuma merobek foto itu sebab, Galen pasti punya file-nya. Galen bisa mencetak foto itu kapanpun dia mau. Tyo pikir dia bisa lepas dari Galen karena Galen adalah masa lalu kelam Sandra dulunya. Galen juga sudah menikah

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Masa Lalu Vs Masa Kini

    Sandra buru-buru menutup pintu hotel dengan kasar setelah tahu siapa yang datang. Pria itu memang sengaja mengikutinya, tapi pertanyaannya sejak kapan? Sebenarnya apa tujuan Gilang. Keringat Sandra bercucuran di pelipisnya. Untungnya, Sandra punya tenaga dalam untuk segera menutup pintu dengan cepat. Jika tidak, mungkin Sandra akan terjebak bersama lelaki itu. Pria itu masih tetap menggedor-gedor pintu. Namun, Sandra masih tetap bergeming di tempatnya dan menutupi kedua telinganya. Satu jam kemudian, Sandra sudah tak mendengar suara berisik dari luar. Sandra berharap dia bisa keluar dari tempat itu. "Kenapa aku jadi kayak di sandera gini?" gumamnya pada dirinya sendiri. Sebelum Sandra melangkah menuju kamar, ia mendengar pintunya diketuk kembali. Kali ini terdengar sedikit beraturan. Terdengar lirih samar-samar bukan suara lelaki tadi. Namun, dia tampaknya tahu siapa yang datang. Satu tangan Sandra menarik handle pintu itu lalu tersenyum lebar melihat lelaki yang berbeda dengan t

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Terjebak

    Siang itu, Sandra akhirnya pergi bersama sekretaris David dan juga supir kantornya. Perjalanan dari kantor menuju rumah Tyo memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sandra berpikir ini adalah ide yang sangat gila demi selembar dokumen dia rela melakukan hal gila ini. "Pak David kenapa perginya buru-buru, Pak?" tanya Sandra kepada sekretaris David. Ya pikir Sandra daripada sepi di dalam mobil, ia memutuskan untuk memulai ngobrol dengan Pak Gilang-sekretaris David-. Gilang tak melihat wajah Sandra saat menjawab, pandangannya lurus ke depan. "Tidak tahu."Bibir Sandra mencebik. Terkejut dengan jawaban Gilang padanya. Sangat misterius. Sandra hanya ber-oh ria. Ia juga tidak jadi meneruskan niatnya untuk mengobrol terlalu jauh dengan Gilang. Lebih baik dia tidur saja mengingat masih dua jam lagi perjalanannya. Beberapa jam kemudian, pundak Sandra terasa ditepuk beberapa kali oleh seseorang. Kedua matanya mengerjap. "Sudah sampai, Bu." Gilang berkata dengan suara datar. Lalu beranjak pergi

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Pertempuran Hati

    "Mau apa?" tanya sang Mama terlihat penasaran sampai melepas pelukannya. Sementara sang kakak-Sintia- menukikkan sebelah alisnya mencoba mengancam jika Tyo berani berbicara hal-hal yang membuat Mamanya drop. Tyo tampak kikuk lalu tersenyum kaku. "Mau merid 'kan, Ma. "Mama Tyo tersenyum puas. Lalu menyuruh Tyo masuk ke dalam rumah. Sintia pun turut serta duduk sebelum dia kembali ke kantornya. Kebetulan sekali sewaktu dia pulang, Tyo berdiri di ambang pintu rumahnya. "Loh kamu nggak berangkat kerja, Sin?" tanya Mama Tyo mengalihkan pandangannya. Sintia menggeleng pelan. Lalu menatap Tyo penuh tatapan intimidasi. "Ya 'kan adik Sintia tersayang pulang, ya diajak ngobrol bentar lah, Ma."Tyo memutar bola mata malas. Lalu tanpa peduli dengan kakaknya, ia menatap sendu mamanya. Mulutnya sedari tadi ingin berbicara hal yang penting tapi, kakaknya malah tanpa merasa bersalah ikut campur masalahnya. "Ma, gimana kabar Mama?"Wanita paruh baya itu mengangguk kecil, ia mengusap punggung tan

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Melepas vs Melindungi

    Beberapa waktu kemudian, Kiara melihat wajah Sandra sangat pucat, seperti mayat hidup! Suhu badannya juga sangat tinggi. Sandra benar-benar menderita. Kiara menyeka keringat Sandra yang mengalir dari pelipisnya. "Kasian banget sih ni anak."Saat itu bel unitnya berbunyi nyaring. Kiara menyunggingkan senyum sedikit. Lalu dengan cepat beranjak mengayunkan langkah untuk membukakan pintu. Dari balik pintu, nampak seorang pria berdiri dengan wajah gelisah dan cemas. Masih jelas di mana luka di sekitar pinggir bibirnya belum mengering. "Ck, kenapa ke sini!" Kiara memutar bola matanya malas. Galen tentu terkejut ketika bukan Sandra yang muncul, tapi Kiara. Wajahnya berubah masam. "Kamu tinggal di sini sama Sandra?"Mata Kiara melotot. "Kalo iya emang kenapa?"Galen menunduk sebentar sembari mengusap darah di bibirnya akibat ulah wanita di depannya ini. "Sandra, ada?"Kiara mencengkeram kedua tangannya ingin menghajar Galen lagi. Tapi, dia harus tenang setenang air. Dia akan bertindak jik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status