Share

Perpecahan

"Aku nggak ngajak dia, Ma!" sanggah Sandra berteriak, memekik memandangi mamanya.

Mama Sandra hanya tersenyum tipis. "Iya, iya, masuk dulu, nak Tyo juga. Mari masuk."

Ah sepertinya Sandra melupakan sesuatu. Sebelum dia menginjakkan kaki ke dalam halaman rumahnya, ia lalu berbalik arah menuju mobil Tyo yang masih terparkir di depan gerbang.

"Ma, Mama beneran mau ngajakin dia masuk ke rumah?" Sandra bertanya kepada mamanya yang sudah berjalan duluan ke arah rumah.

Dari kejauhan, Sandra bisa melihat raut wajah wanita paruh baya itu dengan jelas. Mamanya terlihat bahagia, sedangkan Tyo sudah jelas menang di waktu ini. Sejak berhubungan dengan Tyo selama hampir lima tahun, Sandra tak pernah mengajak Tyo ke rumahnya. Tyopun juga tak pernah menyinggung tentang keluarga Sandra. Padahal, Sandra memang sengaja melakukan hal itu supaya melihat kegigihan dari Tyo. Tapi, setelah sekian lama Tyo tak pernah berniat menemui kedua orang tuanya.

Beberapa tahun yang lalu, ketika papa Tyo meninggal, Sandra jauh-jauh datang ke rumah Tyo untuk melawat. Di sana dia disambut dengan tidak baik oleh keluarga besar Tyo. Sejak saat itulah, nyali Sandra menciut. Dan Tyo tak pernah memperjuangkannya di depan keluarga besarnya, terutama sang kakak.

"Keluarin Kiara dari mobilmu!" teriak Sandra sebelum Tyo menapaki teras rumah Sandra.

Tyo berhenti, kemudian tertawa geli karena dia juga lupa kalau Kiara masih tidur di dalam mobil. Harusnya Tyo biarkan saja Kiara di dalam, jika keluar, wanita itu pasti akan menyerang Tyo kembali.

"Kiara ikut ke sini, Nak Tyo?" tanya mama Sandra lirih.

Tyo mengangguk. "Iya Tante, sebentar saya keluarkan Kiara dulu.

Sandra sudah memasang wajah tidak ramah saat Tyo berjalan menghampirinya. Tyo hanya melewatinya begitu saja tanpa mempedulikan Sandra. Memang Tyo sengaja memperlakukan seperti itu supaya harga dirinya tidak jatuh.

"Bangun! Nyusahin aja."

Suara berat Tyo kemudian membangunkan Kiara yang masih berusaha mengerjapkan matanya dengan berat. Wanita itu malah mengomel pada Tyo tanpa mengucapkan terimakasih karena sudah dibangunkan.

"Loh udah sampe rumah Tante ternyata."

Kiara kemudian melenggang masuk bersama Sandra, sedangkan Tyo hanya menggelengkan kepalanya lalu menyusul di belakang.

***

"Nak Tyo menginap di sini saja, ya?" tawar Papa Sandra kepada Tyo.

Mendengar pertanyaan yang terlontar dari Papanya, Sandra berdehem memperingati. Lalu berkata," Pa, dia udah nyewa penginapan. Nggak usah repot-repot nawarin buat nginep di sini. Lagian kamar tamunya udah dipake sama Kiara."

Papa Sandra terkekeh. "Ya Kiara bisa tidur sama kamu 'kan?"

Sandra melengos lalu dengan langkah seribu meninggalkan Papa, Mama, dan Tyo di ruang tamu. Ia tahu jika akan berakhir seperti ini. Cukup sekali dia disakiti oleh Tyo. Jika mau, saat itu juga dia akan mengumbar kebusukan Tyo di depan kedua orang tuanya.

Mama Sandra menarik sudut bibirnya memperhatikan tingkah laku Tyo yang dinilainya sebagai lelaki sopan. "Kenapa kamu nggak pernah ke sini?"

Tyo terperanjat. "Belum siap, Tante."

"Kita nggak menyuruh kamu buat nikahin Sandra secepatnya, kok. Yang terpenting kamu serius sama dia, iya nggak, Ma?" sahut Papa Sandra serius melirik Mama Sandra.

Sumpah demi apapun, Tyo sudah memprediksi pertanyaan-pertanyaan macam ini akan terlontar dari orang tua Sandra. Saat ingin menjawab pertanyaan dari Papa Sandra, Sandra lebih dulu menyela.

"Pa, Mike di mana?" tanya Sandra tanpa peduli dengan Tyo.

"Belum pulang, jam 12 belas nanti dia baru pulang."

Sudut bibir Tyo terangkat sedikit. "Mike biar saya yang jemput sama Sandra, Om."

Sandra tidak dapat meloloskan napasnya, karena terlanjur ingin tertawa mendengar ocehan Tyo. Sandra bergerak maju sambil melotot tajam menatap Tyo. Mulutnya sedari sudah gatal karena kata-kata Tyo yang tidak masuk di akal.

"Ma, Pa, dia bisa nggak sih disuruh pergi aja. Aku tuh ya nggak pernah ngajak dia ke sini lo.

Mama Sandra mendongak. Kedua alisnya bertautan, kerutan halus yang ada di dahinya sedikit kentara. " Sandra, dari tadi Mama perhatiin kamu benci banget sama Tyo. Kalian apa sudah putus?"

"Iya!" sahut Sandra.

"Belum, Tante." Tyo buru-buru menyela. Ekspresi Tyo berubah tegang.

Papa Sandra menggeleng kuat. Pria berusia 50 tahunan itu mendesis. "Jujur saja, kalian masih berpacaran atau sudah putus. Kalau putus, nggak mungkin Nak Tyo bela-belain ke sini."

Sandra menghela napas berat. Bahkan papanya itu malah mendukung pria brengsek di depannya ini. Tidakkah dia tahu jika Tyo sudah menghancurkan hidupnya berkali-kali. Tapi, tidak, nyali Sandra sangat kecil untuk mengungkapkan rahasia hubungannya yang rumit kepada mereka berdua.

Sandra duduk menghadap kedua orang tuanya. "Ma, Pa, kita sudah putus. Dia ini ngikutin aku ke sini."

"Sudah-sudah kalian ini. Capek Mama debat sama kamu, Nak Tyo sebelum jemput Mike, tolong bantu Tante geser lemari yang ada di kamar ya, soalnya Om nggak bisa kalau sendirian."

Tyo yang semula tegang, lalu menjadi terkekeh karena dipercayai oleh mama Sandra untuk membantunya. "Saya siap, Tante."

"Apaan sih Mama, biar Sandra aja yang bantuin!" protesnya tidak terima.

***

Siang hari ini, Sandra dan Tyo melaju ke sebuah pusat pelatihan taekwondo di pusat kota Yogyakarta. Mobil Tyo melaju dengan kecepatan sedang. Namun, sesekali Tyo sedikit mengumpat karena, suasana jalanan lumayan ramai karena weekend.

"Aku malah mikirnya Pak David yang diem-diem ngikutin aku."

Tyo terperanjat setelah serius berkonsentrasi di jalanan yang cukup menyita waktunya. "Kak David?" Kalian sedeket itu?"

"Nggak juga sih, Pak David orangnya baik. Beliau ngajak aku makan di kaki lima deket kantor. Orangnya perhatian sama karyawannya, termasuk aku yang masih baru."

"Oh." Tyo hanya ber-oh ria. Kedua tangannya mencengkeram setir karena hatinya terasa sangat nyeri ketika Sandra berani memuji pria lain di hadapannya. Bahkan David pria yang sebenarnya Tyo sangat benci

"Kok kamu manggilnya kak. Setauku kakakmu bukan David namanya."

Tyo masih bergeming. Membiarkan Sandra memuji-muji David, menceritakan tentang semua kebaikannya. Bagi Tyo, David memang pria baik hati. Dia berhutang budi pada David, ah ... tapi bagi Tyo membereskan David hanya perkara mudah. Ia harus mengatur beberapa strategi agar rencananya berjalan mulus.

"Habis ini belok kanan apa ke kiri?" tanya Tyo tak ingin menjawab pertanyaan dari Sandra.

Bibir Sandra manyun. Merasa tidak dianggap oleh Tyo. Akhirnya ia pun memandu arah agar tidak telat sampai tujuan. Setelah sekitar 15 menit, mereka akhirnya sudah sampai di tujuan. Sandra yang kesal, lalu buru-buru melepas seat beltnya dengan gerakan kasar.

Namun, segera ditahan oleh tangan besar Tyo. "Sayang ... "

"Nggak usah manggil sayang. Kita udah putus!" jawab Sandra tegas. Urat-urat di wajahnya sangat kentara. Dia sangat kesal melihat tingkah Tyo hari ini. Sungguh dia ingin menampar wajah tak tahu malu Tyo sekarang juga.

"Nggak, sayang. Kamu harus sama aku, kita berjuang sama-sama, oke?"

Sandra menunduk, menarik napas dalam-dalam. "Bisa nggak kita akhiri aja. Kamu tahu nggak, aku capek berjuang sendirian. Ke mana kamu pas aku lagi sakit, ke mana?! Yang ada kamu malah mau buang aku sama ... Calon anak kita."

Sekali lagi, mata Sandra mulai berkaca-kaca. Ia teringat perbuatan berdosanya beberapa bulan lalu. Ia tak tahan lagi, akhirnya ia menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sungguh, ia sangat menyesali perbuatannya itu.

"Maaf, My Princess." Tyo menarik tubuh Sandra agar mendekat kepadanya.

Seperti magnet, Sandra reflek memeluk erat pria itu ke dalam pelukannya juga. Aroma yang ia rindukan selama ini, kini ia dapat menghirupnya. Setelah beberapa detik saling berpelukan, Tyo menghapus air mata Sandra di pipinya. Ia menaikkan dagu Sandra, dan mengelus rahang mulus itu perlahan.

Mereka berdua sekarang tenggelam dalam suasana kerinduan yang mendalam. Tyo menarik tengkuk Sandra dan melumat bibir seksi Sandra dengan lembut. Awalnya Sandra kaget, tapi, ia kini pun mulai menyambut bibir Tyo dengan lembut. Saat itu, Tyo melirik Sandra, ia menarik sudut bibirnya sedikit.

Tok ... Tok ...

Seseorang mengetuk jendela mobil Tyo dari luar. Entah apa yang diucapkan oleh orang itu, tapi, yang jelas ekspresi wajah orang itu terlihat sangat kecewa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status