Share

2. Di buang ke Sungai Ular

Hiiatttt...!

Senopati yang memegang 1 tombak langsung melesat kedepan dengan tombak lurus kedepan, siap menusuk sosok Manggala yang hanya berjarak 2 tombak saja darinya. Manggala sendiri terkejut melihat serangan itu. Di samping geraknya yang tidak leluasa, karena ukuran perahu yang kecil. Untuk mundurpun tak mungkin Manggala lakukan, karena dibelakang telah menunggu senopati pemegang 2 tombak yang sudah siap sedia bergerak kalau seandainya Manggala menghindar mundur.

“Tak ada jalan lain..” membatin Manggala.

Tiba-tiba saja tubuh Manggala bergerak kedepan dengan sangat cepat ke kiri dan kanan, menyongsong serangan senopati yang menyerangnya. Walaupun Manggala berusaha untuk memberikan perlawanan, tapi yang dihadapinya adalah seorang senopati agul Istana Dasar Samudra.

Desshh!

Dada Manggala terkena serangan telak senopati tersebut hingga membuat tubuh kecil itu langsung terlempar keluar dari perahu.

Byurr..!

Sebelum tubuh Manggala semakin dalam tenggelam ke dasar laut yang dalam, salah seorang senopati yang berada diatas perahu bergerak cepat ikut masuk ke dalam air dan menyambar tubuhnya.

Serrr...!

Dalam sekejap saja, sosok senopati itu sudah kembali melompat naik ke atas perahu dengan memanggul sosok Manggala diatas pundaknya.

“Ayo segera kita cari tempat untuk membuang mayatnya!”

Akhirnya, kedua senopati Istana Dasar Samudra inipun pergi meninggalkan tempat itu bersama perahu mereka, menerjang ombak yang sangat ganas malam itu.

-o0o-

Sebuah aliran sungai terbentang luas di sepanjang mata memandang dari puncak sebuah bukit. Di sinilah kedua senopati Istana Dasar Samudra ini berdiri, memandang takjub dengan pemandangan sungai panjang yang ada dihadapan mereka. salah satu dari senopati itu tampak masih memanggil sesosok tubuh.

Sungai itu begitu panjang dengan lekukannya di sepanjang bentangannya dari hulu ke hilir. Sehingga sekali lihat saja dari kejauhan, bentuk sungai itu seperti seekor ular yang membentang dengan panjangnya.

“Kudengar, di sepanjang sungai ular ini, tidak ada hewan lain yang hidup selain ular-ular penghuni tempat ini” ucap salah seorang senopati.

“Benar, aku juga pernah mendengar rumor itu. Sesuai namanya, sungai ular. Tempat ini menjadi surganya para ular untuk tinggal ditempat ini” balas celetuk senopati yang satunya lagi.

“Kurasa, tidak ada tempat yang lebih cocok selain tempat ini untuk kita membuang mayat pangeran agar tidak ditemukan.”

“Ya, kau benar. Aku yakin, ular-ular ditempat ini akan berpesta pora mendapatkan mangsanya”

Tak lama kemudian, tubuh malang Manggalapun segera dicemplungkan ke dalam sungai ular, hanya dalam hitungan detik saja, tubuh itu sudah hanyut terbawa arus sungai yang tidak terlalu deras. Beberapa ekor ular yang beristirahat dengan tenang di tepian sungai, terkejut dengan suara keras yang masuk ke dalam sungai dan memancing perhatian mereka untuk segera berenang menghampiri dan mencari tahu apa yang telah masuk ke dalam sungai itu.

Bukan hanya satu, belasan, puluhan, bahkan tak terhitung jumlahnya ular-ular itu terlihat mulai memasuki sungai dan berenang menuju ke arah tubuh Manggala yang mulai hanyut semakin jauh.

Kedua senopati Istana Dasar Samudra terlihat saling pandang satu sama lain dan saling melempar senyum. Keduanya yakin, pangeran Manggala sudah pasti tidak akan ditemukan setelah di buang ke sungai ular. Setelah sepakat, kedua senopati Istana Dasar Samudra ini segera berkelebat pergi meninggalkan tempat itu.

Sepeninggal kedua senopati Istana Dasar Samudra, kita lihat tubuh kecil Manggala yang masih terombang-ambing di sungai, mengikuti arus sungai ular yang mengarah ke hulu. Ular-ular yang menjadi penghuni sungai ular sudah tampak berada disekeliling tubuh kecil malang itu. Bahkan beberapa diantaranya sudah mematuk dibeberapa bagian tubuh Manggala yang malang. Tidak hanya sekali, tapi beberapa ular terlihat beberapa kali melakukan patukan berbisanya ke tubuh Manggala.

Tak ada reaksi pada tubuh Manggala. Hingga akhirnya ular-ular itu terlihat menjauh seperti ada sesuatu yang mereka takuti. Dari arah timur, terlihat air sungai menyibak dengan keras. Samar-samar terlihat dari balik air sungai yang sedikit keruh itu, bayangan seekor ular besar tengah mendekati tubuh Manggala. Ukurannya begitu besar hingga membuat ular-ular yang ada disekitar tubuh Manggala menyingkir dengan sendirinya. Sangking besarnya, ukuran ular tersebut, lebih besar dari batang kelapa sekalipun.

Begitu berada didekat tubuh Manggala, tanpa basa basi, ular besar itu langsung melilit tubuh Manggala dari ujung kaki hingga kepala. Mulut besarnya menganga, siap mencaplok kepala Manggala yang kecil. Jangankan kepala manusia, bahkan mungkin seekor kerbaupun bisa masuk dalam mulut besar ular tersebut.

Hanya beberapa helaan nafas saja lagi, tubuh Manggala masuk kedalam mulut ular tersebut.

“Huwaaaa..!” Tiba-tiba saja terdengar teriakan keras dari mulut Manggala yang mengejutkan para ular yang ada disekitarnya, bahkan mengejutkan si ular putih raksasa.

Zzgggghhh.....!

Tiba-tiba saja sekujur tubuh Manggala mengeluarkan kilatan lidah petir yang langsung menyambar ke tubuh ular putih raksasa yang tengah melilitnya. Bukan hanya tubuh ular putih raksasa yang tersampar kilatan lidah petir itu, tapi hampir diseluruh aliran sungai ular itu langsung terpapar oleh kilatan lidah petir itu, hingga membuat hampir semua penghuni sungai ular itu langsung kesetrum hebat akibat terjangan kilatan lidah petir itu. Ular-ular yang berada paling dekat dengan sosok Manggala, langsung tewas seketika, bahkan si ular putih raksasa yang tadi melilit tubuh Manggala, langsung terlepas lilitan, lalu kemudian tubuhnya tenggelam menghilang ke dasar sungai. Entah tewas atau pingsan. Tak ada yang tahu. Sementara ular yang selamat, langsung bergerak menyingkir menjauh dari tubuh Manggala.

Tubuh Manggala yang tadinya masih mengambang di sungai, terlihat mulai bergerak-gerak. Ternyata Manggala masih hidup.

Dengan keadaan punggung yang terluka dan tubuh yang lemah, Manggala berusaha tetap berada diatas air dan mencoba mencari tahu dimana dirinya berada saat ini, dan saat mengetahui keberadaan dirinya. Wajah Manggala langsung berubah. Bukan karena keberadaannya di sungai itu yang mengejutkan Manggala, melainkan Manggala merasakan disekitar dirinya ada begitu banyak ular yang mati mengambang. Kalau saja Manggala bisa melihat betapa banyaknya jumlah ular-ular itu, pasti wajah Manggala akan pucat, seputih kain kafan. Untungnya, kedua matanya buta.

“Dimana ini? Kenapa banyak bangkai ular disini?” membatin Manggala.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat bertarung diatas perahu ditengah-tengah laut samudra, Manggala yang terkena serangan telapak sang senopati. Membuat tubuh Manggala terlempar masuk ke dalam laut. Walaupun buta, Manggala cukup cerdas untuk segera menganalisa situasi dengan cepat. Dia tak mungkin menang dengan kondisinya saat ini menghadapi kedua senopati agul tersebut. Makanya Manggala bertindak cepat, menggunakan salah satu ajian yang dimilikinya untuk mengecoh kedua senopati itu.

Ajian Ragasuri, demikianlah ajian yang dipergunakan oleh Manggala untuk mengelabui para senopati itu. Dengan ajian ini, Manggala bisa menghilangkan tanda-tanda kehidupan ditubuhnya, seperti menghilangkan denyut nandi, helaan nafas dan detak jantungnya untuk menipu lawan. Tubuh pemilik Ajian Ragasuri ini akan seperti orang yang mati sementara alias mati suri. Walaupun Manggala sadar, ajian ini justru bisa berbalik membahayakan dirinya, kalau saja kedua senopati menyadari apa yang terjadi. Untungnya kedua senopati itu tidak sadar atas apa yang dilakukan oleh Manggala. Hingga Manggala yang disangka telah tewas, jasadnya dibuang ke dalam sungai ular oleh kedua senopati itu.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fardan Sahal
makin kebawah makin kepo
goodnovel comment avatar
Felan Jeong
sy suka dgn ceritanya
goodnovel comment avatar
Elchanan Horoni
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status