Beranda / Urban / Si Hebat Jack Morland / 2. Bocah Miskin Sialan!

Share

2. Bocah Miskin Sialan!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 16:14:07

Tak mau membuang-buang waktu, Jack dengan segera merogoh sakunya dan melihat isi dompetnya.

Dia pun hanya bisa menghela napas panjang. Seseorang yang sering sekali disebut sebagai tikus got itu memang benar-benar sangat miskin.

Di dalam dompet buluknya itu dia bahkan hanya memiliki $10 saja yang tersisa. Jumlah itu jelas tak akan cukup untuk membawa dirinya ke rumah Lily Osborne dengan menggunakan taksi. Dia setidaknya membutuhkan uang sekitar $15 untuk bisa sampai ke rumah Lily.

Maka, dengan sangat terpaksa Jack memilih berjalan kaki lebih cepat menuju ke kediaman Lily yang terletak di kawasan The DownGrow House, sebuah kawasan elit yang sangat terkenal di Ocean Hill.

Tapi, baru saja dia sebentar berjalan, perutnya mulai keroncongan. Dia menyentuh perutnya dan berusaha menahan lapar.

Hari ini dia hanya memakan roti cokelat yang disediakan pihak kampus secara gratis untuk sarapan dan siang harinya dia hanya mengambil sepotong pizza yang dibawa oleh teman satu asramanya.

Lapar, tentu saja dia sangat lapar. Tapi, dia berpikir untuk lebih banyak mengumpulkan uang agar bisa dia gunakan untuk mengajak Lily Osborne makan di restoran bagus pada hari jadi mereka yang ke seratus bulan depan.

Sayangnya, sepertinya dia mulai ragu bila hal itu akan benar-benar bisa terjadi.

"Lily, semoga itu tidak benar," gumam Jack di tengah-tengah perjalanan.

Akan tetapi, sebelum dia tiba di rumah Lily, ponsel bututnya tiba-tiba saja bergetar. Jack langsung dengan cepat melihat ponsel itu dan berharap bila Lily yang menghubunginya.

Namun, rupanya bukan. Itu adalah sebuah notifikasi dari sebuah media sosial yang dia gunakan. Notifikasi itu ternyata berasal dari Lily Osborne, sang kekasih cantiknya.

Jack tersenyum senang dan segera meng-klik notifikasi tersebut. Unggahan itu berupa sebuah foto. Tapi, setelah melihat foto yang baru saja diunggah oleh Lily tersebut, senyum Jack seketika menghilang secara sempurna.

Foto itu adalah foto Lily yang sedang dicium mesra oleh Tobias. Bukan foto ciuman di pipi, melainkan di bibir. Kata-kata yang ditulis oleh Lily juga semakin membuat darah Jack mendidih. 'Perjalanan baru denganmu. Aku cinta kamu, Toby.'

"Ini tidak benar. Kau ... benar-benar mengkhianatiku, Lily. Tapi kenapa?"

Dengan amarah yang sedang menguasai dirinya, Jack berjalan lebih cepat dan akhirnya bisa sampai di kediaman rumah Lily yang megah.

Jack memang belum pernah satu kali pun berkunjung ke rumah Lily dikarenakan Lily yang selalu melarangnya.

Mereka juga biasanya selalu bertemu di luar kampus. Lokasi yang dipilih pun juga selalu sangat jauh dari kampus mereka. Hal ini agar tak ada orang yang mengetahui tentang hubungan mereka.

Akan tetapi, saat ini Jack membutuhkan penjelasan sehingga dia tidak peduli bila Lily akan marah terhadapnya. Dia berjalan mendekat dan memencet bel pintu rumah Lily tanpa pikir panjang.

Seorang satpam membuka celah kecil di bagian pinggir dekat bel pintu. Dia melihat siapa tamu itu. Namun, setelah dia melihat jika tamu itu adalah Jack, dia langsung mendengus jengkel. "Astaga! Bagaimana bisa seorang pengemis masuk ke kompleks ini? Pergi dari sini!"

Jack terburu-buru membalas, "Maaf, saya bukan pengemis."

"Saya ingin bertemu dengan Lily Osborne." Jack berkata dengan cepat.

Satpam itu terlihat tidak percaya tapi dia tetap membuka pintu gerbang gerbang sedikit, "Apa yang kau bicarakan tadi? Kau mau bertemu dengan Nona Osborne? Astaga!"

Dia menggelengkan kepala dan menatap Jack dengan tatapan meremehkan, "Ah, aku tahu. Kau pasti salah satu penggemar nona mudaku."

Lily Osborne bukanlah seorang artis tapi dia cukup terkenal di dunia maya sehingga anggapan sang satpam bisa dikatakan tidak salah juga.

"Hei anak muda, aku tidak tahu kau tahu dari mana alamat rumah ini, tapi kusarankan padamu agar segera bangun dari mimpi."

Jack menatap bingung. "Apa maksud Anda?"

"Pergilah dari sini. Nona Osborne tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menemuimu."

Satpam itu pun kemudian berniat masuk lagi tapi Jack buru-buru mencegahnya. "Maaf, tapi saya benar-benar mengenalnya. Saya teman satu kampusnya, oh lebih tepatnya saya ini pacarnya."

Satpam itu membelalakkan mata dan langsung menertawakan Jack.

"Oh, anak muda. Berhentilah bertingkah gila. Berani sekali kau mengaku sebagai kekasih Nona Osborne!"

"Dasar tidak tahu diri!" Sang satpam menggelengkan kepala tapi dia benar-benar membuka pintu itu.

"Saya memang kekasih Lily. Tolong, biarkan saya masuk dan saya akan membuktikan bila apa yang saya katakan memang benar." Jack terlihat percaya diri meskipun dia saat ini sedang begitu sangat marah.

"Omong kosong. Kekasih Nona Lily itu Tuan Muda Tobias dan dia sedang ada di dalam. Bagaimana mungkin Nona Lily berpacaran denganmu? Dasar orang miskin terlalu banyak mengkhayal!" Satpam itu sudah kehilangan kesabaran dan segera masuk ke dalam lagi.

Akan tetapi, Jack Morland yang sudah tak bisa mengontrol diri dengan segera menyelinap ke dalam dan berlari dengan cepat.

"Hei, kembali ke sini!!"

"Bocah miskin sialan, berhenti kau!"

Sang satpam berteriak keras dan mengejarnya tapi Jack tak menggubris dan terus berlari hingga dia berhenti sendiri saat dia melihat Lily sedang berciuman mesra di dekat mobil mewah yang Jack duga milik Tobias.

"Lily!" panggil Jack tak bisa menahan rasa kagetnya.

Lily dan Tobias segera memisahkan diri. Lily menatap kaget ke arah Jack, kekasihnya yang miskin dan tak berguna.

"Jack, apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa masuk?" Lily menatap kaget.

Tobias menatap Jack dengan kening berkerut, "Kau mengenalnya, Sayang? Siapa dia?"

Satpam yang mengejar Jack sudah sampai di sana dan berkata, "Maaf, Nona. Dia tadi nekad menerobos masuk."

Lily menatap kesal pada satpam itu lalu segera beralih pada Jack. "Kenapa kau ke sini, Jack?"

Jack menggelengkan kepala, "Kau malah bertanya hal itu? Astaga, Lily. Kau sudah berselingkuh dariku. Bagaimana bisa kau malah bertanya begitu padaku?"

Tobias Gray terlihat agak kaget tapi dia masih diam menunggu, lebih tepatnya menonton.

"Bukankah kau harusnya menjelaskan padaku, kenapa kau mengkhianatiku? Apa salahku, Lily?" Jack terlihat bingung.

Lily mendesah malas, "Jack, aku rasa hubungan kita sejak awal sudah salah. Seharusnya aku tak pernah setuju untuk berpacaran denganmu."

"Tapi, kau-"

"Kita putus, Jack. Aku sekarang sudah punya Toby, dia yang sekarang menjadi kekasihku," Lily berkata sambil tersenyum pada Tobias.

Tobias yang memahami semuanya pun ikut menanggapi, "Ah, begitu rupanya. Hei, kau ... siapapun kau, mulai sekarang jangan ganggu Lily. Dia kekasihku sekarang."

"Lagi pula, apa yang kau bisa berikan untuk Lily? Pemuda miskin sepertimu jelas tak pantas bersama gadis cantik seperti Lily." Tobias menyeringai.

Lily menganggukkan kepala, "Kau benar, dia bahkan tak sanggup mengajakku makan di restoran fast food. Yang benar saja, dia hampir tak pernah memberiku apapun."

Tobias tertawa merendahkan sembari menatap Jack dan dia berkata pada Lily, "Beruntunglah kau bertemu denganku, Lily. Kau bisa meminta apapun padaku. Semua yang kau mau, akan aku berikan."

Jack mengepalkan tangan, berusaha menyalurkan kekesalannya di sana tapi sayangnya dia tidak bisa.

"Tapi, dulu kau bilang uang bukanlah sesuatu yang penting, Lily. Bagaimana kau bisa berubah sekarang?"

Lily membalas dengan tidak sabar, "Bukan aku yang berubah tapi aku yang saat ini semakin sadar bahwa berkencan denganmu tidak akan membuatku bahagia."

"Jadi, uang yang membuatmu bahagia?" Jack sekarang tidak bisa mengontrol diri.

Tobias tertawa mengejek, "Tentu saja. Gadis mana yang tidak suka dengan kemewahan, teman? Jangan terlalu polos!"

"Kalau kau tidak punya uang, jangan bermimpi untuk memiliki gadis secantik Lily." Tobias menambahkan.

Setelah mengatakan hal itu, Tobias mencium pipi Lily seakan memang sedang membuat Jack cemburu.

Jack pun benar-benar terpancing emosi dan langsung memukul Tobias.

"Brengsek, berani sekali kau memukulku!" Tobias mengumpat.

"Kau pantas mendapatkannya." Jack membalas dan hampir akan melayangkan sebuah pukulan lain.

Tobias pun tertawa mengejek, "Kau sangat menyedihkan. Orang miskin sepertimu memang tak punya etika. Pantas saja Lily dengan mudah berpaling darimu."

"Kau yang brengsek. Apa kau tidak bisa mendapatkan gadis lain yang masih sendiri?" Jack masih tidak terima.

"Aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, termasuk saat aku mau Lily, maka dia jadi milikku." Tobias tersenyum miring.

Lily tidak bisa menahan diri lagi dan dia pun berteriak panik, "Stephen! Usir dia!"

Satpam yang tadi berdiam diri itu pun segera memanggil pengawal lain.

"Lily, kau benar-benar sangat keterlaluan!" Jack berteriak tapi Lily tidak peduli dan malah sibuk membantu Tobias.

Tobias menyeringai pada Jack yang sedang dipegang oleh satpam dan para pengawal keluarga Osborne.

"Lempar dia dari rumah ini sekarang!" Lily memerintah tanpa perasaan.

"Lily, aku mohon!" Jack memanggil dengan begitu tak percaya.

Tapi, Lily Osborne benar-benar tampak tidak peduli pada Jack Morland. Dia seakan tuli, tidak mendengarkan panggilan Jack. Dia seolah tuli dan tak sedikitpun menoleh ke arah Jack.

Para pengawal kemudian menyeret Jack keluar dari rumah megah itu lalu melemparnya ke jalanan hingga Jack terhuyung-huyung dan terjatuh.

Jack benar-benar sangat sedih karena kekasih yang sangat dia cintai itu ternyata telah mengkhianati dan memperlakukannya seolah dirinya sampah.

"Lily, bagaimana bisa kau setega ini padaku?" gumam Jack saking terkejutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Hebat Jack Morland    147. Tidakkah Kau Tahu Siapa Aku?

    Harold Morland tertawa terbahak-bahak, menyukai apa yang dikatakan putranya, dan bahkan menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh semangat."Aku menunggu kau mengatakan itu di depan kakekmu," kata Harold sambil tersenyum lebar.Jean, wanita kurus dengan rambut pirang yang ditata dengan sangat rapi, juga berkata, "Benar, Hugh pantas mendapatkan hadiah seperti ini."Sepertinya dia membenci Hugh karena dia benci menjadi gemuk.Sang putra yang bernama Garric, yang tentu saja juga memiliki nama keluarga "Morland", tampaknya memenuhi keinginan orang tuanya."Sebaiknya kita bergegas karena hari sudah mulai panas," kata Jean sambil mendongak ke atas dan memang sinar matahari mulai menyengat kulit mereka.Mereka bertiga tidak dilarang masuk ke bagian depan, di mana banyak penjaga yang menjaga rumah mewah tersebut.Namun, ketika mereka bertiga tiba di depan pintu, dua penjaga langsung menghentikan mereka.Harold menyipitkan matanya, tidak suka dengan gangguan itu, "Hei, kau ... tidakkah kau tahu s

  • Si Hebat Jack Morland    146. Jangan Berkata Seperti Itu!

    Dan sehari kemudian, ketika Jose dan Edward telah memberikan begitu banyak informasi tentang keluarga kakeknya yang ternyata jarang muncul, Jack cukup terkejut."Luar biasa! Bagaimana kalian mendapatkan semua ini?" Jack bertanya kepada kedua temannya.Mereka bertiga sedang berada di kantor Jack dan dia tidak mengizinkan siapapun masuk sementara mereka berbicara.Jose menjawab dengan riang, "Itu mudah.""Apa maksudmu mudah? Kau bahkan mendapatkan data transaksi yang dilakukan oleh mereka dan kakekku. Itu sangat mengejutkan, karena aku tahu tidak akan mudah untuk mendapatkannya!" Jack menjelaskan dengan alis berkerut, menatap kedua temannya dengan tatapan penuh tanya.Edward langsung menjawab, "Kau benar. Semua data yang kami miliki bukanlah data yang bisa didapatkan dengan mudah. Jadi jika kita mendapatkannya, sudah pasti tidak mungkin sendirian, atau bisa dikatakan kita dibantu oleh seseorang yang cukup berpengaruh."Jack mengerjap dan menatap temannya dengan tatapan curiga, tiba-tiba

  • Si Hebat Jack Morland    145. Aku Akan Melindungimu!

    Jack menggelengkan kepala dengan cepat, "Entahlah. Tapi menurut Kakek, hubungan keluarga kita dengan keluarga mereka tidak terlalu baik."Jack sebetulnya ingin tahu lebih banyak, tapi dia tahu dia belum menemukan sesuatu yang berarti sehingga dia tidak bisa mengatakan apapun pada Edward.Edward mengangguk mengerti, "Aku pikir mereka mungkin tidak menyukaimu. Tapi kita tidak bisa mengetahuinya sampai kau bertemu dengan mereka secara langsung."Edward mencoba untuk lebih bersabar dan kemudian menunggu untuk mengenal keluarga Jack. Ia berpikir bahwa setelah mengenal mereka, ia dapat membantu Jack untuk menyelesaikan masalahnya.Jose dengan cepat menambahkan, "Oh, tapi sebelum dia bertemu dengan keluarganya. Akan lebih baik jika dia mengetahui lebih banyak tentang mereka."Ide Jose tersebut membuat Edward menganggukkan kepala, jelas suka mendengar ide yang menurutnya cukup brilian.Sementara Jack, tentu saja, langsung setuju dengan ide temannya. Menurut Jack, Jose selalu memunculkan ide-i

  • Si Hebat Jack Morland    144. Katakanlah!

    Jack mencoba untuk memahami semuanya, tetapi dia masih tidak bisa memahami alasan dari semua yang telah dilakukan Darryl.Pemuda itu teringat bagaimana dia pertama kali bertemu Darryl dan bagaimana mereka akhirnya menjadi teman."Dulu, aku pikir kau benar-benar tulus berteman denganku, yang merupakan anak miskin dan bahkan tidak punya uang untuk makan. Kau sering membantuku dengan melakukan hal-hal yang menurutmu tidak seberapa, namun sangat berharga bagiku," kata Jack sambil menatap mantan temannya dengan tatapan tidak yakin.Darryl sendiri memegang tangannya agar dia tidak melakukan hal bodoh lagi.Jack melanjutkan, "Untuk pertama kalinya, aku merasa memiliki seorang teman. Karena di mataku, kau sangat berbeda dengan orang kaya yang biasanya hanya memilih-milih orang miskin.""Tapi siapa sangka kalau semua yang kau lakukan itu hanya kebohongan belaka? Kau ... membuatku merasa seperti orang paling bodoh karena mengira kau adalah teman sejati," kata Jack, lalu menarik napas panjang.E

  • Si Hebat Jack Morland    143. Jack, Kumohon!

    Annelisse menghela napas dan menatap ke tanah, tidak yakin bagaimana harus menjawab. "Jack, aku ... Aku tidak tahu apakah aku siap untuk ini. Maksudku, kita masih sangat muda dan pernikahan adalah sebuah komitmen yang besar. Aku tidak ingin terburu-buru melakukan sesuatu dan menyesal di kemudian hari."Hati Jack tenggelam saat dia menyadari apa yang dia maksud. "Apa kau bermaksud mengatakan tidak?"Annelisse menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak menyukaimu, Jack. Hanya saja aku tidak yakin apakah ini waktu yang tepat untuk kita. Masih banyak yang harus kita pikirkan dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengikat kita dengan pernikahan dulu."Jack berdiri, wajahnya bersedih. "Aku mengerti," katanya, berusaha untuk menjaga agar suaranya tetap stabil. "Aku tidak ingin menekanmu untuk melakukan sesuatu yang belum siap."Annelisse juga berdiri dan meletakkan tangannya di pundaknya. "Jack, tolong jangan marah. Aku masih ingin bersamamu dan membangun masa depan bersama. Aku hanya tidak in

  • Si Hebat Jack Morland    143. Jack, Kumohon!

    Annelisse menghela napas dan menatap ke tanah, tidak yakin bagaimana harus menjawab. "Jack, aku ... Aku tidak tahu apakah aku siap untuk ini. Maksudku, kita masih sangat muda dan pernikahan adalah sebuah komitmen yang besar. Aku tidak ingin terburu-buru melakukan sesuatu dan menyesal di kemudian hari."Hati Jack tenggelam saat dia menyadari apa yang dia maksud. "Apa kau bermaksud mengatakan tidak?"Annelisse menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak menyukaimu, Jack. Hanya saja aku tidak yakin apakah ini waktu yang tepat untuk kita. Masih banyak yang harus kita pikirkan dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengikat kita dengan pernikahan dulu."Jack berdiri, wajahnya bersedih. "Aku mengerti," katanya, berusaha untuk menjaga agar suaranya tetap stabil. "Aku tidak ingin menekanmu untuk melakukan sesuatu yang belum siap."Annelisse juga berdiri dan meletakkan tangannya di pundaknya. "Jack, tolong jangan marah. Aku masih ingin bersamamu dan membangun masa depan bersama. Aku hanya tidak in

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status