Merasa begitu terhina dan sangat sedih, Jack pun pada akhirnya memilih untuk segera meninggalkan kediaman keluarga Osborne. Ia sudah tersadar sepenuhnya bila dia tidak akan mungkin lagi bisa mendapatkan Lily.
Lawannya adalah seorang Tobias Gray yang tidak hanya tampan tapi juga kaya luar biasa. Pesonanya begitu kuat sehingga Lily pun terpesona kepadanya. Di samping itu, Lily juga benar-benar sudah tak menginginkan dirinya lagi. Tak ada alasan lain baginya untuk mempertahankan Lily. Lily telah menjadi mantan kekasihnya saat ini. Dengan hati yang remuk, Jack berjalan sembari menahan rasa lapar yang mengganggunya. Akan tetapi, baru saja dia berjalan tidak terlalu jauh dari sana, dia malah dikejutkan dengan sebuah mobil polisi yang berhenti tepat di dekatnya. Dua orang polisi turun dari mobil dan berjalan ke arahnya, "Jack Morland, Anda ditangkap. Silakan ikut kami ke kantor polisi." Salah seorang dari polisi itu telah memegang tangannya dan berniat memborgolnya. Jack membelalakkan mata, "Tunggu dulu. Apa salah saya, Pak? Saya tidak melakukan apapun." Pria muda itu menatap bingung pada salah satu polisi yang sudah membuka borgol. "Anda ditangkap karena telah berani memasuki rumah Lily Osborne tanpa izin." Mulut Jack langsung ternganga. "Apa? Tapi saya-" "Kau bisa menjelaskannya di kantor polisi nanti," polisi itu segera memborgol Jack, lalu membawanya ke dalam mobil. Begitu sampai di kantor polisi terdekat, sang petugas langsung menjebloskan dirinya ke dalam sel tahanan. "Pak, saya tidak bersalah. Saya-" "Kami sudah dikirimi sebuah rekaman CCTV dan kau memang terbukti masuk tanpa izin ke rumah keluarga Osborne. Astaga, anak muda. Kau sudah tidak bisa mengelak." "Tapi, itu-" "Kalau kau mau keluar dari sini, seseorang harus menjaminmu. Bagaimana? Apa kau punya keluarga untuk dihubungi?" tanya petugas itu. Jack jelas tidak memilikinya. Dia adalah seorang yatim piatu. Dia tinggal di panti asuhan sejak dia masih sangat kecil. Dia keluar dari tempat bernaungnya itu ketika dia mulai masuk ke universitas. Sebenarnya, pemilik panti asuhan yang begitu sangat baik kepadanya masih tetap mengizinkan dirinya untuk tinggal di sana, tapi Jack menolak. Dia tidak ingin membuat pihak panti asuhan mengeluarkan biaya lebih besar untuknya. Dia tahu diri sehingga dia pun memilih keluar dan tinggal di asrama yang telah disediakan oleh pihak kampus secara gratis bagi mahasiswa miskin tapi berprestasi. Jack juga bekerja sebagai pekerja paruh waktu di beberapa tempat seperti restoran dan juga pembersih toilet di sebuah mall demi membiayai hidupnya sendiri. "Saya tidak memiliki keluarga." Sang polisi mendengus dan berkata lagi sebelum pergi, "Maka dari itu, jaga tingkahmu!" "Apa yang kau pikirkan? Berani sekali memasuki rumah orang lain, apalagi keluarga Osborne. Apa kau mau membusuk di penjara, huh?" sambung salah seorang petugas lain. Jack ingin berteriak sekarang ini. Dia tahu dia memang telah menyelinap masuk ke dalam rumah Lily tanpa izin, tapi dia sungguh tidak pernah mengira Lily akan melaporkannya seperti ini. Jack berpikir keras tapi tetap tidak menemukan jalan keluar. Sekitar satu jam kemudian, seseorang berkunjung ke sana menemui dirinya. Wajah Jack langsung mengeras begitu melihat orang itu. "Kau ... apa yang sedang kau lakukan di sini?" "Melihat nasib tikus got yang berani mengusikku," ujar Tobias sembari menyeringai. Tobias mengintip ke arah sel tahanan yang ditempati oleh Jack sekilas dan mengernyitkan dahi seakan jijik. "Bagaimana rasanya? Apa sangat dingin di dalam sana? Ada tikusnya di sana?" tanya Tobias, tapi Jack tidak menyahut. Tobias pun tersenyum puas, "Senang sekali Lily akhirnya mendengarkan saranku untuk melaporkanmu pada polisi." Jack langsung memutar kepala. "Jadi, kau yang mencoba mempengaruhi dia? Kau ... kenapa? Kau sudah mendapatkan Lily, mengapa kau masih ingin menggangguku?" Tobias Gray tertawa mengejek. "Kenapa? Ah, mungkin karena kau berani memacari Lily sebelum aku. Huh, ini melukai egoku. Aku tidak bisa menerimanya." Jack sungguh tidak mengerti. Dia yang berada di balik sel hanya bisa membalas, "Pergilah!" "Wow, kau berani mengusirku? Apa kau tidak ingin tahu alasanku datang ke sini?" "Tidak perlu." "Wah, sangat disayangkan! Padahal aku ingin memberimu satu kesempatan agar kau bisa bebas dari sini. Bagaimana? Apa kau tidak tertarik?" Jack menoleh ke arah lelaki yang telah merebut kekasihnya itu. "Apa maksudmu?" "Aku akan menjadi penjaminmu tapi dengan satu syarat." Jack sudah tahu Tobias pasti akan meminta sesuatu. "Apa yang kau mau?" "Berlututlah di depanku, cium kakiku dan mintalah ampunan dariku karena kau berani memukulku. Setelah itu maka aku akan membebaskanmu," jelas Tobias yang sudah begitu yakin bila Jack akan benar-benar melakukannya. Jack mencengkeram jeruji besi. "Tunggu apa lagi? Apa kau tidak mau bebas?" Tobias berkata dengan menyeringai. Jack mundur satu langkah, tapi tidak berlutut, "Lebih baik aku membusuk di sini daripada aku harus melakukan itu." Wajah Tobias berubah ungu seketika. "Dasar bodoh. Kau memilih neraka." "Neraka lebih baik," balas Jack tanpa rasa takut. "Baiklah, kalau memang itu yang kau inginkan. Selamat menderita di sini. Kau tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini, Jack Morland." Tobias pun meludah ke arah Jack dan ludahanan mengenai baju Jack. Tobias menyeringai puas dan akhirnya melangkah pergi setelah memberi tatapan mencemooh pada Jack. Jack yang kesal pun segera melepas kemeja yang telah diludahi oleh Tobias dan hanya bisa menghela napas. Dia sadar sudah tak memiliki harapan untuk bebas. Sebenarnya dia bersedia melakukan apa saja untuk bisa bebas, tapi tidak dengan menjadi orang bodoh di hadapan Tobias Gray yang telah menginjak-injak harga dirinya itu. Tak lama berselang, petugas polisi kembali datang ke sana. "Jack Morland, kau sudah dibebaskan." Seakan merasa telah salah mendengar, Jack memasang ekspresi wajah penuh tanda tanya, "Dibebaskan? Siapa yang membebaskan saya?" "Keluargamu." "Kaluarga saya? Siapa?" Jack tentu saja bingung. Dia sama sekali tidak memiliki keluarga. Apa mungkin Lily Osborne yang telah melepaskannya? Apa dia sudah berubah pikiran? Apa sebenarnya dia memang masih memiliki sedikit perasaan kasihan untuknya? Tapi, rasanya tidak mungkin. Jack tahu kemungkinan Lily melepaskannya sangatlah kecil. "Kau ingin keluar atau tidak?" Suara petugas polisi berhasil mengagetkan dirinya. Jack pun dengan tergesa-gesa keluar dari sel tahanan itu. "Di mana orang yang membebaskan saya?" Jack bertanya. "Di depan." Jack dengan cepat berjalan ke depan tapi dia hanya melihat dua orang berjas hitam terlihat berdiri di sana. Orang pertama tampak sudah tua, mungkin berusia sekitar enam puluh tahunan, sementara yang satunya terlihat masih agak muda, mungkin sekitar empat puluh tahunan. Orang yang lebih muda langsung bergegas mendekat, "Tuan Muda." Jack pun menatap orang itu dengan ekspresi bingung, "Tuan Muda? Maaf, Anda sepertinya sudah salah orang." Kini giliran orang yang lebih tua itu mendekati Jack, "Tidak mungkin salah. Kau itu Jack. Jack Morland." Mata Jack melebar dengan sempurna. "Bagaimana Anda bisa tahu nama saya? Anda siapa?" Orang tua itu langsung memegang bahu Jack dan berkata dengan suara pelan, "Tentu saja aku tahu kau. Kau cucuku, Jack. Dan aku Hugh, Hugh Morland, kakekmu." Pria itu bergerak memeluk Jack yang masih terlihat sangat kebingungan. "Astaga, aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini. Jack, kau pun sungguh mirip sekali dengan ayahmu." Hugh menepuk-nepuk punggung Jack. "Akhirnya aku menemukanmu, cucuku." Jack yang diliputi kebingungan segera melepaskan diri Hugh. "Cucu Anda? Tapi, saya tidak mengenal Anda. Saya-" "Ikutlah dengan kami dulu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu di rumah." Hugh terlihat berkaca-kaca saat menatap Jack. Jack memang merasa aneh ketika dipeluk oleh Hugh, tapi dia masih sulit mempercayai semua perkataan laki-laki itu itu. "Ayo, kita pulang, Nak!" Sang pria muda yang Jack pikir berusia sekitar empat puluh tahunan itu membungkuk dengan hormat, "Silakan, Tuan Muda." Jack kemudian diarahkan untuk masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang hanya pernah Jack lihat di majalah saja. Itu adalah mobil hitam super mewah itu bernama RI-76. Jack tahu hanya ada sekitar sepuluh buah jenis mobil itu di seluruh dunia. Tapi, sebelum dia sempat memikirkan hal itu lebih lanjut, dia mendengar Hugh berujar, "Kau tahu, Jack. Sudah sepuluh tahun lebih aku mencarimu. Aku sudah hampir putus asa karena tidak kunjung menemukanmu. Tapi, semua itu terbayar sekarang ini. Kau sudah ditemukan." Hugh terlihat bahagia sekali tapi Jack masih meragukan hal itu. Dia takut bila semua itu hanya sebatas khayalan. Perjalanan mereka pun tak memakan waktu yang lama. Jack dan rombongan itu sudah sampai di sebuah rumah berukuran besar dan luas yang begitu mirip mansion milik orang-orang kaya Ocean Hill. Jack terpana melihat betapa megahnya rumah itu. Jack bahkan hampir tak bisa menutup mulutnya saat memasuki area bagian dalam rumah itu. Semua furnitur yang begitu mewah dan kursi sofa pun seperti dilapisi emas. Namun, semua pemandangan itu tak bisa dibandingkan dengan sebuah foto berukuran besar yang terpajang di dinding ruang tamu. Foto itu adalah foto keluarga yang terdiri dari Hugh yang terlihat masih muda dan seorang wanita yang mungkin istri Hugh dan wanita muda serta seorang laki-laki muda yang sedang memeluk seorang anak kecil. Jack pun melongo.Dia menatap lebih teliti pada foto anak kecil itu dan langsung terkejut luar biasa. Seketika dia menoleh pada Hugh. "Itu saya. Bagaimana bisa?"
Hugh yang berdiri di belakang Jack pun tersenyum senang pada Jack. "Tentu saja bisa. Itu memang kau. Selamat datang di rumah kembali, cucuku."Hai, Readers yang baik.Apa kabar, Readers? Saya doakan baik-baik saja.Zila ingin berterima kasih pada setiap pembaca yang telah menyempatkan diri untuk membaca dan menghabiskan koin untuk buku ini. Buku ini memang jauh dari kata sempurna dan banyak sekali kekurangannya. Namun, saya berharap buku tetap dibaca sampai akhir.Selain itu, saya juga ingin buku ini mendapatkan tempat di hati pembaca dan semoga disukai. Salam hangat selalu dari ZilaTungguin buku lain dari Zila ya.Sampai bertemu di buku Zila selanjutnya.^.^
Namun, pada kenyataannya Jack Morland membiarkan Eric Goldman masuk ke dalam rumah Alex Blake.Dia juga memerintahkan pengawal pribadinya untuk mengatur agar tidak ada kamera CCTV yang menangkap gerak-gerik Eric.Begitu Eric memasuki area rahasia tersebut, ia langsung menyampaikan kegelisahan kakaknya.Pemuda itu juga menyampaikan idenya dan diterima dengan sangat baik oleh Jack Morland."Jack, aku tahu ini mungkin sangat berbahaya tapi akan jauh lebih baik jika kau hadir dalam waktu dekat pada penandatanganan kolaborasi besar yang akan segera dilakukan oleh Gideon Miles," kata Eric.Alex dengan cepat menjawab, "Aku juga ingin seperti itu karena kita sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam otak Gideon Miles."Jack Morland tampak berpikir serius, namun setelah mempertimbangkannya, ia akhirnya memutuskan untuk berkata, "Baiklah, aku rasa aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menghukum orang yang berani membunuh kakekku."Eric mengangguk lega dan menjawab, "Keluar
Eric sangat ingin menemukan mobil tersebut, namun ketika ia ingat bahwa ia memiliki sesuatu yang jauh lebih penting untuk dilakukan, ia memilih untuk melepaskan mobil tersebut.Dia kemudian memerintahkan, "Baiklah, sebaiknya kita langsung ke rumah pengacara Jack Morland."Ray dan Denis segera mengikutinya dan melaksanakan perintah tuan muda mereka.Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah yang tampaknya tidak dijaga oleh pengawal.Ray memandang rumah itu dengan curiga sementara Denis, yang sudah mengetahui bahwa ada orang yang bersembunyi di sebuah ruangan, segera bertanya kepada tuan muda itu, "Tuan Muda, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Eric teringat pesan kakaknya dan segera menunggu sampai matahari terbenam."Apakah Anda yakin kita harus menunggu di sini sampai hari gelap, Tuan Muda?" Ray bertanya dengan sangat hati-hati."Ya, kita harus lebih berhati-hati karena jika kita melakukan kesalahan, kita mungkin tidak akan bisa menemukan mereka. Dan ... yang lebih buruk
Namun, belum sempat mereka membicarakan hal tersebut lebih lanjut, mereka dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama yang bertugas untuk selalu mengawal Gideon Miles dimanapun ia berada.Mereka tentu saja memilih untuk segera menutup mulut agar tidak membuat para pengawal tersebut curiga.Salah satu dari mereka menatap curiga kepada para pelayan dan pengawal lainnya yang mendadak terdiam."Hei, apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian semua bertingkah aneh?" Sean, pengawal berusia sekitar 30-an tahun itu bertanya.Salah satu pelayan yang gagah berani menjawab, "Tidak ada hal penting yang terjadi di sini, Tuan. Hanya saja kami dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama Tuan Miles.""Bukankah kalian berdua yang menemani Tuan Miles sampai ke lantai ini?" tanya pelayan itu mencoba untuk tetap tenang.Sean mendengus dan kemudian dia melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa, itu karena kami beristirahat sebentar sebelum kami mengantar Tuan Miles untuk memeriksa sesuatu."Tentu saja ha
"Memang begitu, Tuan Miles. Tuan Muda Garric sama sekali tidak terlihat marah," penjaga gerbang menjelaskan tentang rumah Morland sekali lagi.Dia tidak menyembunyikan apa pun dan menjelaskannya dengan jelas agar Gideon memahami situasinya.Dia berusaha untuk tidak membuat Gideon merasa bahwa dia tidak melakukan tugasnya.Gideon masih sulit mempercayai hal itu, namun ketika dia meminta salah satu penjaga untuk menunjukkan rekaman CCTV di gerbang utama, pria itu akhirnya mempercayainya.Dalam rekaman CCTV tersebut terlihat sangat jelas bahwa Garric Morland bahkan tidak keluar dari mobilnya.Garric hanya berada di dalam mobilnya dan meminta supirnya untuk menemui penjaga gerbang untuk meminta izin masuk.Hal itu hanya berlangsung selama beberapa menit sehingga Gideon semakin tercengang dengan perubahan yang begitu jelas terlihat di matanya.Setelah para penjaga meninggalkan ruangannya, Gideon berpikir lebih serius."Apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda itu? Apakah dia benar-benar tid
Annelisse Goldman berpikir sejenak, namun ketika ia mempertimbangkan ide kakak laki-lakinya, ia akhirnya mencoba menerimanya.Ia berharap apa yang ia putuskan tidak akan membuatnya menyesal."Lalu, bagaimana kau akan pergi ke sana?" Annelisse bertanya kepada kakaknya.Eric tersenyum dan menjawab, "Kau tidak perlu memikirkannya dan kau hanya perlu menunggu hasilnya."Annelisse menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada kakaknya.Dia sangat mempercayai kakaknya dan dia berharap kakaknya dapat memperingatkan Jack tentang Gideon Miles yang berbahaya.Sementara itu, Garric Morland baru saja mendiskusikan masalah Jack dengan ayahnya dan kemudian dia memilih untuk pergi ke rumah keluarga Morland.Dia berpikir satu-satunya cara untuk membuat Gideon mengaku tentang apa yang telah dia lakukan adalah dengan menekannya lebih jauh dan mengganggunya.Karena, dia telah mengerahkan begitu banyak pengawal untuk mencari keberadaan Jack tetapi dia masih tidak dap