Beranda / Urban / Si Hebat Jack Morland / 3. Anda Ditangkap!

Share

3. Anda Ditangkap!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 16:14:50

Merasa begitu terhina dan sangat sedih, Jack pun pada akhirnya memilih untuk segera meninggalkan kediaman keluarga Osborne. Ia sudah tersadar sepenuhnya bila dia tidak akan mungkin lagi bisa mendapatkan Lily.

Lawannya adalah seorang Tobias Gray yang tidak hanya tampan tapi juga kaya luar biasa. Pesonanya begitu kuat sehingga Lily pun terpesona kepadanya.

Di samping itu, Lily juga benar-benar sudah tak menginginkan dirinya lagi. Tak ada alasan lain baginya untuk mempertahankan Lily. Lily telah menjadi mantan kekasihnya saat ini.

Dengan hati yang remuk, Jack berjalan sembari menahan rasa lapar yang mengganggunya. Akan tetapi, baru saja dia berjalan tidak terlalu jauh dari sana, dia malah dikejutkan dengan sebuah mobil polisi yang berhenti tepat di dekatnya.

Dua orang polisi turun dari mobil dan berjalan ke arahnya, "Jack Morland, Anda ditangkap. Silakan ikut kami ke kantor polisi."

Salah seorang dari polisi itu telah memegang tangannya dan berniat memborgolnya.

Jack membelalakkan mata, "Tunggu dulu. Apa salah saya, Pak? Saya tidak melakukan apapun."

Pria muda itu menatap bingung pada salah satu polisi yang sudah membuka borgol.

"Anda ditangkap karena telah berani memasuki rumah Lily Osborne tanpa izin."

Mulut Jack langsung ternganga.

"Apa? Tapi saya-"

"Kau bisa menjelaskannya di kantor polisi nanti," polisi itu segera memborgol Jack, lalu membawanya ke dalam mobil.

Begitu sampai di kantor polisi terdekat, sang petugas langsung menjebloskan dirinya ke dalam sel tahanan.

"Pak, saya tidak bersalah. Saya-"

"Kami sudah dikirimi sebuah rekaman CCTV dan kau memang terbukti masuk tanpa izin ke rumah keluarga Osborne. Astaga, anak muda. Kau sudah tidak bisa mengelak."

"Tapi, itu-"

"Kalau kau mau keluar dari sini, seseorang harus menjaminmu. Bagaimana? Apa kau punya keluarga untuk dihubungi?" tanya petugas itu.

Jack jelas tidak memilikinya.

Dia adalah seorang yatim piatu. Dia tinggal di panti asuhan sejak dia masih sangat kecil. Dia keluar dari tempat bernaungnya itu ketika dia mulai masuk ke universitas.

Sebenarnya, pemilik panti asuhan yang begitu sangat baik kepadanya masih tetap mengizinkan dirinya untuk tinggal di sana, tapi Jack menolak.

Dia tidak ingin membuat pihak panti asuhan mengeluarkan biaya lebih besar untuknya. Dia tahu diri sehingga dia pun memilih keluar dan tinggal di asrama yang telah disediakan oleh pihak kampus secara gratis bagi mahasiswa miskin tapi berprestasi.

Jack juga bekerja sebagai pekerja paruh waktu di beberapa tempat seperti restoran dan juga pembersih toilet di sebuah mall demi membiayai hidupnya sendiri.

"Saya tidak memiliki keluarga."

Sang polisi mendengus dan berkata lagi sebelum pergi, "Maka dari itu, jaga tingkahmu!"

"Apa yang kau pikirkan? Berani sekali memasuki rumah orang lain, apalagi keluarga Osborne. Apa kau mau membusuk di penjara, huh?" sambung salah seorang petugas lain.

Jack ingin berteriak sekarang ini. Dia tahu dia memang telah menyelinap masuk ke dalam rumah Lily tanpa izin, tapi dia sungguh tidak pernah mengira Lily akan melaporkannya seperti ini.

Jack berpikir keras tapi tetap tidak menemukan jalan keluar.

Sekitar satu jam kemudian, seseorang berkunjung ke sana menemui dirinya.

Wajah Jack langsung mengeras begitu melihat orang itu. "Kau ... apa yang sedang kau lakukan di sini?"

"Melihat nasib tikus got yang berani mengusikku," ujar Tobias sembari menyeringai.

Tobias mengintip ke arah sel tahanan yang ditempati oleh Jack sekilas dan mengernyitkan dahi seakan jijik.

"Bagaimana rasanya? Apa sangat dingin di dalam sana? Ada tikusnya di sana?" tanya Tobias, tapi Jack tidak menyahut.

Tobias pun tersenyum puas, "Senang sekali Lily akhirnya mendengarkan saranku untuk melaporkanmu pada polisi."

Jack langsung memutar kepala.

"Jadi, kau yang mencoba mempengaruhi dia? Kau ... kenapa? Kau sudah mendapatkan Lily, mengapa kau masih ingin menggangguku?"

Tobias Gray tertawa mengejek.

"Kenapa? Ah, mungkin karena kau berani memacari Lily sebelum aku. Huh, ini melukai egoku. Aku tidak bisa menerimanya."

Jack sungguh tidak mengerti. Dia yang berada di balik sel hanya bisa membalas, "Pergilah!"

"Wow, kau berani mengusirku? Apa kau tidak ingin tahu alasanku datang ke sini?"

"Tidak perlu."

"Wah, sangat disayangkan! Padahal aku ingin memberimu satu kesempatan agar kau bisa bebas dari sini. Bagaimana? Apa kau tidak tertarik?"

Jack menoleh ke arah lelaki yang telah merebut kekasihnya itu. "Apa maksudmu?"

"Aku akan menjadi penjaminmu tapi dengan satu syarat."

Jack sudah tahu Tobias pasti akan meminta sesuatu. "Apa yang kau mau?"

"Berlututlah di depanku, cium kakiku dan mintalah ampunan dariku karena kau berani memukulku. Setelah itu maka aku akan membebaskanmu," jelas Tobias yang sudah begitu yakin bila Jack akan benar-benar melakukannya.

Jack mencengkeram jeruji besi.

"Tunggu apa lagi? Apa kau tidak mau bebas?" Tobias berkata dengan menyeringai.

Jack mundur satu langkah, tapi tidak berlutut, "Lebih baik aku membusuk di sini daripada aku harus melakukan itu."

Wajah Tobias berubah ungu seketika. "Dasar bodoh. Kau memilih neraka."

"Neraka lebih baik," balas Jack tanpa rasa takut.

"Baiklah, kalau memang itu yang kau inginkan. Selamat menderita di sini. Kau tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini, Jack Morland." Tobias pun meludah ke arah Jack dan ludahanan mengenai baju Jack.

Tobias menyeringai puas dan akhirnya melangkah pergi setelah memberi tatapan mencemooh pada Jack.

Jack yang kesal pun segera melepas kemeja yang telah diludahi oleh Tobias dan hanya bisa menghela napas. Dia sadar sudah tak memiliki harapan untuk bebas.

Sebenarnya dia bersedia melakukan apa saja untuk bisa bebas, tapi tidak dengan menjadi orang bodoh di hadapan Tobias Gray yang telah menginjak-injak harga dirinya itu.

Tak lama berselang, petugas polisi kembali datang ke sana. "Jack Morland, kau sudah dibebaskan."

Seakan merasa telah salah mendengar, Jack memasang ekspresi wajah penuh tanda tanya, "Dibebaskan? Siapa yang membebaskan saya?"

"Keluargamu."

"Kaluarga saya? Siapa?" Jack tentu saja bingung. Dia sama sekali tidak memiliki keluarga.

Apa mungkin Lily Osborne yang telah melepaskannya? Apa dia sudah berubah pikiran? Apa sebenarnya dia memang masih memiliki sedikit perasaan kasihan untuknya?

Tapi, rasanya tidak mungkin. Jack tahu kemungkinan Lily melepaskannya sangatlah kecil.

"Kau ingin keluar atau tidak?" Suara petugas polisi berhasil mengagetkan dirinya.

Jack pun dengan tergesa-gesa keluar dari sel tahanan itu.

"Di mana orang yang membebaskan saya?" Jack bertanya.

"Di depan."

Jack dengan cepat berjalan ke depan tapi dia hanya melihat dua orang berjas hitam terlihat berdiri di sana.

Orang pertama tampak sudah tua, mungkin berusia sekitar enam puluh tahunan, sementara yang satunya terlihat masih agak muda, mungkin sekitar empat puluh tahunan.

Orang yang lebih muda langsung bergegas mendekat, "Tuan Muda."

Jack pun menatap orang itu dengan ekspresi bingung, "Tuan Muda? Maaf, Anda sepertinya sudah salah orang."

Kini giliran orang yang lebih tua itu mendekati Jack, "Tidak mungkin salah. Kau itu Jack. Jack Morland."

Mata Jack melebar dengan sempurna. "Bagaimana Anda bisa tahu nama saya? Anda siapa?"

Orang tua itu langsung memegang bahu Jack dan berkata dengan suara pelan, "Tentu saja aku tahu kau. Kau cucuku, Jack. Dan aku Hugh, Hugh Morland, kakekmu."

Pria itu bergerak memeluk Jack yang masih terlihat sangat kebingungan.

"Astaga, aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini. Jack, kau pun sungguh mirip sekali dengan ayahmu." Hugh menepuk-nepuk punggung Jack.

"Akhirnya aku menemukanmu, cucuku."

Jack yang diliputi kebingungan segera melepaskan diri Hugh. "Cucu Anda? Tapi, saya tidak mengenal Anda. Saya-"

"Ikutlah dengan kami dulu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu di rumah." Hugh terlihat berkaca-kaca saat menatap Jack.

Jack memang merasa aneh ketika dipeluk oleh Hugh, tapi dia masih sulit mempercayai semua perkataan laki-laki itu itu.

"Ayo, kita pulang, Nak!"

Sang pria muda yang Jack pikir berusia sekitar empat puluh tahunan itu membungkuk dengan hormat, "Silakan, Tuan Muda."

Jack kemudian diarahkan untuk masuk ke dalam sebuah mobil mewah yang hanya pernah Jack lihat di majalah saja.

Itu adalah mobil hitam super mewah itu bernama RI-76. Jack tahu hanya ada sekitar sepuluh buah jenis mobil itu di seluruh dunia.

Tapi, sebelum dia sempat memikirkan hal itu lebih lanjut, dia mendengar Hugh berujar, "Kau tahu, Jack. Sudah sepuluh tahun lebih aku mencarimu. Aku sudah hampir putus asa karena tidak kunjung menemukanmu. Tapi, semua itu terbayar sekarang ini. Kau sudah ditemukan."

Hugh terlihat bahagia sekali tapi Jack masih meragukan hal itu. Dia takut bila semua itu hanya sebatas khayalan.

Perjalanan mereka pun tak memakan waktu yang lama. Jack dan rombongan itu sudah sampai di sebuah rumah berukuran besar dan luas yang begitu mirip mansion milik orang-orang kaya Ocean Hill.

Jack terpana melihat betapa megahnya rumah itu.

Jack bahkan hampir tak bisa menutup mulutnya saat memasuki area bagian dalam rumah itu. Semua furnitur yang begitu mewah dan kursi sofa pun seperti dilapisi emas.

Namun, semua pemandangan itu tak bisa dibandingkan dengan sebuah foto berukuran besar yang terpajang di dinding ruang tamu.

Foto itu adalah foto keluarga yang terdiri dari Hugh yang terlihat masih muda dan seorang wanita yang mungkin istri Hugh dan wanita muda serta seorang laki-laki muda yang sedang memeluk seorang anak kecil.

Jack pun melongo.

Dia menatap lebih teliti pada foto anak kecil itu dan langsung terkejut luar biasa. Seketika dia menoleh pada Hugh. "Itu saya. Bagaimana bisa?"

Hugh yang berdiri di belakang Jack pun tersenyum senang pada Jack. "Tentu saja bisa. Itu memang kau. Selamat datang di rumah kembali, cucuku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Hebat Jack Morland    116. Dia Hanya Berbohong!

    "Nanti aku akan bertanya kepadanya dulu," Annelisse menjawab tanpa berniat untuk membuat kakaknya tambah cemas.Eric juga tak mungkin memaksanya untuk bisa segera bertemu dengan Jack karena saat dia telah mengetahui identitas aslinya maka dia pun juga tahu jika orang seperti Jack tentu saja memiliki kesibukan yang begitu sangat padat."Maaf, Kak. Ini karena Jack sendiri bilang setelah hari ini dia akan beristirahat di rumah untuk mempersiapkan diri," Annelisse menjelaskan agar kakaknya tidak lagi merasa terbebani.Eric mengangguk, "Aku mengerti. Aku akan menunggu hari kapanpun dia tak sibuk."Vincent dan Mary tidak berkomentar apapun karena mereka pun juga tahu bila putra mereka sudah mendapatkan pelajaran yang begitu sangat besar.Seseorang tidak boleh melihat orang lain hanya dari penampilan luar ataupun jabatan yang terlihat saja. Bisa jadi orang yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu menunjukkan jabatan aslinya ternyata memiliki sesuatu yang l

  • Si Hebat Jack Morland    115. Tenanglah!

    Annelisse tidak terlihat terkejut ketika dia tahu bila kakaknya sudah mengetahui identitas asli Jack.Sejujurnya sebelum itu bahkan dia sudah yakin bila kakaknya memang akan menyelidiki Jack setelah dia membawanya untuk makan malam bersama dengan mereka.Akan tetapi, dia tidak menyangka bila hasil penyelidikan itu telah keluar dengan begitu cepat.Tak mungkin baginya untuk menutup-nutupi lagi dan dia pun tak bisa berbohong kepada kedua orang tuanya.Dia pun juga sudah tahu bila Jack akan segera mengungkap identitas aslinya dalam waktu dekat.Annelisse melihat ketiga orang yang sedang menatapnya dengan serius itu dan dia pun mengangguk kecil yang menandakan bila semua pertanyaan yang ditanyakan kepadanya oleh kedua orang tuanya serta kakak laki-lakinya itu memang benar."Jack adalah cucu Hugh Morland," Annelisse membenarkan hal itu.Eric terdiam bagaikan patung. Rasa penasarannya memang sudah terjawab dan dia telah mendapatkan ja

  • Si Hebat Jack Morland    114. Hasil Penyelidikan

    Eric Goldman terlihat begitu sangat lega melihat kedatangan sang adik perempuan.Dia bahkan mengulas sebuah senyuman ramah hingga membuat Annelisse menaikkan alis kanannya karena bingung.Dia menatap penuh tanda tanya pada sang kakak, menginginkan sebuah penjelasan dari senyuman yang tidak biasa itu.Baginya, tingkah Eric termasuk di luar normal sehingga malah membuat dirinya semakin curiga."Aku menyuruh orang untuk mengawasi Jack, Anne. Aku-""Apa? Kau mengawasi Jack? Apa yang sudah kau lakukan, Eric?” Vincent memotong ucapan sang putra dengan tatapan ngeri.“Kau sudah sangat keterlaluan sekali!” lanjutnya dengan nada cemas, lebih tepatnya khawatir bila tindakan putra sulungnya itu akan menambah masalah yang tidak perlu.Dia benar-benar tidak habis pikir akan kelakuan Eric, tapi enggan juga untuk memarahinya. Sebab, dia pun yakin Eric memiliki alasan tersendiri sampai dia melakukan hal yang begitu nekad

  • Si Hebat Jack Morland    113. Kebingungan Eric

    Jack tahu bila dia tidak mungkin bisa menyembunyikan masalah apapun dari sang kakek meskipun masalah itu hanyalah masalah kecil sekalipun.Kakeknya memiliki begitu banyak mata-mata yang tersebar di mana-mana dan dia bahkan tidak tahu di mana saja mata-mata itu ditempatkan oleh kakeknya.Sesungguhnya, dia pun mengerti alasan kakeknya lakukan hal semacam itu. Tentu saja karena dia ingin melindungi dirinya.Bagaimanapun juga, menjadi seorang Hugh Morland yang hidup sendirian selama belasan tahun itu tidaklah mudah. Dia sudah kehilangan anak dan menantunya lalu kemudian harus menerima kenyataan bila cucu tunggalnya juga diculik kala itu.Dia juga harus melakukan pencarian cucunya itu selama belasan tahun hingga pada akhirnya dia bisa bertemu dengan cucunya yang telah menghilang dari matanya. Setelah mengalami penderitaan panjang itu, Jack yakin bila tidak mudah bagi Hugh untuk membiarkan cucunya sendiri tanpa perlindungan."Tadi ada satu masalah di kan

  • Si Hebat Jack Morland    112. Kau Benar!

    "Iya, aku sudah memikirkan hal ini sejak lama dan aku mohon kepada kalian untuk tidak menolaknya," Jack berkata sembari melihat satu persatu ketiga temannya itu.Jose yang paling pertama berhasil mengendalikan diri, "Kau bercanda? Menolak? Mana mungkin tawaran yang sangat bagus ini ditolak? Kau ini bagaimana? Justru aku benar-benar sangat senang karena ternyata memiliki seorang teman yang juga merupakan CEO tempatmu bekerja itu memberikan banyak sekali keberuntungan."Pria itu sudah bisa tersenyum lebar dan bahkan dia menepuk punggung Edward saking dia begitu senangnya.Edward menepuk-nepuk punggung yang ditepuk oleh Jose. Dia kemudian berkata dengan masih mempertahankan wajah datar tapi jauh di dalam lubuk hatinya dia begitu gembira."Aku menerimanya dan tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Siapa yang tidak mau berada di dalam posisi ini? Rasanya semua karyawan di perusahaan ini sangat menginginkan posisi yang kau tawarkan," Edward berkata dan perlahan

  • Si Hebat Jack Morland    111. Mereka Sangat Keterlaluan!

    "Kau bisa mengambilnya tanpa harus aku suruh," Jack berkata pada sahabatnya itu dan benar saja belum selesai Jack berbicara, Jose sudah terlebih dulu membuka pintu kulkas itu lalu mengambil minuman favoritnya seolah ruangan itu adalah rumahnya sendiri.Edward sendiri juga mengambil minuman dari dalam kulkas itu dan menyerahkannya pada Annelisse."Terima kasih," Annelisse berkata cepat tapi matanya kini malah menatap Jack dengan begitu penasaran sehingga pemuda itu terpaksa harus menjelaskan permasalahan yang baru saja dialami."Yah, saat aku datang tadi tiba-tiba aku sudah melihat Edward sedang dirundung oleh rekan kerja yang lain. Melysa dan Eve yang menjadi otak dari kejadian itu. Dia memberiku sebuah pilihan yakni aku yang menandatangani surat pengunduran diriku atau melihat Edward harus disiksa."Jack kemudian menjelaskan secara rinci mengenai tahap-tahap di mana sampai akhirnya dia memutuskan untuk benar-benar melepas posisinya sebagai seorang

  • Si Hebat Jack Morland    110. Apa yang Terjadi?

    "Kau yang bercanda saja, kan?" Annelisse berkata dengan ekspresi yang masih terlihat malu-malu.Jose menggaruk bagian belakang telinganya dan dia pun mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan cara berkata, "Anne, ayo kita temui Jack dulu saja!"Annelisse akhirnya tidak menolak dan ikut masuk ke dalam lift khusus itu bersama dengan Jose.Sedangkan sekarang ini di ruang sang CEO muda itu, Jack baru saja meminum air mineral dingin dari dalam kulkas di sana.Edward tak bisa berbuat apa-apa ketika temannya itu sepertinya kesulitan untuk menahan kemarahan.Namun, ia sungguh-sungguh lega ketika Jack Morland telah memutuskan untuk tidak memecat orang-orang itu.Hal ini tentunya berita yang cukup menggembirakan bagi semua orang.Andai saja orang yang berada di posisi adalah dirinya, Edward pasti tidak akan melepaskan orang-orang itu dan akan maupun yang seberat mungkin."Kenapa Jose lama sekali?" Jack tiba-tiba berkomentar ketika dia baru saja duduk.Edward terlihat berpikir serius, "Apa menu

  • Si Hebat Jack Morland    109. Tidak Akan

    "Aku juga tidak tahu, tapi kau bisa mencobanya sendiri. Siapa yang tahu jika dia memang bisa membantumu. Pada dasarnya kan dia orang yang paling lama mengenal Tuan Muda Morland," David memberi saran."Dia juga yang sering menghadapi tuan muda itu sehingga aku pikir dia pun tahu bagaimana caranya sang tuan muda menghadapi orang yang membuatnya kesal," David melanjutkan dengan nada yang cukup pelan karena dia tidak ingin membuat temannya itu menjadi lebih gugup.Memang benar apa yang terjadi. Fred Bolton malah semakin cemas tetapi dia tetap mencoba untuk tetap tenang lalu memutuskan panggilan itu.Dengan sarapan yang membumbung tinggi, Fred pun menghubungi temannya yang memang memiliki kedekatan yang cukup dekat dengan Jack Morland, ini sebagai atasan dan bawahan.Dia berbicara dengan panjang lebar dengan temannya itu sehingga dia pun mulai untuk mencoba menyusun kata-kata jika sewaktu-waktu dia dipanggil oleh sang CEO muda.Sementara itu, Annelisse Goldman terlihat sedang mondar-mandir

  • Si Hebat Jack Morland    108. Kau Yakin?

    "Sialan, ini bukan soal itu," Fred membantah.Akan tetapi, memang sebenarnya pria itu di masa mudanya memang dikenal sebagai orang yang suka menggoda karyawannya sendiri terutama wanita muda yang masih belum memiliki seorang suami.Namun, dia telah berubah. Dia tidak akan membuang-buang waktu untuk melakukan hal yang jelas-jelas hanya akan membuat dirinya rugi. Tentu saja alasannya terbesarnya adalah dirinya enggan kehilangan posisi penting di perusahaan yang menjadi impian banyak pria seumuran dirinya itu."Lalu, apa? Apa kau menggoda wanita dari divisi lain dan sang manajer dari divisi itu marah kepadamu?" David berkata dengan begitu jujur tanpa ditutup-tutupi dengan hal apapun.Tentu saja, tebakannya itu bukannya tanpa alasan. Dia telah melihat beberapa orang teman melakukan hal yang sama seperti yang dia tuduhkan pada Fred. Oh, mendengar tuduhan David, Fred sungguh menjadi benar-benar kesal luar biasa pada temannya itu."Ini bukan perkara wanita, David. Tapi ... ini soal karyawan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status