Share

Si Hebat Jack Morland
Si Hebat Jack Morland
Penulis: Zila Aicha

1. Lamaran

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 16:12:50

Di bagian depan Restoran Luxen terlihat begitu ramai dipadati oleh setidaknya puluhan wartawan yang sedang meliput sebuah berita ekslusif malam itu.

Yang menarik perhatian mereka tentu saja tidak lain dan tak bukan adalah Tobias Gray, seorang pemuda tampan berusia 20 tahun, yang juga merupakan putra tunggal dari salah satu pengusaha terkaya di Ocean Hill.

Dia kini berada di dalam ruang VVIP restoran itu dan sedang menyatakan cinta pada seorang gadis cantik yang juga berasal dari kalangan yang sama dengannya, Lily Osborne.

Restoran Luxen adalah salah satu restoran paling mewah di kota itu dan hanya orang-orang yang telah memiliki kartu dengan jenis tertentu saja yang bisa menikmati makananan di tempat megah itu.

Selain tempatnya yang begitu luar biasa mengagumkan dengan sentuhan klasik bercampur gaya modern, restoran itu menyajikan aneka hidangan yang juga begitu mewah dan tentunya memiliki cita rasa yang sangat tinggi.

Bahkan, konon kabarnya para chef di restoran itu adalah chef pilihan yang dulunya telah memiliki pengalaman yang banyak. Tak heran bila hanya orang-orang tertentu saja yang sanggup makan di tempat itu yang tentu berharga fantastis.

"Berita ini akan langsung menjadi berita paling diminati besok pagi."

"Nona muda itu salah satu keluarga Osborne, tentu saja pasti akan begitu."

Seorang wartawan muda terlihat begitu bahagia dikarenakan tadi telah berhasil mengambil foto Tobias saat menggandeng Lily masuk ke dalam restoran mewah itu.

Sementara itu, di ruang khusus untuk mencuci peralatan makan dan minum yang kotor, Jack Morland, seorang mahasiswa tingkat tiga dari Universitas Rundall yang menjadi pekerja paruh waktu sedang menjalankan tugasnya sebagai pencuci piring kotor.

Jack Morland masih berusia 20 tahun, memiliki tinggi 183 cm dan berwajah luar biasa tampan. Meskipun tubuhnya terbilang sangat kurus dan kering seolah seperti orang yang menderita anoreksia atau kekurangan makanan, pesona Jack tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sayangnya, penampilan fisiknya yang sangat memukau itu sangat berbanding terbalik dengan kondisi finansialnya.

Jack sangat miskin atau bisa dibilang terlalu miskin. Bahkan, dia tak memiliki uang untuk membeli sepatu kerja. Dia terpaksa menggunakan sepatu kets yang sialnya juga sudah tidak layak pakai. Terlalu banyak robekan di bagian sampingnya dan sol dalamnya pun sudah rusak.

Namun, dia berjanji dalam hati bila dia telah menerima gaji pertamanya bekerja di restoran mewah itu, dia akan segera membeli sepatu kerja yang pantas.

Samar-samar dia mendengar orang-orang di ruangan itu mulai mengobrol mengenai pelanggan mereka. Meskipun begitu, dia masih tak tertarik untuk ikut dalam obrolan para rekan kerjanya tersebut.

Dia lebih memilih untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dikarenakan dia sadar bila mendapatkan pekerjaan di tempat itu tidaklah mudah.

Jika bukan karena Darryl Spencer, salah satu teman baiknya di kampus yang memiliki koneksi orang dalam di Restoran Luxen, dia belum tentu bisa diterima bekerja di restoran mewah itu.

"Kau lihat tadi? Pewaris Gray Company sedang melamar pacarnya."

Seseorang mengoreksi sambil mengerjakan tugasnya, "Bukan. Kau salah. Dia bukan melamar tapi hanya meminta gadis kaya itu menjadi kekasihnya."

"Oh, tapi aku rasa mereka akan berlanjut ke jenjang pernikahan. Dengar, anak muda itu sudah menghabiskan $1000.000 untuk acara makan malam ini."

"Benar juga. Siapa yang akan menghabiskan uang sebanyak itu jika tak berniat untuk menikah?"

"Tapi untuk seorang yang berasal dari keluarga Gray, jumlah itu tentu saja sangatlah kecil."

"Hei, bahkan untuk orang kaya saja, jumlah uang sebanyak itu tetap saja berlebihan kalau hanya dipakai untuk satu kali berkencan. Sangat tidak masuk akal," sahut salah seorang pelayan laki-laki.

Seorang pencuci gelas ikut menimpali, "Tapi dia gadis yang sangat cantik. Dia memang berhak mendapatkan kemewahan itu. Kalau aku jadi Tobias Gray, aku juga pasti akan memperlakukan gadis cantik itu dengan cara yang sama."

"Layaknya seorang putri dari kerajaan," tambah laki-laki muda itu.

"Aku setuju. Gadis itu memang sangat cantik. Aku dengar dia juga salah satu gadis paling cantik di kampusnya. Beruntung sekali dia mendapat seorang pacar dari pewaris perusahaan besar."

"Memang, di mana dia berkuliah?"

"Universitas Rundall."

Pada awalnya tadi Jack tampak tak berminat sedikitpun, dia hanya berkosentrasi pada pekerjaannya saat ini. Namun, saat nama kampusnya disebut-sebut, dia pun menjadi sedikit agak tertarik.

Tetapi, sesuatu tiba-tiba membuat hatinya luar biasa bahagia. Bahkan, dia tersenyum samar.

Gadis paling cantik di Universitas Rundall?

Tentu saja menurut Jack, Lily Osborne, kekasih tercintanya adalah gadis paling cantik di Universitas Rundall, tempat di mana dia sedang belajar saat ini sebagai mahasiswa jurusan manajemen bisnis.

Dia pun berpikir bila orang-orang itu terlalu berlebihan. Tak ada gadis yang lebih cantik dari Lily. Gadis yang disebut orang-orang itu pastilah tidak lebih cantik dari Lily.

Diam-diam Jack kembali tersenyum senang. Dia bisa mendapatkan Lily Osborne dengan perjuangan cukup keras.

Gadis itu awalnya menolak dirinya mentah-mentah. Tapi setelah Jack mendekatinya selama hampir satu tahun lamanya, Lily akhirnya menerima cintanya dengan satu syarat yang dianggap oleh Jack sebagai syarat yang biasa saja.

Syarat itu adalah Jack tidak boleh membicarakan hubungan mereka pada siapapun. Hubungan mereka hanya boleh diketahui oleh mereka berdua saja.

"Dia salah satu anggota keluarga Osborne."

"Siapa namanya tadi?"

"Lily, aku rasa. Lily Osborne."

Jack Morland seketika mematikan air keran dan dia menoleh ke arah teman kerjanya. "Maaf, apa aku tidak salah dengar?"

"Apa maksudmu?"

"Nama gadis yang kalian bicarakan tadi. Bukan Lily Osborne kan?" Jack masih mencoba berpikir positif.

Salah satu rekan kerjanya terlihat menatap Jack dengan tatapan malas, "Memang benar Lily Osborne. Kenapa? Ada masalah?"

Jack sontak mematung di tempatnya berdiri.

'Itu tidak mungkin. Lily gadis baik, dia tidak mungkin mengkhianatiku.' Jack menolak mempercayainya.

Namun, seseorang lainnya terlihat teringat sesuatu.

"Hei, Jack. Bukankah kau juga salah satu mahasiswa Universitas Rundall? Apakah kau kenal dengan dua anak muda itu? Lily Osborne dan Tobias Gray?"

Sebelum Jack sempat menanggapi, teman kerjanya yang lain menjawab, "Mana mungkin dia mengenal mereka? Apa kau tidak bisa lihat? Mereka berasal dari kalangan kelas atas. Jack jelas bukan berasal dari kalangan mereka. Ayolah, kalian sendiri tahu. Tak mungkin orang-orang itu bergaul dengan orang rendahan macam Jack."

Orang itu menyeringai, terlihat sekali dia ingin merendahkan Jack, tapi saat ini Jack tidak peduli.

Dia malah bergegas ke depan, ingin menemui Lily Osborne dan meminta penjelasan dari kekasihnya itu. Tapi dia malah dihalangi oleh seorang penjaga restoran berbadan besar.

"Staf bagian belakang tidak diizinkan masuk ke dalam area restoran utama."

"Saya hanya ingin melihat-lihat ke dalam sebentar saja."

"Tidak bisa."

Jack mulai sangat gusar, "Tapi saya harus memeriksa sebentar. Teman saya ada di dalam."

Seorang penjaga itu tertawa mengejek, "Hei, anak muda. Berani sekali kau mengaku-ngaku memiliki teman seorang tamu di restoran di sini. Apa kau tidak malu?"

"Lihatlah sepatu yang kau pakai! Pengemis jalanan saja memiliki sepatu yang lebih bagus darimu. Bagaimana bisa kau diterima di restoran ini?"

Penjaga itu menatap Jack dengan tatatapan merendahkan.

Namun, Jack sungguh tidak memiliki waktu untuk menanggapi penjaga itu sehingga dia berjalan kembali ke area kerjanya.

Dia sempat mendengar penjaga itu menertawakannya. "Dasar miskin! Berani sekali menipuku!"

"Orang miskin rendahan berteman dengan anak pengusaha kaya? Berhentilah bermimpi, anak muda!"

Jack hanya bisa mengepalkan tangan saat mendengarnya. Yang bisa dia lakukan saat ini adalah segera menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih cepat.

Tapi, sayangnya hal itu tak semudah apa yang dia pikirkan. Jack terpaksa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan tambahan sehingga saat dia keluar dari restoran itu, dia sudah tak melihat dua orang yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu.

Jack pun mencoba menghubungi Lily tapi setelah melakukan percobaan yang keempat kalinya, dia menyerah karena Lily tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya.

"Lily, kau ada di mana sekarang? Kau tidak mungkin melakukan itu kepadaku kan?" Jack bergumam dengan gelisah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Si Hebat Jack Morland    200. Biarkan Saja!

    "Ya, mengapa, apakah kau memiliki masalah dengan itu?" Jack bertanya kepada pengawal pribadinya dengan mimik serius. George menjawab dengan terbata-bata, "Tidak, Tuan Muda. Saya sama sekali tidak memiliki masalah dengan hal itu." George tidak pernah memikirkan apapun tentang tuan muda itu, dia hanya sedikit terkejut dengan tindakan Jack Morland yang tiba-tiba. Jack tiba-tiba tersenyum untuk mengatasi kecanggungan antara dia dan pengawal pribadinya. "Hei, kau tidak perlu terlalu tegang!" Jack berkata dengan nada yang jauh lebih santai dibandingkan sebelumnya. Jack kemudian menambahkan sambil bersandar di kursi, "George, aku benar-benar akan mewarisi semuanya dari keluarga Morland suatu hari nanti. Dan ketika saat itu tiba, aku harus bisa mengelola semuanya. Tidak hanya perusahaan tetapi juga hal-hal lain, seperti mengatur para pengawal yang melayani keluarga." Memang, setelah pengumuman resmi satu-satunya cucu Hugh Morland yang menjadi pewaris tunggal di keluarga Morland, Jack han

  • Si Hebat Jack Morland    199. Pertemuan Besar

    Hei, tenanglah, Ralph, apa yang terjadi denganmu?""Kami hanya sedang berbicara santai, mengapa kau terlihat begitu emosional?"Seseorang yang lain juga menanggapi, "Tapi, aku benar-benar bertanya-tanya. Siapa sebenarnya sahabatmu? Mengapa kau terlihat membela George? Bukankah kau berteman dengan Damian?""Oh, itu benar. Apakah kau tidak berteman dengan Damian lagi atau bagaimana?"Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Ralph semakin jengkel.Ia sebenarnya benci jika urusan pribadinya dicampuri orang lain. Apalagi jika itu menyangkut persahabatannya dengan bodyguard lain.Ia hanya ingin bekerja sebagai bodyguard dengan nyaman dan tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal di luar itu, namun nyatanya mereka malah membuatnya kesal hanya karena ia mengutarakan pendapatnya tentang apa yang telah mereka lakukan.Ralph berdiri dari kursinya dan berkata, "Kata-kata yang aku ucapkan kepada kalian tidak ada hubungannya dengan persahabatan saya dengan Damian atau George. Yang membuat aku terkejut adalah ka

  • Si Hebat Jack Morland    198. Terlalu Berburuk Sangka!

    "Apa yang sebenarnya kau harapkan dari aku?" Ralph balik bertanya dengan ekspresi yang kini tidak sedingin sebelumnya.George menyeringai, "Kupikir kau akan memukulku karena aku berani membuat temanmu menyaksikan kebrutalanmu oleh beberapa orang. Lagipula, kelakuan buruknya sudah diketahui oleh banyak orang dan akan jarang ada orang yang mau berbicara dengannya setelah ini."Ralph juga menyadari hal itu, namun tujuannya bertemu dengan pemuda itu bukan untuk membalas dendam."Oh, kau terlalu berprasangka buruk terhadapku, George. Untuk apa aku membalas dendam kepadamu? Sudahlah, kau terlalu banyak berpikir. Sebaiknya kau beristirahat sekarang karena besok tuan muda itu pasti akan membutuhkanmu lagi. Jangan sampai karena kau kurang istirahat, pergerakan Tuan Muda jadi terganggu akibat kau," kata Ralph dengan nada serius.George menghela nafas dan tidak bisa lagi membantah. Namun, sebelum ia menutup matanya, ia menyempatkan diri untuk berkata, "Aku tidak akan membiarkan Tuan Muda disentu

  • Si Hebat Jack Morland    197. Hanya Itu?

    Merasa salah bicara, Damian tidak membalas perkataan temannya.Ralph menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kata-kata Damian. "Aku tidak menyangka kalau itu yang kau pikirkan tentang aku selama ini."Karena tidak ingin berbicara dengan temannya lagi, Ralph beranjak mundur dan kemudian sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan taman, ia menyempatkan diri untuk berkata, "Kau terlalu membenci orang-orang yang memiliki kesuksesan yang jauh lebih baik darimu, teman.""Tapi... percayalah, Damian. Hal itu hanya akan membuatmu semakin tidak bisa menggunakan atau mengembangkan kemampuanmu. Kau hanya akan memikirkan kemampuan orang lain yang seharusnya tidak perlu kau pikirkan."Ralph berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Namun, jika itu adalah jalan yang kau pilih, maka teruskan dan ikuti emosimu dan bersiaplah jika suatu saat nanti kau akan menyesali semua tindakanmu termasuk ketika kau menuduh orang-orang di sekitarmu mendapatkan apa yang mereka inginkan bukan karena kemampuan mereka,

  • Si Hebat Jack Morland    196. Damian, Dengarkan Aku!

    Namun, hal itu tidak terduga. George tidak merasa takut atau tertekan dengan perkataan rekan kerjanya yang pernah bekerja di keluarga Morland tersebut.Sebaliknya, George malah tertawa terbahak-bahak seolah menertawakan perkataan Damian.Damian melotot dengan jengkel dan dengan kemarahan yang luar biasa yang ia rasakan, ia berkata, "Kamu berani menertawakanku? Apa kau benar-benar lelah hidup?"George berhenti tertawa dan sekarang memelototi seniornya."Aku harus tetap hidup karena ini untuk membalas semua yang telah Tuan Hugh lakukan untukku. Dan ... tadi kau mengatakan bahwa kau sepertinya memiliki kekuatan untuk menyingkirkanku. Jika aku boleh bertanya, siapakah kau dan apakah kau memiliki hak untuk mengusirku dari rumah ini ketika pemilik rumah ini mempercayakan hal yang begitu besar kepadaku?"Damian menggertakkan gigi karena tidak bisa lagi menahan amarahnya. Tanpa berkata apa-apa, Demian meninju George tepat di bibir bawahnya, menyebabkan luka.George sekali lagi tertawa hingga

  • Si Hebat Jack Morland    195. Persetan Denganmu!

    "Ya, Kakek. Apapun yang Kakek inginkan akan aku lakukan," kata Jack dengan nada lembut yang membuat kakeknya tersenyum.Keduanya kemudian mengobrol sejenak sebelum akhirnya kembali ke kamar masing-masing dan mengistirahatkan tubuh mereka.Namun, tidak demikian halnya dengan Gideon Miles yang saat itu tengah menunggu kedatangan George, pengawal pribadi Jack Morland yang baru saja kembali dari tugasnya memeriksa daerah sekitar."George, bagaimana keadaan di sekitar rumah ini?" Gideon bertanya ketika pemuda itu telah memasuki kamar pribadinya.George dengan cepat menjawab, "Saya tidak menemukan tanda-tanda pergerakan dari para pengawal keluarga Tuan Garric, Tuan. Sepertinya mereka sudah benar-benar mundur dan tidak mengawasi daerah sekitar rumah ini."Gideon menganggukkan kepalanya dan terlihat lega, tetapi dia kemudian berkata, "Kau harus lebih memperketat penjagaan. Jangan biarkan tuan muda itu sendirian atau bahkan jika dia ingin sendirian, kau harus menjaga agar tidak terlalu jauh da

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status