Share

Malamku

Bab 7

Setelah melakukan pemanasan dan latihan sejenak , tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Hari sudah semakin malam dan ternyata Hanin malam ini tidak bisa pulang karena masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan dikampus.

“Rain, keknya malam ini gue ga bisa pulang deh?” Ucap Hanin.

“Lah, terus gue pulangnya gimana Nin. Yakali mau pesen grab tengah malem,” Ujar Raina.

“Emm. Bentar. Kak Rasya, Kak,’’ Teriak Hanin.

Hanin yang melihat Kak Rasya sedang bersiap-siap untuk pulang dengan sigapnya ia mengejar kak Rasya dan menghentikan langkahnya.

“Apa-an Nin?” Tanya kak Rasya.

“Emm, kak boleh minta tolong gak? Please bantuin.”

“Gue bantu kalo gue bisa.”

“Mo minta tolong anterin Raina pulang. Sekalian pendekatan gitu, biar nggak canggung-canggung amat hehe,” Ucap Hanin sedikit meledek.

“Lah, emang lo nggak pulang?” Tanya kak Rasya.

“Gue nggak bisa pulang kak. Soalnya masih ada urursan dikampus sama temen-temen yang lainnya,”

“Yaudah. Suruh pulang bareng gue aja.”

“Makasih banyak kak. Rain sini deh,” panggil Hanin.

Raina yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdua berbincang dari jauh, tiba-tiba saja dikagetkan saat Hanin memanggilnya. Raina langsung melangkahkan kakinya dan pergi menghampiri Hanin.

‘’Eh iya, apa Nin?” Tanya Raina.

“Lo pulangnya bareng kak Rasya aja ya. Ga boleh nolak!” Ucap Hanin sedikit memaksa.

“T-Tapi Nin,” Ujar Raina dengan gugup.

“Hstttttt … Ga ada tapi-tapi. Cepetan pake helm lo, terus naik keburu subuh.”

Raina hanya bisa diam dan mengikuti semua perintah Hanin.

“Kak, nitip temen gue ya. Hati-hati dijalan. Dadah,” Ucap Hanin sambil melambaikan tangannya.

Montor yang kami naikipun mulai melaju meninggalkan gor. Untuk esekian kalinya, senyum bahagia dan rasa nyaman terlihat jelas diwajah Raina.

Berada dekat denganmu itu yang ku mau,

Mendekap dibelakangmu membuat ku candu,

Rasa nyaman dan bahagia bercampur jadi satu,

Bisa diungkapkan jika aku mau,

Tapi aku memilih diam agar aku tak malu,

Malam ini aku sungguh berterimakasih pada waktu,

Semoga hari kedepannya tak ada lagi ragu

Agar kita bisa melangkah melewati jalan penuh liku.

“Kita sudah sampai,” Ucap Rasya.

Lamunan Raina buyar seketika, ia hanya menatap kak Rasya dengan penuh rasa bahagia. Malam ini menjadi malam yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rasanya perasaan ini terlalu aneh.

“Oh iya kak, makasih. Hmm btw, ga mampir dulu?” Ajak Raina.

“Gw langsung aja, udah tengah malem juga soalnya.”

“Oh iya udah kak. Hati-hati dijalan.”

“Oke.”

Rasya melajutkan perjalanannya. Malam itu adalah malam pertama yang amat bersejarah bagi Raina, isi kepalannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan kak Rasya. Ia berbaring sambil senyum-senyum sendirian.

“Arghhh.. Kak Rasya,” Jerit Raina tengah malam yang membuat nenek terbangun dari tidurnya.

“Rain,kenapa nak kok teriak-teriak?” ketukan pintu dari Nenek membuat Raina terbangun dari tidurnya.

Raina menyadari bahwa teriakannya tadi sangat kencang. Ia langsung berlari dan segera membuka pintu kamarnya.

“Eh nenek. Enggak kenapa-kenapa kok nek tadi itu lagi latihan vokal aja hehe.”

“Latihan vokal kok malem-malem tapi benerankan kamu nggak papa?” Tanya Nenek

“Iya nenek, seriusan Raina nggak kenapa-kenapa kok.”

“Yasudah. Segera istirahat, besok kamu harus berangkat pagi ke sekolahkan.”

“Hehe iya Nek. Siap.”

“Kalo mau latihan vokal besok pagi saja,” Timpal nenek sambil melangkah pergi kembali ke kamarnya lagi.

Entah sejak kapan Raina mulai memiliki perasaan kepada Rasya. Yang Ia tau, Ia hanya sekedar kagum bukan suka.

Kringg… kringg

Alarm pun menunjukan pukul 06.00. Seperti hari-hari biasanya Raina bergegas bangun dari tempat  tidur dan melakukan kegiatan lainnya sebelum berangkat ke kampus. Hari ini Raina berangkat pagi-pagi buta karena harus pergi kesalah satu toko langanan nenek untuk memberikan pesanan kue. Raina berjalan kaki jaraknya ternyata tidak terlalu jauh.

“ Selamat Pagi Buk.”

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu Nak?” Tanya pemilik toko.

“Oh ini mau nganterin pesenan kue.”

“Ow dari Mak Ana ya.”

“Iya buk, saya cucunya Mak Ana.”

“Ya ampun cantik banget ya cucunya Mak Ana. Masih sekolah Nak?” Tanya pemilik toko.

“Iya saya masih kuliah Buk.”

“Oh kuliah.”

“Iya sudah kalo begitu saya pamit dulu hehe.”

“Oh iya, kapan-kapan mampir kesini lagi ya Nak. Biar tambah akrab”

“hehe iya isnyaallah. Yasudah buk, mari. Assalamu’alaikum.”

“W*’alaikum salam.”

Mak Ana. Ya itulah nama Nenek. Sedari masa mudanya nenek sangat hobi membuat dan memasak. Dulu nenek punya cita-cita mau jadi koki, mau kuliah tataboga juga. Tapi karena banyak yang harus dipertimbangkan akhirnya nenek memilih untuk kerja disebuah pabrik dan menikah diumur yang terbilang masih sangat muda. Ketika sudah menikah nenek mulai sering membantu tetangga-tetangganya membuat kue dan memasak ketika ada hajatan atau acara-acara penting. Seiring berjalannya waktu, banyak yang memuji masakan nenek akhirnya dari situlah nenek mulai membuka usahanya menerima pesanan kue.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status