"Hahaha. Aku memang menyukaimu Nona Yulie. Tapi, aku tidak akan pernah mengkhianati Kak Ningsih. Cepat atau lambat, suatu saat aku akan mendapatkanmu tanpa harus berkhianat," ungkap Cecep melepaskan diri dari Yulie dan pergi meninggalkannya.
"Bagus!" ucap Ningsih berjalan cepat melewati Cecep. Tiba-tiba dia berhenti.
Ningsih sebenarnya sedang mencari Kris ke ruangannya. Tanpa sengaja, dia memergoki Cecep bersama Yulie.
"Apa kamu melihat Manager Kris?" tanya Ningsih kepada Cecep.
"Saya tidak menjumpainya sejak pagi, Kak," jawabnya.
Kemudian, Ningsih menanyakannya ke para staff marketing.
"Apakah Manager Kris sudah datang?"
"Kami tidak melihat Pak Kris di ruangannya, sepertinya Pak Kris belum datang," ucap Susanti.
Ke mana lelaki itu? Biasanya dia selalu muncul walau tak dicari, batin Ningsih.
"Oh, kamu sudah kembali bekerja, bagaimana kabar ayahmu?" tanya Ningsih.
"Berkat bantuan Anda, besok ayah saya sudah b
Gudang kumuh tempat mereka menyembunyikan Kris, berada di tengah pekarangan. Suasananya sangat sunyi. Bahkan orang-orang sekitar mungkin tidak tau bahwa di sana ada sebuah gudang, karena pekarangan yang begitu rimbun akan pepohonan dan semak-semak."Kakak, bagaimana cala kita menyelamatkan Paman?" tanya Bagas."Ssst. Kita tunggu sampai situasi aman," ujar Tukijo menutup mulut Bagas.Setelah mereka menunggu selama dua jam, akhirnya satu per satu orang-orang itu pergi meninggalkan Kris, hingga tersisa dua orang yang menjaganya.Tukijo dengan penampilan gembelnya mendatangi mereka secara terang-terangan."Permisi Tuan, aku ke pekarangan bermaksud mencari makanan. Tapi, aku belum menemukan apapun. Kiranya kalian sudi memberiku walau hanya sesuap nasi," tutur Tukijo."Cuiih! Pergi kau! Tidak ada makanan untukmu! Pergilah sebelum aku membunuhmu." Salah satu pria itu meludah dan berkata kasar kepada Tukijo.Tukijo menyeringai. Dia semakin me
"Ah, kenapa Kakak tidak membiarkanku membunuhnya?" tanya Tukijo."Maaf atas sikapku yang egois. Aku masih membutuhkannya untuk mencari kejelasan tentang kematian keluarga ibuku dan kakakku," ujar Kris. "Lagipula, dia tidak akan mati hanya dengan beberapa kali goresan. Di belakangnya, masih ada pasukan besar yang siap mati sedang menuju gudang itu. Jadi, kita lebih baik pergi sebelum mereka datang."Perusahaan Indodrink yang sebenarnya adalah milik keluarga Jubaedah, ibu Sukrisno. Karena orang tua Jubaedah hanya memiliki satu anak yaitu dirinya, dia mewarisi semua harta kekayaan orang tuanya.Tiba-tiba datang seorang lelaki gagah bernama Cokro, menjerat Jubaedah hingga terjatuh dalam genggamannya. Cokro adalah seorang ketua mafia yang kabarnya sangat sadis dan bengis. Namun, Jubaedah telah tenggelam dalam birahi asmaranya, sehingga waktu itu dia tidak begitu peduli tentang asal usulnya. Sampai akhirnya mereka pun menikah.Selang beberapa bulan, ketik
Tukijo memutar otaknya. Dalam kejadian yang menimpa keluarga Kak Kris, dapat disimpulkan bahwa, Pak Tua itu membunuh Yulie dengan menjadikan aku sebagai kambing hitamnya. Jika ini terjadi, pastinya akan membuat Ferguso berapi-api. Dia akan menerima tawaran siapa pun yang bersedia membantunya untuk membunuhku. Pikir Tukijo.Kemudian Tukijo bergumam, "Dan di saat itu, si pak tua Cokro akan membantu Ferguso sebagai penjahat dalam selimut.""Sebaiknya kamu pergi menyelamatkan Yulie sebelum ayahku menjadikanmu sebagai kambing hitam," ucap Kris memberi saran. "Aku akan bersembunyi di sini bersama Bagas.""Tidak," tolak Tukijo. "Kakak pikir ini tempat yang aman untuk bersembunyi?""Hah? Apa kau melihat ada orang yang mengikuti kita?""Aku tidak lihat, tapi mungkin seseorang telah memasang alat pelacak di tubuhmu."Kris meraba-raba tubuhnya. "Astagaaaa! Ini ..." Dia menemukan sebuah benda kecil berbentuk bulat, seperti kancing baju.
"Astaga, kenapa di saat terburu-buru seperti ini malah macet," gerutu Teguh mengendarai mobil bersama Ningsih.Bruuum ... bruuum.Sugeng datang dengan menaiki sebuah motor butut."Ayo Kak! Ikut aku saja," ajaknyaTanpa pikir panjang, Ningsih pun keluar dan membonceng Sugeng sembari melihat-lihat motor yang di pakainya. Ningsih merasa familiar dengan motor itu."Tancaaaaap!" Sugeng mengendarai motor dengan kecepatan super."Ngomong-ngomong, kamu dapat motor dari mana?" tanya Ningsih di tegah laju motor berkecepatan tinggi."Eh, ini ... motornya Markonah. Hehe."Tiba-tiba ...Dhoodododododododot ...Motor yang mereka pakai mogok di tengah jalan.Dalam pikiran Sugeng, seketika terngiang-ngiang perkataan Markonah. "Jangan ngebut-ngebut, nanti mogok!""Ya ampun, beneran mogok? Hadeuh." Sugeng menggerutu."Ya udah, aku lari aja." Ningsih turun dari motor. Aku pikir karena dekat, jadi aku nggak pake
"Bahan baku?" tanya Tukijo dengan mengulangi perkataan Kris."Benar, dan tempat mereka memindahkan karung-karung itu adalah rumahku," ungkap Kris.Kris dapat memaklumi bahwa Tukijo baru baru ini diangkat menjadi direktur. Sehingga dia belum begitu memahami ciri khas dari karung steril yang dipakai perusahaan untuk menyimpan bahan baku. "Hah? Rumah Kakak? Itu berarti si pak tua Paimin adalah orang kepercayaan Pak Cokro?""Benal ini tempat kami tinggal," sela Bagas."Aku sungguh tidak tau bahwa Pak Paimin berpihak pada ayaku," ujar Kris.Tukijo berpikir, kali ini prediksinya meleset. Tujuan Pak Cokro bukanlah Perusahaan Obatofarma yang saat ini berada dalam genggaman Ferguso. Penculikan Yulie hanya sebuah pengalihan, agar dia bisa mengobrak-abrik Perusahaan Gaje."Haaaah!" Tukijo menghembuskan napas."Oh, bukankah itu Tuan Muda Kris?" celetuk salah satu dari pekerja Paimin.Tiba-tiba, Cokro keluar dari d
Di Perusahaan Gaje Herbafood Jagakarsa."Berpencar! Periksa seluruh akses jalan! Jika kalian menemukan petunjuk, segera hubungi aku!" perintah Ningsih memberi komando untuk melacak jejak orang yang telah mencuri bahan baku perusahaan."Siap, lanksanakan!"Mereka pun berpencar. Sampai beberapa saat kemudian, Marno menemukan bubuk haver tercecer di sepanjang jalan H. Abdul Karim. Dia segera menghubungi Ningsih. Namun, baru saja dia mengambil posel, tiba-tiba seseorang memukulnya dari belakang.Bugh!"Ugh," rintih Marno memegang kepala.Dia masih setengah sadar berusaha menekan poselnya untuk menelpon Ningsih, lalu memasukan ponselnya ke dalam saku. Samar-samar Marno melihat, ternyata yang memukulnya adalah salah satu rekan kerjanya, Saepul."Heh! Bodyguard yang selalu mendampingi direktur cuma segini kemampuannya?"Saepul tersenyum kecut memandang rendah Marno. Kemudian datang beberapa orang yang tidak dikenal berada di belakangn
Markonah datang di saat Tukijo sedang tertidur. "Kalau begitu, Ayah tinggal ya ... mau isi bensin dulu," pinta Hartono. "Iya Ayah, hati-hati." Markonah duduk di samping Tukijo sambil memandangi wajahnya. "Dasar bodoh! Kamu memang selalu berbuat apa yang kamu inginkan, meskipun itu membahayakanmu," ketus Markonah mengomel, sedangkan Tukijo masih dalam keadaan mata terpejam. Tiba-tiba Tukijo membuka sebelah mata. "Maaf ya, bikin kamu khawatir," ucapnya. "Ish! Kamu pura-pura tidur ya?" sahut Markonah kesal. "Nggak kok, tadi aku beneran tidur. Aku terbangun karena omelanmu," balasnya memanyunkan bibir. Lalu dia melirik sesuatu yang di bawa Markonah. "Apaan tuh?" Matanya tertuju pada sebuah kresek yang berisi kotak makan. "Idih, tau aja aku bawa sesuatu." "Aku cuma makan roti darimu sejak pagi, tentu saja aku mengharapkan sesuatu." Tukijo cemberut. "Hah, serius?" "Ho'oh." Tukijo mengangguk. "Aku juga kok," gumam Kris ngenes melihat dua
"Tunggu!" Markonah berusaha menghentikan Tukijo. Namun, daripada itu dia lebih memilih untuk menenangkan Cecep terlebih dahulu."Dok ... cepetan Dok. Pokoknya kalau terjadi apa apa sama Cecep. Anda harus bertanggung ja ..." Tukijo menghentikan perkataannya ketika melihat Cecep sadar dengan keadaan terbaring di ranjang. "Cecep! Kamu udah sadar? Gimana keadaanmu?" tanya Tukijo khawatir."Apa-apaan ekspresi lo! Lo pikir gue bakalan mati semudah itu?" Seketika itu Cecep merasakan sakit di seluruh tubuhnya. "Aaaaargh, badan gue sakit semua.""Biar saya periksa dulu," ucap Pak Dokter. "Coba julurkan lidah Anda!"Cecep menjulurkan lidah sesuai permintaan dokter."Sepertinya Anda mengalami gejala keracunan," tutur Pak Dokter."Tadi, seseorang menyumpal mulutku dengan sesuatu saat aku baru sadar. Itu yang membuatku kejang-kejang dan muntah," ujar Cecep.Kemudian dokter memberi resep obat dan menyuruh salah satu dari mereka mengambi