Seorang pria yang berdiri didepan pintu rumah Evelyn kini memandang bingung ke arah mereka, mereka berpelukan ala Teletubbies.
“Mama, ada apa? ngapai Kalian berpelukan. Apa yang sedang terjadi?”
Key memang mengunjungi rumah Evelyn karena dia tidak suka rencana Sarah membuat kompetisi terbuka untuk memperebutkan Evelyn Sanusi.
Kompetisi? Memperebutkan? Yang benar saja. Saya tidak suka barang milik Saya walaupun itu bekas di ambil orang lain dan itu termasuk Gio didalamnya.
Key tidak suka dengan pikirannya sendiri, dia belum merasakan perasaan apapun terhadap Evelyn, tetapi dia bisa merasakan persaingan yang ketat untuk mendapatkan Evelyn, apalagi dengan penampilan sekarang.
Dasar Culun, untuk apa coba merubah penampilannya. Culun terus saja lebih baik, gerutu Key dalam hati.
“Ma ada apa sich? koq pada
🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐 Thor ucapkan Terima Kasih kepada Readers yang telah mendukung dan meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini, jangan lupa subcribe dengan memasukkan cerita ini ke dalam pustaka dan beri tanda bintang, love serta tinggalkan komen ya. I luv you Guys 💖💖💖💖💖💖💖💖
Ivory yang tahu Baskoro sudah mulai bimbang antara mendengarkan perkataan Ivory atau memukul Key lagi. Akhirnya Baskoro mengikuti Ivory pulang, tetapi pandangan matanya masih saja memancarkan aura permusuhan. Evelyn kini menatap kepergian Baskoro dengan sedih. Maaf Bas, Aku tidak ingin menyakitimu. Evelyn sadar dia masih memeluk Key, dan segera melepaskannya. Key yang sadar sudah dilepaskan Eve, menarik Eve kearah tubuhnya dan dia menatap Eve tepat di kedua manik matanya. Evelyn tidak dapat bergerak karena tubuhnya tiba – tiba kaku tidak bisa bergerak. Key menarik tubuh Eve ke arah dirinya dan mencium bibir Evelyn dengan paksa. Evelyn yang tidak menyangka gerakan Key yang tiba – tiba membuat dia gemetaran, padahal tadi dia sudah memeluk Key. Dia tidak dapat mendorong tubuh Key, dia diam sejenak. Key yang berpikir Eveluyn menikmatinya semakin memasukkan lidahnya lebih dalam dan mnikmati ciuma
Mata kuliah asuhan Alex baru saja dimulai, seperti biasa Mahasiswi yang ngefans dengan Alex mencoba mencari cara untuk menarik perhatiannya. Alex tentu saja mengabaikannya, matanya kini hanya menatap Evelyn seorang. Evelyn sudah mulai mengubah penampilannya, cara berpakaiannya tidak seaneh sebelumnya. Walaupun masih dalam batas kesopanan Evelyn kini menarik perhatian banyak orang khususnya kaum Adam. Terdengar bisik – bisik ketika Evelyn mulai memasuki ruang kuliah. Sita dan Gengnya semakin membenci Evelyn, karena tatapan Alex hanya tertuju kepada Evelyn seorang. Alex merasa cemburu melihat banyaknya Mahasiswa yang mencuri pandang ke arah Evelyn, tentu saja Evelyn mengabaikan mereka. Hari ini Lara izin dan tidak mengikuti mata kuliah hari ini, sehingga tampak seorang Mahasiswa duduk disampingnya. Biasanya Evelyn akan pindah dan mencari kursi lain, tetapi pada umumnya para pria enggan berdekatan dengannya karena penampilannya
Alex segera turun dari anak tangga terakhir dan melihat Sita Cs telah mengganggu Evelyn. Alex mendekati mereka, Sita Cs yang mengetahui kedatangan Alex langsung kabur. Tangga itu memang satu – satunya akses turun dari ruang kuliah anak Sastra. Alex segera menghampiri Evelyn dan melihat Evelyn sedang terduduk di lantai sambil menangis, seluruh tubuhnya sekarang basah kuyup. Baju basah itu memperlihatkan lekuk tubuh Evelyn sehingga membentuk kedua bukit kembarnya. Alex yang melihat itu merasakan fantasinya mulai berkembang. “Eve, Evee. Kamu tidak apa – apa?” tanyanya dengan iba. Evelyn sambil menangis dan kini memeluk kedua kakinya sambil memerangkapkan kepalanya diantara kedua kakinya. Terdengar tangis sedu sedan Evelyn. “Eve, Kamu tidak apa – apa?” Alex mengulang pertanyaannya kembali, dan dia tahu Evelyn kali ini tidak baik – baik saja. Ev
Evelyn yang masih memakai kemeja Gio kebingungan karena karena tidak mungkin Gio datang secepat ini, Evelyn akan keluar ruangan tetapi dia ragu, karena pakaiannya masih basah karena ulang Sita CS. Evelyn menatap pintu kamarnya dengan was was, siapakah yang datang? Evelyn ingin melihat keluar tetapi dia tidak berani keluar dengan pakaian seperti ini, karena dia takut orang akan salh pengertian dengan kondisinya. Dia tetap bertahan di dalam kamar, hatinya benar – benar kebingungan. Dia cari lagi pakaian Gio di dalam lemari setidaknya dia akan mencoba menutupi bawahannya, memang sich kemeja itu tidak terlalu pendek hanya saja di atas lutut sedikit, kalau dilihat secara sepintas Evelyn seperti memakai gaun yang kebesaran. Evelyn risih memakainya karena bagaimana pun dia tetap memakai pakaian tidak pernah diatas lutut. Dia usahakan selalu dibawah lututnya. Bimbang dan Ragu membuat Evelyn semakin malas keluar kamar hingga tiba -
“Aku tidak akan kemana – mana.” Evelyn menatap marah kepada Key dia tidak akan mengikuti lelaki itu kemanapun. Evelyn tidak mempercayainya sedikitpun. Evelyn ingin tetap di apartemen Gio setidaknya dia lebih aman di apartemen ini dari pada bersama Key. Jujur Saja Saya takut menghadapi Key tindakannya tidak dapat diperkirakan dan selalu melakukan sesuatu hal yang diluar nalar. Saya tidak ingin berdekatan dengan dia. Evelyn tidak ingin berada di kamar ini bersama dengan Key, Evelyn akan keluar dari kamar ini dan menjauh dari Key. Evelyn masih bimbang, apakah key akan menghalanginya? Kalau itu sampai terjadi maka jarak mereka akan semakin dekat, kalau seperti ini setidaknya jarak mereka cukup jauh karena kamar ini sangat luas. Tetapi tidak ada jaminan juga Key tidak berjalan mendekati dia bukan? Evelyn terus saja memikirkan jalan keluarnya karena berada sat
Evelyn kini menatap Gio dengan malu, rona di wajah Evelyn membuat Gio semakin menyukai Evelyn karena wajah malu dihadapannya membuat Gio semkain gemas melihat tingkah lakunya yang masih polos. “Mengapa Eve? apa yang Eve Malukan? Kamu tidak perlu malu kepada Kakak.” Gio tersenyum lembut dan berharap Evelyn sudah mulai terbuka kepadanya, karena Gio juga mulai tertarik dan menyukai Evelyn. Apakah Cinta? Giopun belum bisa mengungkapkannya. “Mungkin Kakak anggap Eve lemah ya, karena Eve selalu di bully orang lain.” “Apa mereka sering membully Eve?” tanya Gio dengan hati – hati. Gio akan membuat perhitungan dengan mereka dan menyelidiki siapa yang telah membully Evelyn. “Sebenarnya Mereka tidak pernah sich sebelumnya mengganggu Eve, hanya saja sejak Pak Alex menyuruh Eve mengambil tugas dari dia maka Sita tidak menyukainya karena mereka m
Gio menatap Evelyn dan tersenyum bahagia. “Tapi Kak tidak mungkin Evelyn keluar seperti ini bukan? soalnya baju Eve belum kering Kak.” “Tenang saja Eve, Kakak akan telepon Mama untuk mengantarkan salah satu bajunya kemari biar Asistennya yang antarkan kemari.” “Kak Eve tidak enak menyusahkan Mama, apa sebaiknya Eve pulang saja?” “Tidak apa – apa Eve justru Mama pasti akan bahagia, mengapa? pasti Mama ingin berbuat sesuatu dengan kencan pertama putrinya.” Gio tersenyum menenangkan Evelyn. Dia mengambil ponselnya dan segera menghubungi Sarah. “Haloo Ma, Iya Ma. Eve sekarang ada di apartemen Gio. Iya Ma gio meminta Asisten Mama mengirimkan perlengkapan untuk Eve karena ada insiden tadi di kampusnya. Baiklah Ma,” Gio tersenyum memandang Evelyn dan tersenyum kepadanya. “Beres Sayang, Mama aka
Evelyn menatap dirinya sendiri dengan takjub, karena berkat tangan Susi yang ajaib telah merubah wajah Evelyn menjadi seorang Putri yang cantik dan menawan. “Miss, Tangan Anda sungguh ajaib Miss karena bisa merubah wajahku menjadi seorang yang tidak kukenali lagi,” puji Evelyn dengan tulus. “Bukan tangan Akika yang ajaib Eve, tapi memang wajah Kamu yang sangat manis dan cocok dengan riasannya.” Susi memandang wajah Evelyn dengan tersenyum kemudian dia mulai bereksperimen dengan gaya rambut Evelyn. “Sepertinya diangkat begini lebih bagus dech Eve, kita jepit keatas saja ya. Bagian belakang kita buat seperti pony tail saja.” “Terserah Miss saja, Eve nurut saja ya,” kata Evelyn dengan tersenyum. Evelyn tersenyum melihat wajah Susi yang serius menangani rambutnya, Susi terus saja menjepit rambut Evelyn dengan cekatan.