Share

BAB 3 .Janji Key

“Halooo ini siapa?“ tanya Eve melalui telpon selulernya.

Lara mengerutkan dahinya karena suara Eve tampak sedang kesal, biasanya kalau dia menerima telpon dari pria asing suara Eve tampak tidak bersahabat seperti sekarang ini. Hanya Baskoro lah satu -satunya nomor kontak yang berjenis kelamin laki – laki di telpon selulernya. Lara pernah memintanya Eve untuk menghilangkan traumanya tetapi Eve selalu menolaknya, karena dia tidak ingin menjumpai satu Psikiater manapun.

“Ini key Pici," terdengar suara di sana .

“Pici?  Kamu salah sambung," Eve segera mematikannya.

“Siapa Eve?“  tanya Lara.

“Entah  Ra, salah sambung karena dia manggil aku Pici," terang Eve kembali.

Lara dan Eve sedang duduk di kantin jurusan Sastra  untuk makan siang sambil menunggu mata kuliah siang jam 13.00 nanti.

Dret, dret, dret, dret.

Terdengar ponsel Eve kembali bergetar, Eve meletakkannya di atas meja. Eve membiarkannya begitu saja. Lara mulai terganggu dengan suaranya.

“Angkat dong Eve," lanjutnya lagi.

“Biarin saja Ra, malas. Sepertinya nomor salah sambung tadi dech," lanjutnya lagi.

Dret, dret, dret, dret, dret.

Ponsel Eve masih terus bergetar, tidak mau kalah dengan sikap mengabaikan dari Eve. Akhirnya Eve mengalah dan mengangkatnya.

“He culun sopan sedikit ya, Saya belum selesai bicara Kamu main matiin telpon begitu saja,"  bentak suara disana.

Eve sadar bukankah  ini suara Key anak Tante Sarah, Calon Suami yang di jodohkan kepadanya? kok bisa ya Dia lupa nama itu.

“Kamu rupanya, Saya lupa  nama Kamu. Maaf  Saya kira tadi orang asing,"  lanjut Eve lagi sambil memaki dirinya sendiri dalam hati, karena dia tidak menyadari siapa key tadi.

“Apa Kamu lupa nama Saya? benar – benar parah Kamu  ya Culun, bukannya culun saja tapi otaknya tidak encer juga ya, Apa sich yang Mama lihat dari Kamu!“  bentak Key dengan perasaan tersinggung.

Baru kali ini ada seorang wanita yang menolak pesonanya dan Key merasa terusik, lumayan jika wanita ini cantik tetapi wanita di seberang ini wanita antik yang tidak masuk katagori manapun, pikir Key dengan sewot.

"Hey Culuuuun. kamu dengar tidak!"  jerit key dengan marah.

Suara Key yang keras membuat Evelyn harus menjauhkan ponselnya dari telinganya, Eve merasa  gendang telinganya akan pecah.

Lara yang memperhatikan Eve penasaran, siapa yang menenelpon Eve sampai membuat Eve tidak nyaman?  pikirnya lagi.

“Ada apa, dari mana Kamu tahu nomor ponsel Saya?“ tanya Eve tidak bersahabat. Wajahnya tampak tidak sangat kesal menahan amarah.

“Siapa Eve?“  tanya Lara tidak sabaran.

Eve menutup bagian ponsel agar suaranya tidak terdengar oleh Key.

“Calon Suami Ku, " lanjut Eve lagi.

“Pici, Pici jangan Kepedean ya. Apa Kamu kira saya mau menghubungi mu kalau Mama tidak maksa dari tadi pagi?“ lanjut Key di seberang sana.

“Pici, Pici.Siapa Pici? Enak saja Ganti nama orang. Sekarang apa mau Kamu, untuk apa menghubungi Saya?“  tanya  Eve lagi  dengan kesal.

“Nanti pulang kampus Ku jemput, jam berapa pulang kampus?“  tanya Key lagi .

“Untuk apa jemput – jemput segala?“  tanya Eve dengan nada gusar.

Ogah ah pulang barengan dia lagian ngapai ada acara jemput – jemputan segala, pikir Eve.

“Kamu ini ya bawaannya ngeselin terus, Mama minta Saya jemput Kamu di Kampus, kemudian di bawa ke rumah untuk mempersiapkan acara tiga bulan lagi,“  lanjut key tanpa basa – basi.

“Bukannya Tante Sarah minta kita kenalan dulu? koq sudah langsung mempersiapkannya? ogah ah malas," kata Eve sambil mematikan poselnya.

Lara memandang Eve.

“Eve gimana mau nikah kalau kalian masih seperti Tom dan Jerry gitu?“ tanya Lara kebingunan.

“Taukh ah Ra pusing mikirinnya, " lanjut Eve lagi.

Dret, dret, dret, dret.

“Mau apa lagi anak itu, buat kepalaKu mau pecah saja," tukas Eve dengan kesal.

“Halo, ada apa lagi?“  bentak Eve tidak bersahabat.

“Eve, kok bicaranya gitu sama Mama?“  tanya Mama kepada Eve. Karena kesal Eve sampai lupa melihat nomor kontak  yang menghubunginya.

“Maaf  Ma, Saya kira orang lain,“  lanjut Eve lagi.

“Kamu pasti kirain Key kan?“  tanya  Mama lagi.

"Mama kok tahu,"  tanya Eve lagi. 

“Eve, Mama mohon ya nak. Eve harus mau membuka diri dulu mengenal Key ya, beri Key kesempatan. Eve jangan menghindar seperti itu,"  terdengar suara Mama yang kecewa.

Pasti Key yang melaporkan Eve ke Mama, rupanya tukang ngadu juga  ini anak, pikir Eve dengan marah.

“Baiklah Ma, Eve akan telpon Key kembali. Maafkan Eve ya  Ma," tukas Eve lagi.

Eve yakin Mama sudah tersenyum sekarang, terdengar suara Mama yang lembut kembali terdengar,

“Terima kasih ya sayang, Mama tutup dulu teleponnya karena langganan Mama ada yang minta untuk di buatin baju . Waktu pulang sama Key, hati – hati ya sayang. Harus sopan di Rumah Tante Sarah," kata Mama lagi.

“Iya Ma, bye Ma," lanjut Eve kembali.

Eve segera menelpon Key kembali berdasarkan nomor telepon masuk tadi. Setelah terhubung terdengar suara Eve,

“Halo, jemput Saya Jam 14.00 di Fakultas Sastra,“ katanya cepat. Sambil menyebutkan nama Universitas negeri yang terkenal di kota ini.

Setelah itu Eve menutup ponselnya dengan cepat, Lara yang memandang Eve hanya geleng – geleng kepalanya saja, bagaimana mungkin mereka akan menikah? pikir Lara lagi.Tiap hari lah perang dunia ketiga, kata Lara sambil bergedik ngeri.

Key di seberang sana geram dengan tindakan Eve, apa dia kira aku supir pribadinya, memang perempuan antik ini membuat aku makin jengkel, maki Key dalam hati.

Mata kuliah Pak Seno, Kritik Sastra telah usai menyisakan setumpuk tugas yang harus di selesaikan.

“Eve kerja barengan yok," lanjut Lara lagi.

“Boleh Ra, sekarang saja Saya ikut Kamu," tawar Eve kembali. Mereka berjalan beriringan keluar ruangan.

“Apa Kamu tidak jadi pergi Eve?“  Lara mengingatkan Eve  kembali .

“Aduh Aku lupa Ra, iya Ra janji sama Makhluk Aneh," lanjut Eve dengan sewot.

Untuk semua mata kuliah Eve pasti jagoannya , makanya dia selalu mendapat predikat yang terbaik. Kalau urusan sehari – hari, jangan tanya lagi dech Eve itu tukang lupanya minta ampun, kadang – kadang juga ceroboh. Lara sampai pusing di buatnya. Lara sudah paham dengan perangai Eve. 

Di halaman yang luas terparkir sebuah mobil sport mewah, tampak seorang pemuda duduk bersandar di atas kapnya. Penampilannya  saat itu bak model yang sedang mengadakan sesi pemotretan.

Semua wanita melirik ke arahnya, bahkan ada yang pura – pura bertingkah centil untuk menarik perhatiannya.

“Eve lihat ada cowok keren tukh, anak – anak pada  menggila. Biasanya pemandangan ini hanya akan terlihat di anak – anak kedokteran saja, disana banyak orang  keren dan tajir  . Aneh, dia tidak salah masuk Fak?“  tanya  Lara  dengan kebingungan.

Eve menyadari perkataan Lara ada benarnya juga, biasanya cewek – cewek Fakultas kedokteran banyak yang ngincar , biasanya yang ngincar cowok keren dan tajir.

“Itu Manusia anehnya,"  kata Eve lagi.

“ Ha itu Tom, Kamu? Calon Suami Kamu? dapat dimana Eve? keren abis,"  puji  Lara lagi.

“Dapat dari Lotre,"  jawab Eve asal – asalan.

Tampak Key melambaikan tangannya memanggil Eve mendekat. Eve segera menghampirinya bersama Lara. Semua Mahasiswi yang melihatnya memandang iri kearah Eve. Mereka menilai penampilan Eve yang tidak cocok sama sekali dengan pemuda itu. Mereka memandang Eve dengan pandangan menghina. Eve mengabaikannya.

“Hai Saya Lara temannya Eve," sapa Lara dengan ramah.

“Key calonnya Si Cupu,“ lanjut Key juga dengan ramah.

Key menyadari Eve mulai tidak nyaman dengan situasi saat ini, karena banyak yang memperhatikan mereka dan dia memanfaatkan kesempatan ini untuk berlama – lama mengobrol dengan Lara. Hal ini membuat Eve makin dongkol.

“Ayo cepat, katanya mau ke rumah Kamu. Apa Tante Sarah tidak menunggu terlalu lama? kok malah ngobrol di sini," lanjut Eve dengan sewot.

“Wah Eve baru tahu aku, Kamu takut Calon Suami Kerenmu hilang digondol wanita lain ya?“  goda Lara.

“Jangan aneh – aneh dech Lara, keren apaan?“  tanya Eve masih dengan juteknya. Bisa makin besar kepalanya, pikir Eve lagi.

“Bye lara. Kami duluan dulu ya, bisa – bisa Kami bertengkar disini, Si Cupu pasti ngak punya malu, kalau  Aku sich  masih punya malu," sindir Key lagi.

Lara hanya tersenyum melihat sikap Eve yang masih kesal dan melambaikan tangannya begitu mobil mewah itu meninggalkan fakultas Satra.

Key tersenyum geli melihat penampilan Eve ke kampus dan tiba – tiba tertawa geli.

“Apa lihat -lihat, ngapai coba ketawa – ketawa kayak kuntilanak gitu? kayak orang gila saja," lanjut Eve dengan marah.

Hahahahahhaha, terdengar tawa Key semakin keras.

Eve yang melihat ke arahnya memandang tidak suka.

“Penampilan Kamu ini, ambil style  dari mana?  Saya kira waktu datang ke rumah malam itu adalah penampilan terburuk Kamu, ternyata sekarang jauh lebih buruk lagi. Apa Kamu tidak mengenal fashion sedikitpun?“  tanyanya dengan geli.

Seperti biasanya  kali ini Eve memakai kemeja warna hijau kedodoran dipadukan dengan celana jeans usang yang kedodoran juga, rambutnya diikat asal – asalan saja, sepatunya juga sepatu sport hitam seperti anak sekolahan.

Penampilannya luar biasa hancur, pikir Key lagi.

“Sudah tidak usah urusin penampilan ku, sekarang Kita bagaimana ini?“ lanjut Eve lagi dengan jutek. Kepo amat sich ngurusin penampilan orang lain, pikir Eve jengkel.

Key yang memandangnya ke arah Eve mengeryitkan dahinya, dan menyadari si cupu juga menolak pernikahan ini.

“Harusnya Kamu merasa beruntung dong mendapatkan Calon Suami seperti Saya, bukan seperti Saya sial rasanya mendapatkan Calon Istri seperti Kamu, sudah antik judes lagi," sindir Key lagi .

Eve memandang Key dengan marah.

“Enak saja, bukan Kamu saja yang sial tetapi Saya juga sial tahu Kamu?“ katanya lagi.

Key tiba – tiba berbelok menghentikan mobilnya di jalur aman .

“Begini saja, Kita berdua ada di jalur yang sama. Artinya sama – sama tidak menyukai pernikahan ini, kita berpura – pura saja. Kamu boleh pergi  dan berhubungan dengan pria manapun dan Saya juga boleh berhubungan dan pergi dengan wanita manapun, kita akan membuat perjanjian secara tertulis saja supaya jelas,"  kata Key dengan serius.

Key yakin dalam hal ini dia yang paling diuntungkan, karena si Cupu ini tidak mungkin dekat dengan pria manapun bukan?  semua pria akan alegi melihatnya, seperti dia sekarang. Malah si cupu akan di manfaatin Key untuk melakukan hal – hal yang sudah ada di benaknya. Pikirannya yang licik telah tersusun rencana untuk mengerjai Eve.

“Baiklah Saya setuju dengan Kamu, tidak mungkin juga kita harus bertengkar setiap saat, " kata Eve lagi. Eve tidak mau mengecewakan Mamanya sendiri.

Key tersenyum penuh kemenangan, akhirnya dia berhasil membodohi si culun. Key merasa telah berhasil membodohi Eve, senyum liciknya terus saja menghiasi bibirnya sampai Eve merasa curiga.

Eve merasa seperti dia jatuh dalam perangkap, tetapi semua itu di abaikannya, bagaimana pun dalam hidupnya Eve tetap menomor satukan kebahagiaan Mama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status