Share

Bab 4

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-08 22:46:54

"Reno, kamu jangan dengarkan apa kata Mila. Kamu harus memikirkan nasib Wina, jika dia sampai diusir dari rumah ini. Biar bagaimana pun, Wina ini adalah istri almarhum kakakmu. Dia menantu kesayangannya Ibu," pinta Bu Risma.

"Bu, kalau memang Ibu sayang sama menantu Ibu ini. Lebih baik dia ini bawa pulang saja ke rumah Ibu, biarkan dia tinggal di rumah Ibu, supaya dia bisa menemani Ibu dan Reni di sana. Karena di sini, Mbak Wina hanya bisa membuat aku selalu emosi. Bahkan bisa saja, dia membuat rumah tangga anak Ibu berantakan," saranku.

Aku memberi saran kepada mertuaku, supaya mau menampung Mbak Wina di rumahnya.

Karena dia bilang sayang kepada menantunya ini, serta menurutnya Mbak Wina merupakan menantu terbaik.

"Iya, Bu. Saran Mila ada benarnya dan itu lebih baik," timpal Mas Reno.

"Tapi Reno, aku sudah betah tinggal di sini. Masa iya sih kami tega mengusir aku dari sini. Aku masih boleh ya tinggal di sini, aku akan merubah sikapku kok," tawar Mbak Wina.

Ia berkata dengan suara yang dibuat memelas.

"Ya pantaslah, Mbak, kalau kamu betah tinggal di sini. Karena selama kamu tinggal fi sini, kamu selalu menganggap, kalau aku ini pembantu kamu. Kamu selalu menyuruh aku ini dan itu sesukamu. Sedangkan di rumah Ibu, kamu mau mengandalkan siapa? Tidak mungkin kan, kamu mau menyuruh Ibu ataupun Reni?" tanyaku.

"Dan maaf ya, Mbak. Aku menolak keras keinginanmu untuk tetap tinggal di sini. Karena aku sudah malas menampung kamu, walaupun tadi kamu bilang, kamu mau merubah sifat kamu. Aku sudah tidak percaya lagi, sebab dulu saja saat aku meminta kamu supaya berubah, tetapi kamu tidak mau. Malah kamu selalu mengadu yang bukan-bukan kepada Mas Reno," tuturku panjang lebar.

Aku menolak langsung keinginan Mbak Wina tersebut. Mbak Wina langsung terdiam, saat mendengar pertanyaanku. Mungkin ia merasa, kalau ucapanku adalah benar. Mbak Wina betah dirumahku karena aku selalu melayaninya. Sebab jika tidak aku turuti, ia akan terus mengadu seperti kali ini.

"Jadi bagaimana? Apa kalian setuju dengan keinginanku?" tanyaku.

"Kalau Mas sih setuju, Mila, yang penting kamu tetap mau menjadi istri Mas. Tapi tidak tau, kalau Ibu dan Mbak Wina. Mereka setuju atau tidak, dengan keputusanmu," sahut Mas Reno.

Aku melirik ke arah Bu Risma, tetapi tidak ada jawaban. Ia malah memijit kepalanya seakan merasa sakit. Kemudian aku menengok ke arah Mbak Wina, tapi ia malah membuang muka, saat ia dan aku beradu pandang barusan.

"Oke, karena Ibu dan Mbak Wina tidak mau bersuara, maka aku putuskan kalau kalian semua setuju dengan perkataanku. Karena setuju ataupun tidak, Mbak Wina tetap harus keluar dari rumahku," ungkapku.

Aku memecah kesunyian, sebab mereka semua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Kamu memang tega, Mila. Kamu kejam," sahut Mbak Wina sambil tergugu.

"Sekarang kamu puas kan, Mila? Dasar menantu berhati bus*k," ujar Bu Risma.

Kemudian Mbak Wina pergi, disusul oleh Bu Risma. Mereka berdua pergi menuju kamar, yang biasa digunakan Mbak Wina, saat di rumahku ini. Sekitar setengah jam, mereka berdua berada di kamar. Kemudian mereka datang sambil membawa koper serta barang-barang Mbak Wina.

"Reno, ayo bantu kami! Terus kamu antar kami pulang ke rumah Ibu," pinta Bu Risma, yang sedang membawa barang-barangnya Mbak Wina.

"Iya, Bu," sahut Mas Reno.

Ia pun membantu membawa barang yang dibawa Bu Risma.

"Mbak Wina perasaan dulu kamu datang kesini, hanya membawa koper doang. Tapi kenapa sekarang jadi banyak barang yang kamu bawa?" tanyaku.

"Awas ya, Mbak, kamu jangan sampai membawa barang-barang milikku juga. Jika kamu membawanya, aku akan melaporkan kamu ke polisi," ancamku.

Mata Mbak Wina langsung mendelik, saat mendengar ancamanku.

"Mila, kamu itu angkuh banget ya jadi orang. Aku di sini memang numpang, tetapi aku bukan seorang pencuri. Kamu begitu merendahkanku, Mila. Lihat saja nanti, apa yang bisa aku lakukan untuk membalasmu. Aku pasti bisa membalas sakit hatiku ini, serta aku akan membuat kamu menyesal atas semua perbuatanmu ini," ancam balik Mbak Wina.

"Sudah, jangan malah berantem! Ayo, Mbak, aku akan mengantar kamu ke rumah Ibu," ajak Mas Reno.

Ia mengakhiri perdebatanku dengan Mbak Wina.

"Mila, Mas mau mengantar mereka dulu ya," pamit Mas Reno.

"Sudahlah Reno, ngapain kamu pamit sana dia. Kamu itu tidak perlu berpamitan kepada istri durhak* seperti itu. Ayo cepat antar Ibu dan Wina, gerah juga lama-lama tinggal di sini," protesnya.

Mas Reno pun menuruti perintah Ibunya, ia mengekori kedua perempuan yang bermulut sadis itu.

"Mas, kamu jangan lama-lama mengantarnya ya," teriakku tanpa mau mengantarnya.

Tapi Mas Reno tidak menyahut perkataanku, jangankan menyahut, menengok kearahku pun tidak. Setelah mereka bertiga pergi, aku pun berjalan ke kamar bekas Mbak Wina. Aku ingin membersihkan kamar itu, barangkali ada sampah yang tersisa.

"Astaghfirullahaladzim, Mbak Wina! kamu itu benar-benar ya," teriakku.

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status