Share

Bab 5

Aku kaget, saat melihat kamar yang berantakan. Bantal, guling, kasur semuanya sudah tidak pada tempatnya. Bahkan sprei dan sarung bantal, yang seharusnya menempel pun sudah berserakan dimana-mana, serta tidak karuan bentuknya. Entah mencari apa mereka berdua itu, sehingga membuat semua isi kamar menjadi seperti ini.

Mungkin karena mereka marah kepadaku, hingga mereka melakukan semuanya ini. Niat untuk merapikan kamar pun urung, aku membiarkan semuanya tetap berantakan, supaya Mas Reno bisa melihatnya secara langsung, bagaimana kekakuan Kakak iparnya, yang selalu ia lindungi melebihi kepadaku. Aku ingin tahu bagaimana Responnya, jika dia tahu kalau Mbak Wina tidak selugu yang ia kira.

Aku pun mengambil handphoneku, yang tersimpan di saku celanaku. Kemudian menelepon Mas Reno, supaya ia segera pulang. Namun, saat aku telepon, ternyata handphone Mas Reno tidak aktif. Aku pun merasa tambah kesal, menghadapi kenyataan ini. Aku pun segera pergi ke kamar untuk mengambil kunci mobil, serta tas jinjing. Aku akan pergi ke rumah mertuaku untuk menanyakan langsung, alasan mereka melakukan semua itu.

"Mas Reno, kenapa sih handphone kamu malah tidak aktif segala? Bikin aku tambah em*si saja," lirihku.

Aku segera melajukan mobil, membelah jalanan kota untuk menyusul Mas Reno ke rumah Bu Risma. Setelah sebelumnya aku mengunci pintu gerbang dan juga rumahku, buat menghilandari hal-hal yang tidak diinginkan selama aku pergi.

Aku terus memacu kendaraanku, dengan kecepatan sedang, sebab jalan juga dalam keadaan lumayan padat. Tidak berapa lama aku sampai juga ke rumah mertuaku, aku memarkirkan mobil, kemudian aku segera keluar. Aku pun melihat sekeliling rumah mertuaku, tetapi tidak ada mobil Mas Reno terparkir di sana.

Di garasi hanya ada motor scoop*, yang biasa dipakai Reni untuk berangkat kuliah. Rumahnya pun kelihatan sepi, seperti tidak ada penghuninya. Menurut perhitunganku, seharusnya mereka itu sudah datang. Tapi ini belum membuatku bertambah kesal saja kepada mereka itu.

'Ini Mas Reno belum sampai, apa sudah pulang lagi? Tapi lebih baik aku cek aja dulu kebenarannya, siapa tahu ada orang di dalam,' gumamku.

Aku pun segera menuju rumah mertuaku, kebetulan pintu pagar rumahnya tidak digembok, hanya di kancing saja. Aku pun segera membuka pintu pagar, kemudian menuju pintu depan rumah tersebut.

"Tok ... tok ... tok, assalamualaikum," ucapku, setelah sebelumnya mengetuk pintu dulu.

Aku sampai dua kali, mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tetapi belum ada jawaban, apalagi membukakan pintu. Aku pun berniat mau mengetuk pintu satu kali lagi, tetapi baru mau mengetuk, ada suara yang menyahut dari dalam. Suara itu adalah suara perempuan, yang sudah tidak asing telingaku.

"Eh, kirain siapa yang bertamu, ternyata kamu, Mbak. Mbak Mila, mau ngapain sih datang ke sini, aku lagi ngerjain tugas nih," tanya Reni dengan ketus.

"Ren, Ibu sudah pulang belum," tanyaku tanpa basa basi lagi.

"Ibu nggak ada di rumah, Mbak. Aku juga nggak tau dia kemana? Karena saat aku pulang dari kampus, Ibu nggak ada di rumah. Bukannya ia pergi kerumahmu ya," tanya balik Reni.

Ternyata benar dugaanku, kalau Mas Reno dan Ibu belum pada sampai rumah. Entah sedang dimana mereka saat ini, sebab aku hubungi Mas Reno juga handphonenya tidak aktif. Aku mencoba menelepon Bu Risma dan juga Mbak Wina saat di perjalanan pun malah dirijek sama mereka. Kini aku bingung mencari mereka kemana.

"Mbak, kok ditanya malah bengong sih? Ya sudah, kalau memang kamu tidak ada lagi keperluan, lebih baik Mbak pulang saja ya, aku lagi sibuk ngerjain tugas skripsi soalnya," usir Reni.

"Tapi Ren, Mbak," ucapku menggantung.

Baru saja aku mau meminta tolong, supaya menelepon Bu Risma atau Mbak Wina, Reni menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Benar-benar kurang ajar itu anak, bikin aku tambah kesal saja kepada keluarga suamiku itu.

Setelah Reni menutup pintu, aku pun seger pergi. Aku memutuskan akan mencari mereka di jalan, sekalian pulang ke rumah. Baru saja aku sampai jalan raya, terdengar suara handphoneku berdering. Notifikasi ini merupakan tanda ada orang yang menelepon.

Aku pun segera memarkirkan mobil, lalu mengambil handphone yang aku letakkan di-dashboard. Aku kira yang menghubungiku adalah Mas Reno atau Ibunya, tetapi ternyata ini dari Pak Hartono. Ia merupakan manager keuangan di perusahaan Papa yang diturunkan kepadaku. Aku pun segera mengangkat telepon tersebut.

"Assalamualaikum, Bu Mila," ucap Pak Hartono, saat aku mengangkat telepon darinya.

"Waalaikumsalam salam, Pak Tono. Ada apa nih, Pak? Tumben Bapak meneleponku. Biasanya, kalau ada apa-apa masalah perusahaan, Bapak selalu menghubungi Mas Reno?" tanyaku to the point.

"Iya, Bu. Justru itu, saya menelepon Ibu, sebab ada yang harus dibicarakan perihal Pak Reno dan juga perusahaan. Kira-kira Ibu bisa datang ke tempat saya nggak, kalau bisa hari ini juga? Tapi jangan membawa Pak Reno ya, Bu. Ibu sendiri saja datangnya, sebab ini sangat penting, Bu. Tentang masa depan perusahaan," terangnya.

Bersambung ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu pemilik perusahaan tapi diperlakukan kayak babu demi ipar mu. kamu waras kah ? dasar dungu dan gampang dikelabui
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status