Share

Bab 3

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-08 22:46:18

"Heh, Mila. Kamu itu kurang ajar sekali ya, kamu telah berani mengusir anakku! Mila, kamu itu harus ingat, walaupun kamu yang selalu membayar cicilan rumah ini, tetapi kamu masih terikat pernikahan dengan Reno. Jadi jika kamu mau mengusir Reno, bagikan dulu harta gono gininya," pinta Bu Risma.

"Apa yang dikatakan Ibu benar, Mila? Kalau kamu mau mengusir Reno dari rumah ini, kamu harus membagi dua harta bendamu. Kamu jangan serakah jadi perempuan, sebab semua yang kamu miloki juga karena ada andil Reno," timpal Mbak Wina.

Mereka berdua meminta aku, supaya aku mau membagi dua hartaku. Mereka tidak ingin pergi dengan tangan hampa, sebab menurut mereka Mas Reno berhak mendapat harta gono gini, dari pernikahannya bersamaku.

"Oh, jadi maksud kalian, aku harus membagi hartaku dengan Mas Reno?" tanyaku lagi, sambil menatap kedua wajah perempuan itu dengan bergiliran

"Memangnya kamu benar-benar mau berpisah denganku, Mira?" tanya balik Mas Reno.

Ia meminta jawabanku, tentang apa yang akan aku pilih. Mas Reno seakan ragu, saat aku mengungkit masalah perpisahan. Padahal sejak awal dia sendiri berkata dengan tegas, kalau ia akan mengusir aku dari rumah ini, otomatis rumah tangga kMi bubar. Tapi setelah aku menyetujui dan akan memenuhi keinginannya. Ia malah lemas dan tidak bertenaga.

"Mas, kamu jangan malah memutar balikan fakta ya! Bukankah dari awal kamu sendiri, yang mengusirku dari rumah ini. Padahal jelas-jelas kamu tau, kalau rumah ini adalah hasil keringatku. Kamu juga lebih membela Mbak Wina, dibanding aku, padahal aku masih menjadi istri sah kamu. Kamu bahkan lebih memilih mantan Kakak iparmu yang tinggal di sini dibanding aku. Kamu melakukan semua itu, demi membela MANTAN KAKAK IPARMU. Sehingga kamu tega mengusirku," sahutku panjang lebar, dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Mila, maafkan kesalahan Mas ya. Karena Mas telah terbawa emosi. Mas Khilaf, Mila. Sebenarnya, Mas itu nggak pernah ada niatan untuk berpisah denganmu, Mila. Sekali lagi, Mas minta maaf, ya Mila. Mas tidak akan mengulanginya lagi," ucap Mas Reno, ia meminta maaf kepadaku.

Aku tidak tahu, permintaan maafnya ini tulus atau tidak. Yang jelas Mas Reno meminta maaf dan dia bilang menyesali perbuatannya.

"Reno, kok kamu malah meminta maaf sih? Bukannya kamu mau menalak perempuan ini?" Mbak Wina bertanya.

"Nggak, Mbak, aku tidak akan pernah menalaknya. Tadi aku sedang khilaf, Mbak. Makanya perkataanku asal," jawab Mas Reno.

"Kamu beneran menyesali, atau hanya sekedar pura-pura, Mas? Jika Kamu hanya sekedar ingin menyenangkan hatiku, lebih baik kamu pergi. Karena aku tidak suka sama orang yang bermuka dua," tegasku.

Aku sebenarnya kurang yakin dan kurang percaya, dengan apa pun yang akan dikatakan Mas Reno. Aku cuma ingin mengetes saja, bagaimana jawabannya dia selanjutnya.

"Aku benar-benar menyesal, Mila. Jika kamu tidak percaya dan ingin bukti dariku, maka aku akan membuktikannya," sahut Mas Reno.

"Jadi kamu benar-benar menyesal, Mas? Oke kalau begitu, aku memang ingin meminta bukti, tentang keseriusan ucapan kamu barusan. Maka dari itu aku minta sama kamu, supaya kamu mau mengusir Mbak Wina dari sini. Apa kamu bisa, Mas?" tantangku.

Karena Mas Reno memberi pilihan kepadaku, maka aku mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku. Aku meminta Mas Reno, supaya ia mengusir Mbak Wina, yang memang dari awal menjadi permasalahan kami, hingga permasalahannya menjadi sebesar ini.

Aku ingin tahu, dia sanggup atau tidak untuk melaksanakan permintaanku ini. Karena semenjak awal Mas Reno begitu melindungi, mantan Kakak iparnya ini. Jujur, sebenarnya aku juga heran dengan sikap Mas Reno, kenapa bisa dia begitu perhatian dengan Mbak Wina?

Padahal mereka berdua sudah menjadi mantan ipar, hingga membuat aku merasa curiga. Aku sampai berpikir, kalau kedekatan mereka ini karena ada udang dibalik batu. Aku harus menyelidikinya, supaya bisa terbongkar semua rahasianya. Itu pun jika mereka mempunyai rahasia, yang mereka sembunyikan.

"Reno, Mbak mohon, kamu jangan lakukan semua permintaan Mila ya. Karena Mbak bingung, jika Mbak harus pergi dari sini, terus nanti Mbak harus tinggal dimana? Kamu tau sendiri kan, kalau rumah peninggalan Mas Roni Kakakmu sudah diambil Bank karena Mbak tidak sanggup menyicilnya. Mbak juga yatim piatu, jadi tidak punya siapa-siapa," pinta Mbak Wina dengan memelas. Ia meminta belas kasihan, supaya tidak diusir.

"Makanya, Mbak, kalau jadi orang itu yang tau diri. Jika kamu memang numpang di rumah orang, jangan berlagak kamu yang menjadi pemiliknya. Akhirnya kamu sendiri kan yang rugi?" tegurku.

"Mas Reno, pokoknya aku tidak mau tau ya, kalau memang kamu masih mau bersamaku, maka kamu harus mau mengusir Mbak Wina dari rumah ini! Aku tidak peduli, mau dia tinggal di rumah Ibu, atau di rumah saudaramu, terserah kamu. Yang penting, aku tidak mau melihat dia berkeliaran lagi di rumahku ini," pintaku lagi.

Aku meminta, supaya Mas Reno mengusir Mbak Wina dari rumahku. Aku ingin tahu, dia berani atau tidak melakukannya. Karena selama ini, justru dia yang selalu melindungi Mbak Wina, walaupun aku memberitahu sikap Mbak Wina terhadapku.

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 71

    "Aku lebih memilih memaafkannya, Mas. Karena sepertinya dia bersungguh-sungguh meminta maaf kepadaku. Akupun tidak mau menyimpan dendam, apalagi orang tersebut sudah mengatakan maaf," terangku.Mas Reynaldi pun manggut-manggut, saat mendengar penuturanku tentang keputusan apa yang aku ambil."Baguslah kalau memang begitu, kamu memang orang baik, Mila. Kamu tidak mempunyai rasa dendam, walaupun orang tersebut telah menyakiti kamu," puji Mas Reynaldi."Ya memang harus seperti itu, Kan mas? Lagian untuk apa juga aku memperpanjang masalah, toh dia juga sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan dia juga telah mengucapkan kata maaf. Itulah yang penting buatku,"Setelah itu kami membahas tentang persoalan lain, yaitu membicarakan masalah pertunangan kami, yang akan dilaksanakan besok malam. Kami akan melaksanakan pertunangan tersebut di sebuah gedung, yang telah kami persiapkan jauh-jauh hari. Lumayan banyak juga orang yang akan kami undang, yaitu keluarga dekat kami, seluruh karyaw

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 70

    "Oh, ada Maya ya, Bi. Ya sudah, Bi, bilang sama Maya tunggu sebentar ya," pintaku."Iya, Non," sahut Bi Ratih.Aku pun segera merapikan pakaian, serta memakai kerudung, lalu setelah selesai baru aku menemui Maya beserta keluarganya. "Mila, maaf aku menganggu," ucap Maya dengan lembut.Maya tidak seperti biasanya yang selalu bersikap arogan. Ia bertanya saat aku baru saja masuk ke ruang tamu. Padahal tadinya aku berniat mau menyapa mereka duluan, tapi ternyata malah didahului oleh Maya."Lho ... kenapa kamu meminta maaf, Maya? Memangnya kamu punya salah apa sama aku," tanyaku berpura-pura tidak mengerti."Mila, kamu jangan melaporkan aku ke Polisi ya! Aku mohon, Mila," pinta Maya memelas.Memangnya kamu salah apa, hingga aku harus melaporkan kamu ke Polisi?" Aku masih tetap berpura-pura tidak tahu, tentang apa yang telah dilakukannya. Maya pun kemudian menjelaskan semuanya, tentang perbuatannya yang menyewa orang untuk mencelakaiku tempo hari.Dia terus memohon kepadaku, jika dia ti

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 69

    "Maaf, semuanya, kami sebagai pihak rumah sakit sudah semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun sayang, pasien tidak bisa bertahan dan ia meninggal dunia," terang Dokter."Innalillahi wainnailaihi roji'un," ucap kami serempakHatiku terhenyak saat mendengar kabar duka yang diucapkan oleh sang dokter yang telah menangani Mas Reno selama ini. Mbak Wina pun menangis, ia memelukku erat. Aku pun tidak kuasa menahan haru dan akhirnya ikut menangis. Aku merasa ikut sedih karena Mas Reno meninggal, sebab ia tidak kuat menahan peluru yang bersarang di pinggangnya. Karena kata dokter, peluru tersebut sampai mengenai ginjalnya. Mengerikan memang, tapi inilah jalan hidup yang harus dijalaninya. "Sudahlah, Mbak, kamu yang sabar ya. Mungkin ini memang jalan Mas Reno untuk kembali kepada pemilikNya. Kita doakan saja, semoga Mas Reno bisa diterima amal ibadahnya, serta meninggal dalam keadaan husnul khotimah." Aku berusaha membujuk Mbak Wina, supaya ia tidak berlarut dalam kes

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 68

    "Aku kok malas banget ya, Mas. Apalagi jika mengingat semua perbuatannya, ujarku."Mas paham, Mila, tapi kamu juga jangan seperti itu. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapa pun, walaupun orang tersebut telah menyakiti kita," tegur Mas Reynaldi.Perkataannya itu membuat aku malu, padahal yang seharusnya julid itu dia. Karena Mas Reno merupakan mantan suamiku, sedangkan dia merupakan calon suamiku. Tapi kini malah dia yang mengingatkan aku, supaya aku mau menengok mantanku tersebut."Iya, Mas, kamu benar. Ternyata aku telah salah telah berpikir seperti itu," ucapku."Itu manusiawi kok, Mila. Karena yang namanya manusia pasti mempunyai salah dan khilaf. Makanya sekarang Mas ngingetin kamu, barangkali kamu sedang khilaf kan," sahut Mas Reynaldi."Bener, Mas, terima kasih ya kamu telah mengingatkan aku. Ya sudah kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit! Kita ajak Mama sama Papa ya, barangkali saja mereka juga mau menengok, biar sekalian kita berangkat bareng," kataku.Aku pun kemudian s

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 67

    "Keadaan Pak Reno untuk saat ini masih hidup, ia membutuhkan perawatan secara medis. Semoga saja dia bisa selamat," sahut Pak Polisi.Aku merasa ngeri saat mendengar Pak Polisi menjelaskan, tentang keadaan Mas Reno saat ini. Ternyata ia di tembak polisi karena berusaha melawan pihak yang berwajib. Pantas saja jika tadi terdengar suara tembakan, serta terdengar suara jeritan bahkan suara tembakannya sampai terdengar dua kali.Aku tidak menyangka, jika Mas Reno sampai segitunya. Hanya karena niat ingin mengusai harta bendaku, sehingga ia menjadi seorang kriminal, yang harus berhadapan langsung dengan aparat kepolisian. Ia bahkan sepertinya tidak kapok, telah membuat Ibu dan adiknya meninggal dunia. Atau mungkin juga ia belum tahu, jika Bu Risma dan juga Reni telah tiada. Kemudian aku melirik ke arah Mbak Wina, ia hanya tertunduk tanpa bersuara. Tetapi wajahnya begitu pucat, entah karena sedang sakit, atau karena kaget dengan semua yang terjadi barusan kepadanya. "Jadi maksudnya, Mas R

  • Silakan Ambil Suamiku, Mbak!   Bab 66

    "Siap, Mas. Apa pun yang terjadi nanti dan hukuman apa yang akan ditanggungnya, itu merupakan resiko yang harus dia pertanggung jawabkan," jawabku."Ya sudah, jika kamu sudah siap. Biar para polisi segera melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin," pungkas Mas Reynaldi.Ia mengakhiri perkataannya, aku pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Mas Reynaldi. Kemudian kami berdua kembali fokus untuk melihat para polisi, yang sedang melakukan tugasnya tersebut. Ada sekitar delapan orang polisi yang menjalankan misi ini. Para polisi tersebut mengepung rumah, yang dikatakan detektif ada kedua tersangka tersebut. Setelah itu salah satu polisi mendobrak pintu, hingga akhirnya pintu terbuka. Kemudian setelah pintu terbuka, masuklah empat orang polisi. Sedangkan keempat orang lainnya berjaga-jaga di luar. Tidak berapa lama setelah polisi masuk, terdengar dua kali suara tembakan dari dalam rumah tersebut, serta jeritan seseorang entah siapa itu. Entah apa yang terjadi di dalam sana, sehingga terde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status