Share

Bab 276

Author: Aira Tsuraya
last update Huling Na-update: 2025-09-12 12:00:36

Dengan hati-hati Lea duduk di samping Ghalib. Suami gantengnya itu tampak terpulas dalam posisi duduk di sofa. Tidak ada Pak Jonas yang menemani. Usai mengantar Ghea masuk kamar, Lea ketiduran dan melupakan Ghalib.

Perlahan Lea mengelus wajah tampan Ghalib. Belakangan ini ia sangat menyukai garis tegas rahang suaminya dan Lea selalu merindukannya.

“Babe … .”

Ghalib bersuara, meski matanya masih terpejam. Lea tersenyum kemudian mengecup pipinya dengan lembut.

“Kamu gak pulang? Sudah subuh,” desis Lea.

Ghalib membuka mata kemudian langsung tersenyum saat melihat Lea. Ia membuka lengannya dan menarik Lea masuk dalam pelukannya.

Lea menurut dan sama sekali tidak keberatan dengan ulah suaminya.

“Aku masih kangen. Apa tidak bisa aku di sini beberapa saat?”

Lea tidak menjawab hanya mengulum senyum sambil menatap Ghalib. Dengan lembut, Ghalib mendaratkan beberapa kecupan di wajah Lea. Tentu sa

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
ayolah segera kebongkar semua kedok nya itu thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 291

    “APA!!!”Seketika banyak suara yang berdengung di ruangan tersebut. Tuan Fandi tampak terkejut, menatap Nyonya Emilia kemudian berganti melihat Ghalib.Ghalib hanya terdiam sambil mempererat genggamannya di tangan Lea. Lea menatap pria tampan di sampingnya dan dia tidak melihat keraguan di matanya. Ia yakin, Ghalib tidak akan meninggalkannya.“Wah!! Apa ini artinya Keluarga Prasetya sudah jatuh miskin?” sahut salah seorang tamu.“Benar-benar licik gadis itu,” sambung yang lain.“Dia tidak licik, tapi pintar.”Aneka suara dan pendapat berseliweran mengisi seluruh ruang ballroom tersebut. Acara pesta pertunangan yang harusnya bersambung menjadi acara pernikahan tiba-tiba berubah menjadi acara yang menyedihkan seperti ini.Kenan yang mendengar dan menyaksikan semua itu hanya diam sambil sesekali tersenyum masam. Ia sudah tahu rencana Deasy dan tidak terkejut. Tuan Kris yang duduk di samping

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 290

    “APA!!!”Seketika semua yang hadir terkejut dengan permintaan Ghalib, apalagi Deasy yang berada di atas panggung. Matanya melotot menatap Ghalib penuh amarah.“Apa maksudmu, Ghalib?”Ghalib segera bangkit dari bersimpuh dan meminta Tuan Fandi untuk naik ke panggung. Nyonya Emilia yang duduk di samping Tuan Fandi hanya diam, tapi wajahnya merah padam. Urat wajahnya menegang dan tampak sedang menahan amarah.“Aku memang hendak melamarmu untuk ayahku, Deasy. Kasihan beliau sudah terlalu lama sendiri. Benar kan, Yah?”Tuan Fandi yang sudah berada di panggung langsung mengangguk dan tersenyum.“Iya, Deasy. Yang dikatakan Ghalib benar. Jadi, apa jawabanmu sekarang?”Deasy tampak marah, wajahnya menegang dengan rona merah padam menatap Nyonya Emilia yang duduk terdiam di posisinya.Semua tamu undangan yang hadir tampak bingung, banyak suara yang berdengung di sana membuat kesibukan sendi

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 289

    “Menggodanya? Aku gak menggodanya,” sangkal Ghalib.Nyonya Emilia berdecak sambil menggelengkan kepala.“Bukannya tadi kamu mengedipkan matamu ke arahnya. Kamu sedang menggodanya, Ghalib.”Ghalib tertawa kemudian mengucek matanya.“Astaga, Nek. Mataku gatal, makanya berulang kali mengedip. Sama sekali tidak bermaksud menggoda.”“Iya kan, Mbak?” Ghalib kini bersuara sambil menatap gadis WO itu.Tanpa suara, gadis itu mengangguk, kemudian sudah berpamitan menjauh dari sana. Nyonya Emilia hanya diam sambil menghela napas panjang.Tuan Fandi berdiri kemudian menghampiri Nyonya Emilia dan membimbingnya duduk kembali.“Mama mungkin tegang makanya berpikir aneh-aneh tentang Ghalib.”Nyonya Emilia terdiam, mendengkus sambil menganggukkan kepala. Kemudian ia menoleh ke Tuan Fandi dan tersenyum lembut.“Iya, kamu benar, Fandi. Mama sepertinya terlalu tegang m

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 288

    Pukul lima sore, kesibukan terlihat semakin rapat di apartemen Ghalib. Tuan Fandi tampak sudah bersiap dan berjalan menuju kamar Ghalib. Putranya sedang bersama MUA dan penata busana pesanan Nyonya Emilia.“Apa Ghalib sudah selesai?” tanya Tuan Fandi.“Masuklah, Yah!! Aku sudah siap,” sahut Ghalib dari dalam kamar.Seorang penjaga langsung menyilakan Tuan Fandi masuk. Pria paruh baya itu terdiam menatap putra semata wayangnya sedang berdiri di depan cermin.Tubuh tinggi tegap Ghalib sudah terbalut oleh jas berwarna putih dengan sebuah selipan bunga di sakunya. Tuan Fandi memperhatikan keadaan kamar Ghalib. Beberapa orang tampak sibuk merapikan peralatan make up.“Kamu tampan sekali, Ghalib.”Ghalib langsung tertawa mendengar pujian ayahnya.“Apa Ayah baru sadar jika aku tampan?”Tuan Fandi tersenyum kemudian berjalan mendekat dan menepuk bahu Ghalib. Mereka berdiri berhadapan sangat dekat, sehingga apa yang mereka bicarakan meski lirih terdengar dengan jelas satu sama lain.“Ayah suda

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 287

    Lea terdiam saat menikmati makan pagi ini. Nyonya Danira hanya melirik sekilas mengamati cucunya.“Apa semuanya baik-baik saja, Lea?” tanya Nyonya Danira.Bukan jawaban yang didapat malah helaan napas panjang yang terdengar.“Tidak, Nek. Semua tidak baik-baik saja.”Seketika Nyonya Danira, Tuan Iwan dan Nyonya Santi terkejut mendengar jawaban Lea.“Apa maksudmu, Lea?” tanya Tuan Iwan.Lea menghela napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan.“Semalam Ghalib menelepon dan dia bilang Nyonya Emilia tidak hanya merencanakan pesta pertunangannya nanti malam, melainkan pesta pernikahan dia dan Deasy.”Seketika semua yang hadir di ruangan itu terkejut mendengarnya.“Sudah kuduga Emilia akan selicik itu. Dulu saat dia menjebak Kevin juga seperti itu. Bodohnya Kevin tidak bisa menolaknya,” ujar Nyonya Danira.Lea, Tuan Iwan dan Nyonya Santi hanya diam

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 286

    Tuan Fandi hanya membeku di tempatnya. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia akui, Ghalib lebih berani dan tegas dalam mengambil tindakan. Mungkin sifat ini juga yang membuat Lea begitu mencintainya.“Baik, terserah kamu, Ghalib. Ayah percaya padamu.”Ghalib mengangguk, kemudian sudah mengakhiri panggilannya. Ia urung terlelap malam ini, melainkan sudah menghubungi Lea kembali.“Sayang … kok telepon lagi. Katanya mau tidur tadi,” sapa Lea di seberang sana.Ghalib hanya tersenyum datar saat mendengar sapaan manis Lea.“Aku baru saja mendapat kabar dari Ayah. Jika besok bukan hanya pesta pertunangan yang akan dirayakan, melainkan juga pernikahan. Tepatnya pernikahanku dengan Deasy.”Lea terdiam, sambil beberapa kali menelan saliva usai mendengar ucapan Ghalib. Ghalib menyadari keterdiaman Lea. Ia yakin jika saat ini mereka berhadapan, pasti Ghalib bisa melihat raut kesedihan di wajah istrinya.&

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status