Share

Bab 4

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-24 12:00:11

“Akh … Kak Kenan, kamu memang luar biasa. Aku sampai kewalahan.”

Suara Lisa terdengar dan itu seketika menginterupsi keterkejutan Lea. Ia sontak duduk jongkok dan memeluk lututnya sambil menyembunyikan tubuhnya di balik rak buku. Ia tidak ingin mereka tahu jika Lea melihat interaksi haram ini.

“Kamu suka? Mau coba gaya lain?”

Lisa sudah bangkit, membungkus tubuh bugilnya dengan jubah tidur. Hal yang sama juga dilakukan Kenan. Pria itu tersenyum dan menatap Lisa penuh hasrat. Mereka sudah duduk di sofa dan terdiam saling pandang.

“Kamu mau pakai gaya apa lagi? Kita sudah mencoba berbagai gaya berulang kali.”

Kenan terkekeh sambil mengelus lembut pipi Lisa.

“Sama kamu berapa gaya pun, aku gak pernah bosan.”

Sontak hati Lea bagai tertusuk duri saat Kenan berkata seperti itu. Bukankah itu artinya, dia bosan dengan pelayanan Lea selama ini.

“Aku mau saja. Tapi, si Kecil kasihan.”

Kenan terkekeh lagi kemudian menundukkan kepala dan mengecup perut Lisa dengan penuh cinta. Lea meliriknya penuh iri dan kembali ada sakit yang amat sangat menggelayar di dadanya.

“Si Kecil tidak akan protes. Ini kan bentuk cinta ayahnya juga. Udah, kamu tenang saja.”

Telinga Lea bagai tersambar petir rasanya saat tahu kalimat yang baru saja diucapkan Kenan. Ternyata tepat tebakan Ghea kalau sudah terjadi sesuatu antara mereka berdua. Ternyata juga benar dugaan Lea saat sebulan lalu Kenan datang mengenalkan Lisa.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kenan langsung menggendong Lisa dan membawa ke kamar sambil tak melepas ciuman di bibirnya. Selanjutnya sudah terdengar suara Lisa dari kamar mendesah tak karuan.

Lea bergeming di tempatnya. Otaknya terasa mati dan dengan spontan ia menutup telinganya berharap tidak mendengar suara desahan dan erangan suami serta selingkuhannya.

Kakinya lemas tak bisa digerakkan dan entah mengapa dia hanya diam membeku bagai batu. Tidak disangka suami yang dipikirnya setia malah berselingkuh di belakangnya bahkan selingkuhannya sedang hamil pula.

Tanpa banyak bicara, Lea mengeluarkan ponsel dan langsung memesan taxi online. Ia tidak mau tidur di rumah malam ini. Ia tidak mau tidur bersama suaminya. Bagi Lea hubungan mereka sudah usai sejak Kenan mengkhianatinya.

Keesokan harinya Lea terkejut saat mendapati banyak panggilan masuk di ponselnya. Ia melihat nama Kenan di sana. Hati Lea mencelos. Dia masih ingat dengan pemandangan semalam dan berjanji tidak akan memberi maaf ke Kenan. Baru pukul sembilan pagi, Lea pulang ke rumah.

“Sayang … kamu dari mana? Kenapa tidak pulang semalam?” tanya Kenan.

Dia sengaja tidak berangkat ke kantor hari ini dan menunggu hingga Lea pulang. Lea hanya diam sambil tersenyum. Lea melihat Lisa sedang sarapan dan kali ini matanya tanpa sengaja melihat ke bagian leher Lisa. Di sana banyak jejak merah tertinggal. Bisa jadi mereka melakukannya semalaman. Bahkan Lea juga melihat jejak yang sama di leher Kenan.

Kenan menggerakkan jakun menelan ludah sambil merapikan kerah bajunya saat tatapan Lea mengarah ke lehernya.

“Eng … kamu sudah sarapan? Aku buatin, ya?”

Kembali Kenan bersuara dan seperti biasa dengan nada penuh perhatian. Lea tersenyum membalas pria itu.

“Gak usah, Mas. Aku sudah sarapan tadi.”

Lea langsung berjalan naik ke lantai dua menuju kamarnya. Sesaat dia melirik ruang duduk dan melihat ke arah sofa. Ada banyak bekas tertinggal di sana. Bisa jadi tidak hanya keringat mereka berdua yang menempel di sana.

Lea menggeram sambil mengepalkan tangan. Lagi-lagi ada yang tercabik-cabik di dalam hatinya. Namun, ia berusaha tenang. Ia harus bermain cantik dan membalas semua ini dengan rapi.

Lea bergegas ganti baju, tapi baru saja usai mengaitkan resleting bajunya, tiba-tiba sebuah tangan besar langsung memeluknya dari belakang.

“Aku kangen … gak bisa tidur semalam.”

Lea membisu saat tahu yang bicara seperti itu adalah Kenan. Ingin rasanya dia tertawa. Bukankah dia memang tidak bisa tidur karena bermain panas dengan Lisa. Kini rasanya Lea tahu, kenapa setiap malam suaminya selalu menghilang lalu paginya ada bekas merah di leher yang bukan buatannya. Rupanya mereka sudah bermain di belakangnya selama ini.

“Udah, Mas. Aku lagi buru-buru.”

Lea tergesa melepas pelukan Kenan padahal pria itu baru saja menempelkan kepalanya ke punggung Lea.

“Mau pergi lagi?”

Mata Kenan membola dengan ekspresi yang menggemaskan menatap Lea. Itu adalah ekspresi kesukaan Lea, sayangnya setelah tadi malam itu bukan lagi kesukaannya.

Lea mengangguk. “Iya, banyak pesanan bunga hari ini.”

Kenan mendengkus dan sengaja bersuara dengan keras.

“Padahal aku sengaja libur agar bisa seharian bersama kamu.”

Lea tersenyum sekilas. “Bukankah ada Lisa. Kamu bisa menghabiskan waktu bersamanya?”

Sontak Kenan terkejut dengan ucapan Lea. Lea menyesal sudah berkata seperti itu, tapi dia memang benar-benar kecewa dengan Kenan. Begitu pandai dia bersandiwara selama ini dan membuat Lea percaya dengannya.

“Sayang … aku mana bisa main kuda-kudaan ama Lisa. Aku maunya ama kamu.”

Lea mengerat bibirnya sambil menatap tajam Kenan. Ingin rasanya dia menampar pria di depannya ini. Kalau tidak bisa, lalu apa yang dilakukannya semalam dengan Lisa?

Lea hanya tersenyum kemudian sudah membalikkan badan meninggalkan Kenan. Namun, Kenan tiba-tiba memanggil dan membuatnya berhenti.

“Nanti malam Mama mengundang kita makan malam. Kamu bisa datang, kan?”

Lea terdiam sejenak, menelan ludah sambil membalikkan badan. Terakhir bertemu orang tua Kenan, dia diceramahi berjam-jam. Lagi-lagi mereka selalu membahas mengenai anak yang tak kunjung dikandung Lea.

“Sayang … kamu bisa, kan? Kalau kamu sibuk, aku akan menundanya.”

Suara Kenan menginterupsi lamunan Lea. Lea tersenyum kemudian menganggukkan kepala.

“Tentu. Jam berapa undangannya?”

“Jam tujuh. Aku akan menjemputmu di toko. Oke?”

Lea mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia sudah berlalu pergi. Kenan hanya menatap punggung Lea yang menjauh, selanjutnya dia turun ke lantai satu menemui Lisa.

“Kamu sudah selesai sarapannya?” tanya Kenan.

Lisa tersenyum sambil mengangguk. “Iya, Kak Kenan sendiri gak sarapan?”

Kenan tersenyum, berjalan mendekat ke arah Lisa. Kemudian saat sudah berdiri di depannya, tangan Kenan langsung menarik pinggul Lisa masuk dalam pelukannya. Lisa tersenyum saat mendapat perlakuan manis Kenan.

“Aku mau kamu sebagai sarapanku,” desis Kenan.

Ia langsung menaikkan Lisa ke atas meja dan menarik turun gaunnya. Selanjutnya Kenan tergesa membuka gesper dan celananya kemudian tak lama kembali suara erangan mereka memenuhi ruang makan itu.

Tanpa mereka ketahui ada Lea yang mematung berdiri menatap interaksi gila itu dari balik jendela. Lea ketinggalan sesuatu di kamarnya, ia ingin kembali. Namun, ia urungkan langkahnya saat melihat pemandangan ini.

Tanpa diminta ada buliran bening mengalir membasahi pipinya. Lea membalikkan badan dan berlalu dengan langkah cepat. Kenan sudah berubah dan dia bukan suaminya yang dulu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
aduh lea knp gak di vidioin buat bukti
goodnovel comment avatar
natasha andikacinta
kenapa tidak ambil bukti biar tidak ada drama saat gugatan cerai?
goodnovel comment avatar
Ros
Bego nya, si lea kena ga foto dan videoin hubungan mereka. Buat bukti bs cerai dr suami nya dan mendpt setengah bagian kekayaan nya. Jd wanita jangan begi2 amat donk…… goblok dipiara si Lea itu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 271

    Ghalib mendengkus sambil menatap Deasy dengan tajam.“Sudah kuduga, kamu memang licik. Jadi berapa nomor rekeningmu, biar aku transfer jumlah yang kau sebutkan.”Deasy langsung terkekeh mendengar jawaban Ghalib. Selama ini Deasy selalu takut dan penurut kepada Ghalib. Ia takut Ghalib tidak akan menyukainya jika dia menunjukkan sifat aslinya.Namun, sejak ia membuat kesepakatan dengan Nyonya Emilia, Deasy tidak sungkan menunjukkan ke Ghalib siapa sejatinya dia.“Aku tidak perlu uang. Cukup cium aku saja, maka aku anggap pertolonganku hari ini lunas.”Seketika Ghalib geram, tangannya mengepal dengan wajah yang menegang menatap Deasy.“Ternyata kamu murahan. Aku yakin tidak hanya aku saja yang kau beri penawaran seperti itu.”Bibir Deasy langsung terkatup usai mendengar ucapan Ghalib. Ia tidak menduga Ghalib akan berkata seperti ini. Jangan-jangan Ghalib tahu tentang dia dan Kenan.Bahu Deasy na

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 270

    Ghalib tidak bisa menjawab. Ia hanya diam kemudian sudah mengakhiri panggilannya. Lea yang melihatnya jadi penasaran.“Kenapa? Ada apa?”Jakun Ghalib naik turun dengan mata pekatnya yang menatap Lea.“Babe, Nenek ada di sini. Ia sedang mencariku.”Lea terdiam, alisnya terangkat dengan wajah miring menatap Ghalib.“Maksudmu di kantor ini? Sekarang?”Ghalib mengangguk. “Iya, aku sendiri tidak tahu kenapa Nenek tiba-tiba datang.”“Jangan-jangan Nenek sudah bersengkokol dengan Deasy untuk bertemu di sini hari ini.”Lea tidak menjawab. Rencana pesta pertunangan Ghalib dan Deasy memang tinggal menunggu hari saja. Mungkin itu sebabnya Nyonya Emilia datang ke sini hari ini.“Kalau begitu, temui nenekmu!! Jangan buat dia curiga.”Ghalib tidak bereaksi malah menatap Lea dengan tajam.“Aku akan pulang. Malam ini aku tidak keberatan jika kamu

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 269

    “LEA!! TUNGGU!!!” Ghalib langsung berlari keluar mengejar Lea. Ia tidak menduga Lea akan datang ke kantornya dan melihatnya saat bersama Deasy. Ghalib sungguh menyesali kecerobohannya. Padahal sikapnya ke Deasy tadi tidak bermaksud apa-apa, tapi tentu saja berbeda dengan yang dilihat Lea. Sementara itu Deasy masih bergeming di posisinya melihat Ghalib yang kelabakan mengejar Lea. Sebuah senyum kemenangan terukir dengan jelas di wajah manis Deasy. “Padahal tadinya aku hanya sekedar mampir untuk melihat keadaanmu, Ghalib, tapi, aku malah disuguhkan pemandangan menyenangkan seperti ini.” Deasy berdecak sambil menggelengkan kepala berjalan keluar dari ruangan Ghalib. Sedangkan Ghalib sudah berhasil mengejar Lea. Ia menarik tangan Lea dan mengajaknya masuk ke dalam salah satu ruangan di lantai tersebut. Lea hanya diam membisu, menunduk tanpa mau melihat Ghalib. “Kamu marah padaku, Babe?” Tidak ada jawaban dari Lea dan tentu saja itu membuat Ghalib semakin khawatir. Ghalib menghela n

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 268

    “Kamu lupa dengan tujuan utamaku, Ghalib?” tanya Kenan.Ghalib tidak menjawab hanya diam dengan mata pekatnya menatap Kenan. Kenan semakin mencondongkan tubuhnya ke Ghalib, kini jemarinya tampak mengetuk meja beberapa kali.“Aku hanya menginginkan milikku kembali Ghalib.”Tidak ada reaksi dari Ghalib, tapi Kenan melihat mata pria tampan berdagu belah itu berkedut sekilas seolah sedang menahan amarah.“Aku mulai dari mengambil kembali perusahaanku, kemudian bersambung ke yang lain, termasuk mengambil kembali kekasihku, Lea.”BRAK!!!Ghalib langsung menggebrak meja di depannya membuat cangkir kopi Kenan bergetar dan menumpahkan cairan kopi ke meja.“JAGA MULUTMU, KENAN!!!”“Kamu pikir Lea barang yang bisa seenaknya saja kamu buang lalu kamu ambil.”Kenan hanya tersenyum masam mendengar ucapan Ghalib.“Kamu yang mulai lebih dulu, Kenan. Kamu yang menya

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 267

    Ghalib tidak menjawab, tapi wajahnya terlihat tegang dengan tangan yang terkepal di samping tubuhnya.Ia sudah menduga Kenan akan menyerangnya usai kejadian kemarin, tapi Ghalib tidak menyangka kalau akan secepat ini.“Baik, panggil ahli dari kalian dan aku akan memanggil ahli dariku untuk memeriksa keaslian surat itu!!”Akhirnya setelah terdiam beberapa saat, Ghalib bersuara. Bobi tersenyum, menganggukkan kepala menyetujui permintaan Ghalib.Tak berapa lama dua ahli didatangkan untuk memeriksa keaslian surat. Ghalib sudah tahu kalau dia akan kalah, tapi dia tidak akan mengalah begitu mudah.“Tuan, surat kepemilikan ini asli dan sepertinya mereka tidak bohong. Perusahaan ini telah beralih kepemilikan menjadi milik Tuan Kenan.”Ahli dari pihak Ghalib menjelaskan hasil penyelidikannya. Ahli dari pihak Kenan juga berkata hal yang sama. Bobi tersenyum lebar begitu mengetahui hasilnya.“Bagaimana, Tuan? Anda p

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 266

    “APA!! Hilang?? Bagaimana mungkin, Pak?”Ghalib sangat terkejut begitu mendengar penjelasan Pak Jonas. Pak Jonas hanya diam sambil menundukkan kepala. Ia sendiri tidak tahu mengapa surat sepenting itu bisa hilang.Setahu Pak Jonas hanya beberapa orang saja yang mengetahui kombinasi kunci pada lemari penyimpanannya. Mengapa sekarang malah seperti ini?“Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar kecolongan kali ini.”Ghalib tidak menjawab, tapi bahunya terlihat naik turun mengatur udara dengan tergesa.“Lalu apa ada kabar yang lain dari Arifin?”“Belum, Tuan. Sepertinya Arifin sedang berusaha mengendalikan situasi di sana.”Ghalib mengangguk, kemudian langsung bangkit dari duduknya. Pak Jonas tampak terkejut melihat reaksi Ghalib.“Aku akan ke sana sekarang. Aku ingin lihat apa benar surat kepemilikan itu asli atau bukan.”“Jangan-jangan ini hanya permainan Kenan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status