Share

Bab 5

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-04-24 13:00:08

“Nona, Anda baik-baik saja?”

Sebuah tanya menginterupsi lamunan Lea. Usai keluar rumah tadi, Lea langsung mencegat taxi yang melintas. Ia ingin secepatnya pergi dari sana. Namun, yang ada kini dia sesenggukan di dalam taxi,

Lea menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.

“Iya, saya gak papa, Pak. Terima kasih.”

Pria paruh baya yang mengemudi taxi hanya tersenyum sambil melirik Lea dari kaca spion. Kemudian ia mengangsurkan tisu ke Lea.

“Kalau ada masalah lebih baik dibicarakan, Non. Siapa tahu menemukan jalan keluar.”

Lea tersenyum sambil menyeka air matanya. Andai saja pria ini tahu apa yang baru saja dialami Lea, tapi tentu saja Lea tidak akan begitu saja menceritakannya.

Lea bisa saja langsung masuk dan memergoki aksi bejad Kenan dan Lisa tadi. Namun, apa untungnya bagi dia? Yang ada dia hanya menerima kerugian. Apa keluarga Kenan akan menerima penjelasannya tanpa bukti konkret?

Lea menarik napas panjang sambil mendongakkan kepala. Mertuanya sudah membenci Lea karena tidak kunjung hamil. Selain itu keluarga Kenan keluarga terpandang dan punya kuasa di kota ini. Masyarakat awam pasti lebih percaya dengan mereka dari pada aduan Lea.

Yang ada dia malah dituduh melakukan pencemaran nama baik. Bisa jadi Kenan tidak akan menghentikan ulahnya kemudian Lisa dengan mudah menggantikan kedudukannya.

“Tidak. Aku tidak akan membuat semudah itu untuk mereka,” batin Lea.

Untuk menghilangkan kesedihannya, sepanjang hari Lea menyibukkan diri di toko bunga. Baru saat pukul tujuh malam, Kenan datang menjemput Lea.

“Aku pikir kamu belum siap, Sayang?” sapa Kenan dengan senyum manisnya.

Lea hanya tersenyum sekilas. Ia tidak bisa bersikap biasa setelah kejadian semalam dan tadi pagi. Namun, tentu saja Kenan akan curiga jika dia berubah sikap.

“Aku tidak lupa, kok.”

Kenan tersenyum, berjalan mendekat kemudian hendak mencium pipi Lea. Namun, dengan spontan Lea malah mundur. Tentu saja ulah Lea membuat Kenan terkejut. Ia melihat Lea dengan satu alis yang terangkat dan tatapan bertanya.

Lea tersenyum, menepuk lembut pipi Kenan.

“Aku takut kamu merusak riasanku, Mas.”

Tentu saja jawaban Lea seketika membuat Kenan tenang. Ternyata hanya alasan itu yang membuat Lea menolaknya.

“Ya sudah. Kita berangkat, yuk!!”

Lea mengangguk sambil mengapit lengan Kenan berjalan beriringan menuju mobil. Selang beberapa saat, mereka tiba di rumah keluarga Kenan. Nyonya Eliana langsung menyambut kedatangan mereka dengan muka masam.

Lea sudah biasa dengan sapaan ramah mertuanya. Sejak dulu, Nyonya Eliana memang tidak menyetujui hubungannya dengan Kenan. Lea hanya anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Gara-gara Lea juga membuat Kenan cinta buta dan melakukan hal yang dianggap Nyonya Eliana di luar nalar.

“Selamat malam, Ma,” sapa Lea.

Nyonya Eliana tidak menjawab hanya melengos sambil melipat tangannya di depan dada. Kenan yang melihat reaksi ibunya berdecak kencang.

“Ma, Lea memberi salam, tuh. Apa tidak dengar?”

Nyonya Eliana berdecak tak kalah kencang. “Malam. Ayo, masuk!! Papamu sudah menunggu.”

Kenan mengangguk kemudian membimbing Lea masuk ke dalam rumah. Tuan Eliot, ayah Kenan berbanding terbalik dengan reaksi Nyonya Eliana. Pria paruh baya itu tersenyum saat menyambut menantu dan putranya.

“Bagaimana kabar kantormu, Kenan?” Tuan Eliot memulai pembicaraan di tengah makan malam.

“Baik, Pak. Semua beres, kok. Kantor cabang baru juga sudah mulai beroperasi.”

Tuan Eliot manggut-manggut. Dari wajahnya terlihat kalau dia cukup puas dengan jawaban Kenan.

“Urusan bisnis saja yang dibahas. Apa kalian tahu apa tujuan makan malam ini?”

Kenan dan Lea tidak menjawab. Mereka tahu pada akhirnya Nyonya Eliana akan membahas anak yang tak kunjung datang di pernikahan mereka.

“Mama sudah buat janji dengan Dokter Hans. Beliau itu ---”

“Tunggu, Ma. Aku harus terima telepon dulu.” Tiba-tiba ponsel Kenan berdering nyaring dan seperti biasa, ia dengan tergesa pergi begitu saja meninggalkan ruang makan.

Lea hanya diam sambil meliriknya sekilas. Siapa yang menelepon Kenan semalam ini? Apa dia masih mengurusi kerjaan? Atau jangan-jangan Lisa yang melakukannya? Hanya itu tanya yang bergentayangan di benak Lea.

Bahkan Lea tidak mendengar apa lagi yang dikatakan mertuanya. Malah ia mendengar suara deru mobil suaminya yang menyala dan pergi meninggalkan rumah.

“Lea, kamu bersedia melakukan test itu, kan?”

Lamunan Lea terinterupsi oleh pertanyaan Nyonya Eliana. Lea mendongak, matanya bersiroboh dengan mata wanita paruh baya itu. Ia benar-benar tidak tahu pembicaraan mertuanya tentang apa hari ini. Namun, Lea menduga pasti tidak jauh dari cucu.

“Saya terserah Mas Kenan saja, Ma. Kalau dia bersedia, saya juga bersedia.”

Nyonya Eliana tersenyum kesenangan sambil menganggukkan kepala.

“Syukurlah kalau begitu. Mama sudah tidak sabar ingin punya cucu. Mama yakin setelah pemeriksaan nanti kita akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu atau Kenan yang bermasalah.”

Lea tidak menanggapi, hanya menunduk sembari melanjutkan makan malamnya.

“Kalau berdasar keturunan dan silsilah, keluarga kami tidak ada yang mandul. Entah kalau dari keluargamu. Toh, kami tidak tahu silsilah keluargamu, Lea.”

Kembali Nyonya Eliana berkata sinis dan selalu seperti itu di setiap pertemuan. Nanti ujung-ujungnya Nyonya Eliana menyesal sudah merestui pernikahannya dengan Kenan. Lea hanya diam tanpa menjawab sedikit pun. Lama-lama telinganya sudah kebal dengan omongan pedas mertuanya.

Setelah hampir dua jam, akhirnya Nyonya Eliana menyudahi pembicaraannya. Ia memilih langsung masuk kamar untuk beristirahat. Hal yang sama juga dilakukan Tuan Eliot. Tinggal Lea yang menunggu kedatangan Kenan seorang diri.

Lea mencoba menghubungi ponsel Kenan. Ponselnya aktif, tapi tidak diangkat sejak tadi. Lea menghela napas panjang dan memilih pulang sendiri dengan menggunakan taxi. Namun, kaki Lea langsung membeku saat melihat mobil Kenan terparkir dengan rapi di garasi rumahnya.

Dengan mengendap-endap Lea masuk ke dalam rumah. Belum sampai ke ruang tamu, ia langsung menutup pintu lagi. Pasalnya dia melihat Kenan sedang bercumbu dengan Lisa di sana.

“Lisa … tolong jangan panggil aku jika sedang bersama Mama dan Papa. Aku takut mereka curiga.”

Lisa berdecak sambil mengancingkan kemejanya. Bibir merahnya maju beberapa senti.

“Kan Kak Kenan sendiri yang bilang, kalau aku boleh memanggil kapan saja jika si Kecil yang minta. Tadi bukan aku yang melakukannya, tapi si Kecil.”

Kenan terkekeh dengan jawaban Lisa dan suara manjanya yang menggemaskan.

“Jadi si Kecil yang minta, bukan ibunya?”

Lisa mengangguk sambil menyusur dada Kenan yang masih terbuka dengan jari lentiknya.

“Hmm … .”

Kenan tertawa, mendekatkan wajahnya dan langsung menyambar bibir Lisa. Tak ayal wanita itu kembali tumbang di atas sofa dengan Kenan yang merayap di atas tubuhnya.

Lea yang menyaksikan semua itu dari celah pintu hanya membisu. Hatinya kembali hancur berantakan. Teganya Kenan meninggalkannya seorang diri, dicerca habis-habisan oleh mertuanya hanya demi bermesraan dengan Lisa. Apa kini dia sudah tidak berarti bagi Kenan?

Tanpa menunggu lama, Lea langsung pergi begitu saja. Ia memilih menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di taman kota. Setelah beberapa saat, Lea memutuskan pulang. Ia tidak melihat mobil Kenan terparkir di garasi. Bisa jadi, Kenan kembali ke rumah ibunya hendak menjemput Lea.

Lea tidak peduli dan sengaja tidak menghubunginya. Biar saja Kenan kebingungan mencarinya.

“Mbak baru datang?”

Lea terkejut dengan suara Lisa yang menyapanya. Lea menoleh sambil menganggukkan kepala. Lisa berjalan mendekat, kali ini dia sengaja mengikat rambut panjangnya ke atas. Tak ayal leher jenjangnya nan putih mulus terekspos dengan sempurna. Lea meliriknya sekilas dan melihat ada banyak tanda merah tertinggal di sana. Lea bisa memastikan jika itu jejak suaminya.

Lisa tersenyum, sesekali ia membasahi bibirnya dengan saliva seolah sedang mengejek Lea. Kemudian setelah beberapa saat, Lisa kembali bersuara.

“Jadi, Mbak sudah melihatnya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 14

    Lea bergeming di posisinya bahkan tangannya hanya menggantung kaku tanpa membalas pelukan Kenan. Telinganya masih normal dan dengan jelas mendengar kalimat permintaan maaf Kenan.Suaranya terdengar pilu dan diucapkan dengan sungguh-sungguh. Apa benar Kenan mengatakannya dari hati terdalam? Dia sadar kalau sudah menyakiti Lea?“Aku usahakan hari ini tidak pulang malam. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu.”Kenan sudah mengurai pelukannya dan berkata seperti itu pada Lea. Tidak ada jawaban atau reaksi signifikan dari Lea. Belakangan ini dia sudah belajar menerima janji palsu. Dia juga sudah menikmati kekecewaan dan Lea tidak mau berharap lebih.“Tidak perlu repot, Mas. Kalau urusanmu belum beres, bagaimana?”Kenan tersenyum sambil membelai wajah Lea dengan penuh cinta.“Gak. Hari ini akan cepat kuselesaikan.”Tidak ada jawaban dari Lea. Ia hanya diam sambil menundukkan kepala. Apa yang terjadi? Apa

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 13

    “Kamu kemana saja? Kenapa tidak jawab teleponku?” tanya Kenan.Kenan sengaja bangun lebih pagi dan langsung menghubungi Lisa. Namun, gadis itu tak jua menjawab panggilannya. Baru satu jam kemudian Lisa menjawabnya.“Kak Kenan sendiri kemana semalam? Kenapa meninggalkanku?”Suara Lisa di sana terdengar marah. Kenan bisa membayangkan bagaimana ekspresi wanita itu saat ini. Dia memang sengaja pergi saat Lisa terlelap, kalau tidak Lisa akan menahannya lagi.“Aku rasa kamu sudah tahu jawabannya, Lisa. Jadi jangan bahas lagi tentang ini.”Lisa berdecak sambil menyibak rambut panjangnya.“Jadi karena Mbak Lea. Selalu dia, apa aku saja belum cukup? Ingat, Kak Kenan!! Aku sedang mengandung anakmu!!”Kenan menarik napas sambil menghembuskannya dengan kasar. Ia sebal jika Lisa menyangkut pautkan hubungan mereka dengan kehamilannya.“Aku kelaparan semalam dan aku bingung saat melihat Ka

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 12

    “Mas Kenan,” lirih Lea.Kenan langsung berjalan mendekat sambil menarik tangan Lea dari cekalan Ghalib. Kenan tidak terlihat rapi seperti biasanya. Bahkan Lea melihat dasinya tidak terpasang dengan benar, belum lagi rambutnya yang tampak acak-acakan. Terlihat sekali jika dia sangat terburu-buru.“Kenan? Kamu Kenan Husein, kan?”Tiba-tiba Ghalib bersuara. Pria tampan berdagu belah itu tampak tersenyum sambil menatap Kenan yang berdiri di depannya. Kenan terdiam lama sambil berulang kali mengerjapkan mata menatap Ghalib.“Kamu Ghalib Haykal?” tanya Kenan setelah terdiam beberapa saat.Ghalib tersenyum sambil menganggukkan kepala, kemudian sudah berjalan mendekat sambil memeluk Kenan.“Iya. Aku pikir kamu tidak mengingatku.”Kenan tertawa dan balas memeluknya juga. Lea yang berdiri di samping mereka hanya diam sambil menatap bingung.“Kalian saling kenal?”Pertanya

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 11

    “Apa itu artinya kamu melarangku pergi?” tanya Kenan.Ia memutar tubuhnya sambil menatap Lisa dengan sayu. Entah mengapa setiap melihat tingkah Lisa yang menggoda, Kenan selalu tak bisa menolaknya. Lisa tersenyum, mengubah tangannya menjadi melingkar ke bahu Kenan.Perlahan Lisa menempelkan dadanya ke tubuh Kenan, sambil menggerakkan sesekali. Kenan hanya diam sambil melirik benda kesukaannya itu dengan liar. Jakunnya tanpa sadar bergerak naik turun menelan saliva.“Iya, tidak boleh. Kak Kenan hanya milikku malam ini.”Kenan tersenyum, membasahi bibirnya dengan saliva kemudian dengan rakus langsung menyambar bibir Lisa. Tentu saja Lisa kesenangan. Lagi-lagi dia memenangkan hati Kenan, Lisa berani taruhan jika Lea akan sedih malam ini.Sudah tiga jam acara berlangsung, tapi Lea sama sekali tidak melihat tanda-tanda kehadiran Kenan. Lea menarik napas panjang sambil meminum jus jeruk yang sudah puluhan kali ia teguk. Sepertinya

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 10

    “PAK!!”Panggilan Roni menginterupsi lamunan Kenan. Kenan menarik napas panjang sambil mengacak rambutnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia kembali bersuara.“Iya, gak masalah.”Roni mengangguk.“Satu lagi, Ron. Tolong kosongkan jadwalku usai makan siang. Aku ada urusan sedikit di luar.”“Baik, Pak.”Kenan sudah mengakhiri panggilannya, kemudian kini tangannya tampak menulis sebuah pesan untuk seorang wanita genit di seberang sana.Lisa yang menerima pesan dari Kenan langsung tersenyum dengan ceria.“Hmm … sepertinya Kak Kenan tidak sabar menunggu nanti malam. Bahkan dia langsung memintaku datang ke hotel siang ini. Sepertinya aku harus bersiap. Akan kubuat dia mabuk kepayang lagi.”Lisa langsung berjalan menuju kamarnya. Ia sibuk mengemas beberapa baju seksi dalam tasnya kemudian berhias secantik mungkin. Sesekali senyuman terukir di wajah imutnya.

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 9

    “Nih!! Jawab saja!!”Tiba-tiba Kenan mengangsurkan ponselnya ke Lea. Lea terdiam beberapa saat sambil melirik ponsel Kenan. Kenan hanya diam, sedangkan matanya tampak menatap tajam ke arah Lea.“Aku tahu kamu masih mencurigaiku. Jadi supaya kamu puas. Jawab ponselku!!”Lea belum bergerak, sedangkan ponsel Kenan terus berdering semakin sering.“Hmm … .”Alis Kenan terangkat seolah sedang memberi isyarat menantang Lea. Lea menarik napas panjang kemudian langsung menyambar ponsel Kenan.“Halo … .” Lea mengawali pembicaraannya. Kenan hanya diam sambil melipat tangan melirik Lea yang berdiri di sampingnya.“Maaf, Bu. Apa Bapak ada?” Terdengar suara Roni di seberang sana.Lea mengangguk sambil melihat Kenan dengan sudut matanya. “Ada. Sebentar.”Lea langsung memberikan ponsel Kenan padanya. Kenan langsung menjawab tanya Roni.“Ad

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 8

    “HEH!!”Lea termangu sambil menatap sosok tampan dengan sorot mata tajam yang berdiri di depannya. Pria itu tampak asing dan tidak pernah dilihat Lea sebelumnya, tapi mengapa dia begitu lancang berkata seperti itu.“Maafkan kelancangan saya. Saya hanya mau pesan bunga.”Lea segera tersadar dan tersenyum sambil menganggukkan kepala setelah sebelumnya menyeka air mata. Pria tampan dengan dagu terbelah itu hanya mengulum senyum memperhatikan Lea.“Bunga apa yang hendak Anda pesan, Pak---”“Ghalib. Nama saya Ghalib Haykal.”Lea hanya mengangguk sambil mencatat namanya di sebuah buku pemesanan. Ghalib meliriknya sekilas.“Apa Anda juga butuh alamat, tanggal lahir dan nomor telepon saya?”Lea kembali mengangkat kepala, menatap Ghalib dengan alis mengernyit dan tatapan bingung. Ghalib tersenyum sambil menatap Lea lekat-lekat seraya menopang dagunya.“Anda cukup c

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 7

    Kenan menghela napas panjang sambil menatap punggung Lea. Ia sudah berbaring di atas kasur dengan Lea tidur membelakanginya. Meski Lea berkata tidak marah, tapi Kenan tahu jika istrinya sedang marah saat ini.Perlahan Kenan bangkit dari tidurnya dan tampak melakukan sebuah panggilan.“Ron, tolong belikan kalung berlian yang kemarin aku minta. Sekalian kirim bunga beserta kue blakcforest besok pagi. Pukul enam harus sudah tiba di sini.”Roni yang menerima telepon di seberang sana hanya mengangguk dengan mata yang terkantuk. Ia sangat terkejut saat menerima panggilan dari bosnya. Roni pikir ada masalah penting, tapi nyatanya Kenan malah meminta yang lain.“Ron, kamu dengar, kan?”Ucapan Kenan menginterupsi lamunan Roni.“Iya, Pak. Saya dengar.”“Ya sudah. Jangan kelewatan.”Kenan mengakhiri panggilannya, meletakkan ponsel di nakas kemudian kembali masuk ke dalam selimut. Perlahan Ke

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 6

    “Melihat apa maksudmu?” tanya Lea.Lisa berdecak, berjalan mendekat sambil bersedekap. Setelah cukup dekat, dia menghentikan langkah dan terdiam menatap Lea. Lea membisu, tak bereaksi. Sama sekali tidak terdapat perubahan di mimik wajahnya.Lisa menarik napas panjang sambil menatap tajam Lea.“Aku yakin Mbak mengerti maksud kalimatku.”Lea berdecak, memutar tubuhnya hingga berdiri berhadapan dengan Lisa. Wajahnya terlihat teduh dan sama sekali tidak menunjukkan reaksi signifikan.“Aku baru datang, Lisa dan aku tidak tahu apa maksudmu.”Lisa tampak terkejut. Mimik wajahnya berubah drastis dan Lea melihatnya dengan jelas.“Sudahlah, aku lelah. Aku mau istirahat.”Tanpa menunggu jawaban dari Lisa, Lea segera berlalu pergi. Hatinya sudah terluka hari ini dan dia tidak mau menambah sakit. Sementara itu, Lisa hanya bengong sambil menatap punggung Lea yang semakin jauh.“Ras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status