Share

Bab 3

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-04-24 11:00:13

Lea terdiam, tidak membalas pesan Ghea, malah langsung menyimpan ponselnya. Dadanya tanpa diminta bergemuruh dengan hebat dan entah mengapa Lea tidak rela jika ada wanita lain yang mendapat perhatian dari Kenan.

Awalnya dia tidak jatuh cinta ke Kenan, tapi karena kegigihan pria itu berhasil meluluhkannya dan membuatnya jatuh cinta juga. Wajar jika Lea merasa cemburu seperti saat ini. Namun, Lea percaya seratus persen ke Kenan. Bisa jadi tadi Kenan bertemu dengan Lisa secara tidak sengaja.

Masih asyik dengan benaknya, tiba-tiba dering ponsel Lea menginterupsi lamunannya. Lea melirik ada nama Kenan di sana. Lea menarik napas panjang sebelum menjawab panggilannya.

“Sayang … apa kamu sudah selesai makannya? Aku mau ke sana lagi sekarang.”

Lea menelan ludah sambil menatap makanan yang masih utuh di atas meja.

“Iya, aku masih di sini.”

Kenan tersenyum lebar sambil merapikan rambutnya. “Baik, tunggu aku, ya!!”

Tanpa menunggu jawaban Lea, Kenan sudah mengakhiri panggilannya. Selang beberapa menit kemudian, Kenan datang dengan wajah berseri-seri.

“Maaf ya, Sayang. Tadi asistenku butuh tanda tanganku,” ujarnya.

Lea hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia tidak bertanya mengenai foto yang baru saja dikirim Ghea tadi. Lea ingin Kenan yang mengatakannya sendiri. Selama ini Kenan selalu setia dan tidak pernah mengkhianatinya. Lea yakin Kenan masih sama seperti yang dulu.

Lea mengabaikan pesan Ghea dan kembali menikmati hari-harinya. Apalagi sejak Kenan kembali, ia semakin perhatian bahkan tak sedetik pun melepaskan Lea dari pandangannya. Hingga di suatu malam, Lea terjaga dari tidurnya.

Ia meraba ke kasur sebelah dan terkejut saat tidak melihat Kenan di sana. Lea mengerjapkan mata berulang sambil mengedarkan pandangannya. Ia berpikir Kenan sedang berada di kamar mandi dan terbangun untuk memeriksanya.

Baru saja Lea hendak ke kamar mandi, tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan dan Lea melihat Kenan berjalan masuk sambil mengendap-endap. Lea mengernyitkan alis melihat ulahnya. Lampu kamar mereka memang temaram dan Kenan tidak tahu jika Lea sedang memperhatikannya.

“Kamu dari mana, Mas?”

Sontak Kenan terjingkat dan menoleh ke arah suara. Ia melihat Lea sedang berdiri di depan pintu kamar mandi. Kenan terdiam sejenak, meski temaram, Lea bisa melihat jelas jika reaksi Kenan beda dari biasanya.

“Aku habis minum. Haus, Sayang,” jawabnya.

Lea terdiam, tapi matanya kini melirik ke arah nakas dan di sana ada segelas air minum milik Kenan yang masih utuh bahkan masih tertutup rapat. Pria itu memang selalu menyiapkan air minum di samping tempat tidurnya setiap sebelum tidur. Lalu kenapa dia berbohong kali ini?

Sepertinya Kenan melihat saat mata Lea melirik ke arah nakas. Kenan tersenyum, berjalan mendekat ke Lea sambil merengkuh pinggulnya.

“Aku pengen minum air dingin, Sayang. Panas banget udaranya.”

Lea tidak menjawab hanya satu alisnya yang terangkat menatap Kenan penuh selidik. Padahal air conditioner di kamar mereka sudah menyala di suhu terendah, tapi mengapa Kenan merasa panas.

“Udah, Sayang. Bobok, yuk!!”

Kenan mendekatkan wajahnya ke tengkuk Lea sambil mendaratkan beberapa kecupan di sana. Tak ayal Lea bergidik geli karena ulah Kenan.

“Mas … aku lagi halangan. Jangan sekarang.”

Kenan menghela napas kemudian menatap Lea penuh cinta sambil menganggukkan kepala.

“Ya sudah, kita tidur saja.”

Lea mengangguk. Mereka langsung naik ke atas kasur dan siap terpejam. Namun, lagi-lagi pandangan Lea terinterupsi pada tanda merah yang membekas di leher Kenan. Sama dengan tanda merah yang tempo hari Lea lihat.

Sebenarnya itu tanda apa? Apa Kenan alergi? Tapi, kenapa hanya bagian itu saja yang membekas merah yang lainnya tidak?

Keesokan harinya, Lea sama sekali tidak membahas tanda merah di leher Kenan dan melupakan semua yang terjadi tadi malam. Bahkan sikap Kenan semakin mesra ke Lea. Ia juga tak sungkan mengumbar kemesraan saat ada Lisa. Tentu saja Lisa yang melihat, buru-buru menyingkir dari hadapan mereka.

Semua terlihat wajar dan baik-baik saja hingga seminggu kemudian Ghea datang ke toko bunga Lea.

“Lea, kenapa kamu gak membalas pesanku?” semprot Ghea.

Lea hanya tersenyum sambil melirik Ghea. Dia tahu apa tujuan sahabatnya ke sini.

“Mau balas apa? Percaya jika Mas Kenan selingkuh?”

Ghea berdecak sambil menepuk bahu Lea dengan sebal.

“Asal kamu tahu. Aku gak sekali melihat mereka, Lea.”

Lea tersenyum dan mengangguk. “Aku juga setiap hari melihat mereka. Dia itu Lisa, adik sahabatnya Mas Kenan. Dia sudah punya suami dan sengaja berada di sini hingga suaminya pulang berdinas.”

Ghea terdiam, melipat tangan di depan dada sambil menatap Lea dengan penuh selidik.

“Beneran dia punya suami?”

Lea mengangguk. “Iya. Dia juga sedang hamil anak pertama. Ngapain juga aku harus cemburu padanya.”

Ghea mendengkus sambil menggelengkan kepala.

“Entahlah, aku kok curiga ada sesuatu sedang terjadi di antara mereka.” Lea hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Sedangkan Ghea tampak serius melihat ke arahnya.

“Kamu yakin hubunganmu dengan Kenan baik-baik saja, kan?”

Lea tersenyum sambil menepuk bahu Ghea.

“Aku baik-baik saja, Ghea. Bahkan Mas Kenan belakangan ini makin mesra. Masa minta gituan mulu tiap hari.”

Lea sudah mengalihkan topik pembicaraan dan sepertinya itu mengalihkan perhatian Ghea juga. Akhirnya mereka malah sibuk membicarakan hal random dan melupakan dugaan Ghea tadi.

Hari itu, Lea pulang terlambat dia harus membantu karyawannya menyelesaikan pesanan untuk acara pernikahan besok pagi. Hari ini juga pembantu di rumah Lea sedang pulang kampung.

Lea pikir Kenan belum pulang, karena dia bilang akan pulang malam juga. Lea inisiatif membeli makanan untuk Lisa. Ibu hamil pasti gampang lapar dan Lea kasihan jika Lisa mengalaminya.

Sengaja Lea tidak mengendarai mobilnya kali ini. Ia sangat lelah sekaligus mengantuk. Lea takut akan membahayakan dirinya jika dipaksa mengemudi.

Perlahan Lea membuka kunci rumahnya dan dia terkejut saat mendapati rumah tidak terkunci. Lea berjalan masuk perlahan dan langsung meletakkan makanan di dapur. Ia ingin memanggil Lisa dan mengajaknya makan bersama.

Lea menitih tangga menuju lantai dua, tapi matanya tiba-tiba tertuju pada beberapa baju yang berceceran sepanjang lantai dua hingga menuju ke ruang baca. Tidak hanya itu, Lea melihat sofa di ruang baca itu bergoyang hebat dengan bunyi derit yang dashyat.

“Apa yang terjadi?” batin Lea.

Ia ingin mendekat dan mencari tahu apa yang sedang terjadi di sana. Namun, langkahnya terhenti saat telinganya menangkap suara yang akrab di telinganya. Dari jauh dengan penerangan yang temaram.

Lea melihat Lisa sedang tersenyum, menyibakkan rambutnya sambil duduk di atas tubuh Kenan seraya menggoyangkan pinggulnya. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat tanpa sehelai pakaian pun menempel di sana dan tentu saja penampilannya begitu menggoda. Bahkan Lea melihat tangan suaminya meraba dada wanita itu dan bermain dengan sesuatu yang indah di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Harma Putri
wanita tolol..jd muak baca nya ,
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau njing. dikasih tau bukannya waspada dan cari tau,kau malahan menye2. perubahan sikap suami bukannya membuàt kau waspada tapi malahan terlena. mampuslah kau,wanita tolol!!!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 395

    “Berarti Nenek juga yang menyuruh Anthony menculik Arifin tempo hari?” kini Lea yang bertanya. Nyonya Danira tersenyum sambil menggelengkan kepala. Sementara Anthony dengan sigap menjawab. “Saya terpaksa melakukannya agar Nona Deasy tidak curiga. Toh, pada akhirnya Tommy berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Harusnya Tommy pasti curiga, karena saya tidak menempatkan banyak penjaga di sana.” Tommy terdiam dan ia jadi teringat saat menemukan lokasi penyekapan Arifin tempo hari. Ia menemukan di tempat yang sama saat Kenan menyekap keluarga Ghea. Selain itu, di sana hanya ditempatkan seorang penjaga saja yang mudah dilumpuhkan Tommy. Tommy tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia baru tahu, kenapa begitu mudah saat menemukan Arifin tempo hari. “Lalu setelah itu Anda menemukan semua bukti itu, Pak?” tanya Lea. Anthony tersenyum sambil mengangguk. “Sebelumnya Nyonya Emilia sepertinya sudah curiga, sehingga beliau mempersempit ruang gerak saya. Bahkan Nyonya Emilia juga mempeker

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 394

    Tak berapa lama Ghalib sudah kembali ke mobil. Ia melihat Lea sudah berada di dalam sana. Istri cantiknya itu hanya diam sambil menundukkan kepala.Lea baru saja mendapat penjelasan mengenai semua yang dilakukan Nyonya Emilia pada orang tuanya dari Tommy. Ia sangat shock, tapi tidak tahu harus berbuat apa.Ghalib membuka pintu mobil, kemudian langsung duduk di samping Lea. Untuk beberapa saat mereka saling diam. Hingga tiba-tiba Ghalib menarik Lea masuk dalam pelukannya. Lea tidak menolak dan membalas pelukan Ghalib.“Maafkan aku, Babe. Aku benar-benar tidak tahu jika Nenek yang membunuh orang tuamu. Aku tidak tahu.”Ghalib berkata sambil berurai air mata. Hal yang sama juga terjadi pada Lea. Ia menangis sesenggukan dalam pelukan Ghalib.“Entah aku harus melakukan apa untuk menebus semua kesalahan Nenek pada keluargamu. Aku benar-benar tidak tahu.”Lea hanya terdiam menganggukkan kepala sambil mengelus punggung Ghalib

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 393

    “APA!!!??”Serta merta Lea, Ghalib dan Tuan Fandi berseru secara berbarengan. Ketiga orang itu tampak terkejut mendengar jawaban Nyonya Danira.“Untuk apa, Nek? Untuk apa Nenek melaporkan Nyonya Emilia?” tanya Lea.Ia yang mewakili tanya di benak Ghalib dan Tuan Fandi.Nyonya Danira tidak menjawab hanya diam sambil menatap kosong ke depan. Kemudian setelah terdiam beberapa saat, ia bersuara tanpa melihat ke arah mereka.“Kalau kalian ingin tahu jawabannya, tanya saja langsung ke dia!!!”Usai berkata seperti itu, Nyonya Danira langsung berlalu pergi diikuti Tommy dan Anthony. Bahkan ketiga orang itu tidak menghiraukan panggilan Lea.Lea tampak panik. Ia melihat Ghalib dengan penuh rasa bersalah.“Sayang … aku yakin ini salah paham. Nanti biar aku tanya lebih jelas ke Nenek.”Ghalib menghela napas sambil menggelengkan kepala.“Gak usah, Babe. Aku yakin nen

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 392

    “Kamu tahu??? Kenapa tidak mengatakannya padaku?”Nyonya Emilia sangat kesal. Selama ini ia terus mencari tahu keberadaan Tania Wijaya, tapi Anthony yang tahu malah diam saja dan tidak memberinya informasi sedikit pun.“Bukankah semua sudah berlalu, Nyonya. Anda dan Nyonya Danira memilih kehidupan masing-masing. Kalian sudah tidak saling bersinggungan dan tidak punya kepentingan.”“Itu sebabnya, saya tidak mengatakannya pada Anda.”Nyonya Emilia terdiam. Ia tertegun mendengar ucapan Anthony. Semua yang diucapkan asistennya itu benar. Selama ini hanya dia yang bingung sendiri dengan keberadaan Tania Wijaya.Ia takut suatu saat wanita itu akan kembali dan membuat Tuan Kevin berpaling darinya. Ia tidak mau kalah oleh wanita itu. Padahal jelas-jelas Nyonya Danira sama sekali sudah tidak peduli dengan kehidupan Nyonya Emilia saat itu.“Lalu … apa menurutmu ia tahu apa yang telah aku lakukan pada pu

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 391

    “Nyonya Danira!!” seru Tommy.Ia sangat terkejut saat melihat wanita anggun itu sudah berdiri tegak di depannya. Nyonya Danira tersenyum sambil menganggukkan kepala seolah memberi isyarat agar Tommy mengizinkan Anthony menemuinya.Akhirnya Tommy mengalah dan menyilakan Anthony menemui Nyonya Danira. Mereka sudah berada di ruang kerja Nyonya Danira dengan Tommy berada mengawasinya.Anthony berdecak sambil melirik pria yang selalu berpenampilan rapi itu dengan kesal. Nyonya Danira tersenyum kemudian melihat Tommy.“Tinggalkan kami berdua, Tom!!”Tommy terkejut. “Tapi, Nyonya ---”“Aku akan baik-baik saja. Percayalah!!” Nyonya Danira lebih dulu bersuara sebelum Tommy meneruskan kalimatnya.Tommy menghela napas panjang kemudian sudah membalikkan badan dan berlalu pergi dari sana.“Katakan!!!”“Aku sudah berhasil menemukan apa yang kamu minta.”Ant

  • Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor   Bab 390

    “Bagaimana keponakan saya, Dok?” tanya Tuan Kris.Pada akhirnya Tuan Kris yang menerima panggilan saat Kenan mengalami kecelakaan. Hampir pagi saat pria paruh baya itu datang ke rumah sakit.Wajahnya pucat dengan ekspresi tegang dan khawatir terlihat di raut paruh bayanya. Meski ia sempat tidak mau tahu segala urusan Kenan, tapi tetap saja ia gelisah dengan keadaannya.“Dokter masih mengusahakan yang terbaik untuk keponakan Anda, Tuan. Tunggu saja.”Tuan Kris hanya diam, menganggukkan kepala. Ia tidak tahu kenapa Kenan malah mengalami hal seperti ini. Harusnya pria itu bisa menjalani kehidupan keduanya ini dengan lebih baik. Namun, dia sendiri malah merusak kesempatan itu.Selang beberapa jam kemudian, Tuan Kris sudah berada di sebuah ruangan. Ada seorang pria mengenakan jas putih sedang duduk di depannya.“Bagaimana Kenan, Dok? Dia bisa tertolong, kan?”Dokter paruh baya itu mengangguk sambil terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status