Share

3. Turuti Saja Semua Ucapanku!

Author: Lefayesme
last update Huling Na-update: 2024-05-31 18:39:27

“Pastikan kau tidak mengacaunya, Lilly!” desis Jayde, sembari membuka pintu mobil untuk Lillian.

Hah! Lillian seharusnya tidak perlu tercengang dengan duality dari Jayde. Pria itu selalu mudah untuk memainkan peran di depan banyak orang. Sebelumnya tak menjadi masalah bagi Lillian. Ia bahkan menikmatinya, menerima semua sikap lembut Jayde walaupun hanya di saat acara tertentu.

Namun tidak untuk saat ini. Ia sudah muak! Bahkan untuk menatap mata pria itu saja terasa berat.

Dengan enggan, Lillian menyelipkan tangannya di lengan Jayde. Sedikit melirik ke samping, ia bisa melihat wajah angkuh Jayde yang membuatnya secara refleks ingin menarik tangannya. Namun tentu saja, hal itu dicegah Jayde.

“Sudah kubilang jangan mengacaukan acara ini!” Jayde berbisik dengan penuh penekanan.

Damn! Lillian tidak bisa berkutik. Ia tahu acara ini sangat penting untuk perusahaan Jayde. Gala Dinner yang menjadi ajang negosiasi banyak proyek besar. Semua manusia manipulatif berkumpul, memasang topeng terbaik, dan bersiap-siap untuk saling menusuk dari belakang.

Welcome to the party, Mr. and Mrs. Foster!”

Sekretaris Jayde menyapa mereka di pintu masuk. Memberikan jalan, dan mengantar mereka pada beberapa klien yang telah menunggu kedatangan Jayde. 

“Ingat, jangan membuat masalah,” bisik Jayde lagi.

Lillian memutar kedua bola matanya, terlihat malas dengan sorot protes yang sengaja ia tunjukkan. “Aku bukan anak kecil yang harus kau ingatkan setiap menit, Jay! Do your own business, aku akan diam tanpa mengacaunya.”

Jayde tampaknya tidak puas dengan jawaban Lillian. Jelas sekali bukan itu yang poin penting yang dari tadi coba ditekankan oleh pria tersebut. Sedikit merunduk, Jayde kembali berbisik, tepat di depan telinga Lillian. 

“Bersikaplah sebagai istri yang baik, sama seperti acara-acara sebelumnya.”

Lillian menyeringai. Sengatan kegembiraan yang dulu selalu ia rasakan ketika Jayde berbisik hal seperti itu, kini telah hilang. “Jangan berharap lebih, Jay. Aku bukan bonekamu lagi!”

Jayde mencengkeram tangan Lillian, tak peduli wanita itu sedikit merintih karenanya. Tatapannya terhunus tajam, berusaha menyayat keberanian yang datang tiba-tiba dari istrinya tersebut. “I warning you, Lilly! Kau akan menyesal jika melakukan hal yang merugikanku saat ini.”

Hah! Apakah Lillian peduli? Jelas tidak!

Merasa bahwa pembicaraan mereka telah selesai, Jayde membawa Lillian untuk mendekat pada klien yang dari tadi telah menunggu mereka. Sapaan formalitas telah dilakukan wanita itu dengan sangat baik. 

“Maaf, bolehkah saya permisi sebentar? Ada hal yang harus saya lakukan, silakan mengobrol dengan nyaman bersama suami saya.” 

Jayde menoleh, menyipitkan kedua matanya. Beberapa klien yang berhadapan dengan mereka tidak menyadari situasi yang terjadi. Mereka hanya melihat kedua pasangan muda yang saling bertatapan dengan senyuman merekah. Tampak sangat serasi, dan menjadi pasangan ikonik dari dua tahun yang lalu. 

Dengan kata lain, sempurna. 

Tunggu saja jika sebentar lagi semuanya akan terungkap. Lillian merasa tidak bisa menyembunyikan seringainya saat membayangkan pengusaha muda paling berpengaruh memiliki hubungan gelap dengan seorang model ternama. 

Bahkan, sang model itu juga hadir di ruangan ini. Sedang menatap mereka dengan tatapan penuh emosi. Lillian melenggang begitu saja dengan satu senyum tipis yang sengaja ia tujukan langsung pada Rosalee–sang model kesayangan suaminya.

Lillian sedikit penasaran, kenapa Rosalee juga berada di acara ini. Ini adalah Gala Dinner untuk para pengusaha, bukan untuk seorang model yang bahkan tidak memiliki kemampuan otak di bidang ini. 

Ah, benar. Lillian hampir lupa. Satu-satunya kemampuan wanita itu adalah membuat suaminya tunduk. Ironis sekali.

“Menikmati pestanya?” 

Lillian menoleh, tak menyangka Rosalee berani menyapanya. Dilihat dari cara wanita itu menatap Lillian, jelas sekali saat ini ia merasa sedang di atas angin.

“Kau sendiri? Bukankah suasana di sini agak sedikit memberatkanmu?” Lillian  menyeringai, dengan tatapan tajam mengarah pada Rosalee.

Lillian bisa melihat rahang tipis Rosalee yang mengetat. Itu bukan sebuah hinaan, tapi ada kalanya ia harus menampar sedikit jalang tak tahu diri dengan sebuah kenyataan. Sudah cukup selama ini ia menjadi protagonis tertindas yang bisa mereka injak seenaknya. Kali ini, wanita lemah itu telah memiliki keberanian untuk keluar dari sangkar.

“Aku tahu kau sedang membuatku kesal, Lilly.” Rosalee mencoba untuk membuat nada bicaranya setenang mungkin. “Tapi, aku tidak akan kesal hanya dengan kalimat seperti itu.”

Lillian mengambil satu gelas wine, lalu menggoyangkan untuk mengurai aroma sebelum menyesapnya perlahan. “Ah, aku yakin wine ini dibuat dengan sangat baik. Anggur merah terbaik, pengolahan profesional, dan juga suhu ruang penyimpanan yang sempurna. Apakah kau tahu korelasi dari semua hal yang aku sebutkan tadi dengan posisi kita, Rosalee?”

Wajah Rosalee mulai memerah. Pada kenyataannya, dari sisi value diri saja ia kalah jauh dengan Lillian. Keluarga, pendidikan, kekayaan, semuanya jauh di bawah Lillian. “Setidaknya Jay lebih memilihku daripada kau, Lilly!” 

Lillian menoleh perlahan, menyunggingkan senyum terbaiknya. “Benarkah? Kurasa, pria itu hanya sedang menghinamu secara halus dengan mengajakmu ke sini. Lihatlah, seorang super model bahkan tidak ada yang melirik. Dengan kata lain, kau tidak penting di sini.”

Lillian meletakkan gelas wine-nya di atas nampan waitress yang baru saja melintas. Kemudian, ia kembali menatap Rosalee tajam. “Ah, satu lagi, Rosalee. Aku tidak suka kau memanggilku Lilly. Kita bahkan tidak sedekat itu.”

Bersamaan dengan itu, Jayde menghampiri keduanya. Lillian bisa melihat wajah Rosalee yang berharap bahwa prianya itu akan menyapa, atau mungkin memeluk dengan kecupan lembut di bibir. 

“Sudah kubilang jangan pergi dari sisiku, Lilly. Ayo kita kembali. Mereka ingin berbicara denganmu mengenai proyek terbaru.” Jayde melingkarkan tangannya di pinggang Lillian, tanpa menyapa pada Rosalee.

“Oh, sure!” Lillian yang tadinya enggan untuk terlibat dalam kepentingan Jayde malam ini, pada akhirnya terpaksa untuk mengikuti permainan sekali lagi karena ingin sekali menyerang Rosalee.

Beberapa langkah dari posisi Rosalee berdiri, Lillian mendengus. “Lepaskan tanganmu dari pinggangku, Jay!”

“Diamlah, Lilly! Aku tahu kau sedang membuat kesal Rosalee tadi, jadi kau turuti saja ucapanku saat ini atau kau akan menanggung akibatnya!”

***

Jayde membanting pintu rumah saat keduanya kembali dari Gala Dinner yang melelahkan. Lillian sudah jelas memahami kenapa pria tersebut bersikap seperti itu. Sepanjang acara, Jayde berusaha untuk bersikap baik, tapi tak sedikit pun Lillian membalasnya.

“Kau tahu apa yang kau lakukan tadi, Lilly?!” bentak Jayde, saat Lillian masuk ke dalam kamar.

Lillian tak langsung menjawab. Ia mendekat, menatap penuh kebencian pada Jayde. “Bukankah seharusnya aku yang mengatakan pertanyaan itu, Jay?? Buat apa kau mengundang Rosalee ke acara tadi?!”

Tatapan Jayde terlihat semakin menantang. Sebelah tangannya mencengkram rahang Lillian kencang, satu hal yang sering ia lakukan saat sedang berdebat dengan Lillian. “Sudah jelas karena dia wanitaku! Masih perlu dipertanyakan?!”

“Kalau begitu, kita bercerai saja! Setelahnya, kau bebas mengenalkan pada seluruh dunia bahwa Rosalee adalah wanitamu!”

Satu tamparan kencang mendarat di pipi Lillian. “Sudah kubilang untuk tidak menyinggung masalah perceraian lagi, Lilly! Sampai kapan pun kita tidak akan pernah bercerai!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kinanty Prihasto
kdrt pula,ah lilli,langsung pergi saja
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   46. Epilog: Semua Berakhir Pada Tempatnya

    Epilog.Langit pagi itu biru bersih, seperti kain sutra yang baru dibentangkan. Tak ada awan, tak ada angin kencang. Hanya sinar matahari lembut yang menyinari taman belakang rumah keluarga Waverly, tempat semuanya dimulai… dan kini dimulai kembali.Tenda putih sederhana berdiri anggun di bawah pohon mapel tua yang kini rimbun. Meja-meja kecil dihiasi rangkaian bunga segar buatan tangan Rexy sendiri—kombinasi mawar putih, baby breath, eucalyptus, dan lavender. Aroma lembut itu memenuhi udara, menenangkan siapa pun yang menghirupnya.Lillian berdiri di ruang belakang rumah, mengenakan gaun yang telah dicoba dengan Rexy waktu itu. Tidak ada ekor panjang. Hanya veil tipis yang jatuh dari sanggul kepang rendah, dan senyuman di wajahnya.Rexy muncul dari pintu, mengelus lengan sahabatnya. “Kau siap?”Lillian mengangguk. “Lebih dari siap.”***Di taman, Noam berdiri di bawah lengkungan bunga yang dibentuk dari ranting kering dan bunga musim semi. Jasnya hitamnya tampak gagah, dasinya lembut

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   45. Perpisahan

    Sudah hampir dua bulan sejak Lillian kembali memegang kendali W&B Group. Namun pikirannya kini tak lagi dipenuhi laporan keuangan dan rapat strategis.Pikirannya dipenuhi bunga lavender, kartu undangan berwarna krem, dan lagu jazz yang dimainkan lembut saat mencoba gaun di ruang belakang toko bunga miliknya.“Berbalik sedikit. Ya, tahan. Jangan bergerak dulu,” perintah Rexy sambil menggigit ujung pensil. “Kau terlihat seperti... hmm, bukan CEO. Tapi calon istri yang deg-degan dan pura-pura tenang.”Lillian tertawa. “Karena memang aku sedang deg-degan. Tapi bukan karena takut menikah. Aku hanya belum percaya akhirnya semua ini benar-benar terjadi.”Gaun yang ia kenakan bukan hasil rancangan rumah mode besar. Itu buatan lokal, ringan, dan lembut. Tidak ada mutiara berlebihan, tidak ada renda dramatis. Hanya pita satin di pinggang dan kain yang jatuh elegan di pergelangan kaki. Seperti dirinya yang sekarang—tenang, sederhana, tapi penuh isi.“Aku suka versi Lillian yang ini,” komentar Re

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   44. Menata Ulang Dunia

    Lillian berdiri di depan pintu kaca besar bertuliskan W&B Group. Beberapa waktu lalu, ia berjalan keluar dari gedung ini dengan reputasi yang tercabik dan nama keluarga yang dihancurkan. Kini, ia kembali—tidak untuk membalas dendam, tapi untuk mengambil kembali apa yang memang miliknya.Ketika pintu terbuka otomatis, semua mata langsung tertuju padanya.Beberapa karyawan tertegun, beberapa lainnya saling berbisik. Namun tak satu pun yang berani mengabaikannya. Ia melangkah dengan langkah tenang dan penuh kendali, mengenakan setelan warna batu safir dengan rambut terikat rapi. Di sisinya, Noam berjalan dalam diam, menyapukan pandangan teduh ke seluruh ruangan. Ia tak lagi sekadar sahabat atau kekasih. Hari itu, Noam adalah penopang dari seorang wanita yang kembali ke tahtanya.Mereka disambut oleh kepala sekretariat dan dua asisten pribadi baru yang dulu dipilih Jayde. Semuanya gugup saat berhadapan dengan Lillian.“Selamat datang kembali, Nona Waverly,” ucap salah satunya dengan nada

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   43. Perpisahan

    Kantor pusat W&B Group, lantai dua puluh sembilan, masih terasa asing bagi Lillian meski dulu ia sering berada di sana. Gedung kaca megah itu berdiri kokoh di tengah distrik pusat bisnis, dengan logo emas di lobi utama yang kini kembali memuat namanya sebagai pemilik sah.Langkah Lillian bergema di lorong kosong, lantai marmer di bawah sepatunya memantulkan bayangan yang terlihat jauh lebih tegak dari sebelumnya. Tidak lagi rapuh. Tidak lagi tunduk.Ia berhenti di depan sebuah pintu dengan pelat nama yang dulunya mencantumkan Jayde Foster – CEO.Pintu itu terbuka tanpa perlu diketuk. Sudah menunggunya.Jayde berdiri di sana, berdiri di depan jendela besar yang menghadap kota, punggungnya membentuk siluet gelap di antara cahaya senja. Matanya memandang jauh, seolah mencari sesuatu yang telah lama hilang dari hidupnya.“Masuklah,” ucap Jayde tanpa menoleh.Lillian melangkah masuk. Suasana di ruangan itu begitu hening, hampir seperti ruangan seorang biarawan yang telah menanggalkan segal

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   42. Semua Sudah Selesai

    Tiga hari setelah rekaman itu diserahkan, kantor polisi penuh dengan kesibukan yang tidak biasa. Wartawan sudah mulai berkeliaran, memburu kabar besar yang bocor dari dalam instansi hukum—seorang model papan atas terlibat dalam kasus pembunuhan.Lillian duduk di ruang tunggu, jari-jarinya memainkan lengan bajunya dengan gelisah. Meski suhu ruangan cukup hangat, ia merasa dingin hingga ke tulang. Di hadapannya, seorang penyidik baru saja selesai memanggil nama Rosalee Harper untuk dimintai keterangan lanjutan.“Sudah dua jam,” gumam Noam, duduk di sebelahnya. Ia telah menyentuh pundak Lillian beberapa kali, menawarkan kenyamanan, namun Lillian tetap kaku dalam diam.“Aku harus melihatnya,” ucap Lillian tiba-tiba. Suaranya lirih, tapi jelas.Noam menoleh. “Lilly… kau yakin? Kau tidak harus—”“Aku harus menatap matanya dan memastikan dia tahu… bahwa aku tahu,” sahutnya. “Aku ingin dia mendengarnya dariku. Aku ingin dia tahu bahwa wajah terakhir yang akan terus menghantuinya adalah wajah

  • Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya, Suamiku   41. Harga Sebuah Kebenaran

    Ruangan itu terlalu sunyi.Sunyi yang tidak nyaman. Sunyi yang menyesakkan.Lillian duduk kaku di tepi sofa panjang berlapis kulit, dengan jari-jari tangan yang saling menggenggam erat. Ia bahkan tidak menyadari kuku-kukunya menekan permukaan kulitnya sendiri, meninggalkan bekas putih yang samar. Di sampingnya, Noam duduk setia, tidak berkata sepatah kata pun. Ia tahu betul, ada waktu-waktu di mana kehadiran dan keheningan lebih berarti daripada kata-kata.Seberang mereka, meja kaca dengan bingkai kayu walnut menopang berkas-berkas resmi dan sebuah flashdisk hitam kecil—tak tampak penting, tapi nyatanya menyimpan pengakuan yang bisa membakar hidup seseorang hingga jadi abu.“Rekaman ini dikirim langsung oleh Tuan Jayde Foster,” ujar pengacara mereka dengan suara hati-hati, “melalui pengacaranya, bersamaan dengan surat pernyataan dan pernyataan saksi. Sudah kami simpan salinan digital dan menyerahkannya ke penyidik.”Lillian menatap benda mungil itu seolah bisa meledak kapan saja. Sat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status