Pernikahan Yang Dipaksakan
Di sebuah rumah mewah, di bilangan Pondok Indah, Tante Anita menantikan kabar anak semata wayangnya. Ia telah membiasakan diri tidak sering menelfon anaknya, terutama saat weekend. Ia menghormati privasi anaknya yang telah dewasa.
Hari itu, Sabtu siang, waktu terus berjalan. Makin lama, makin sore. Tante Anita mencoba memberanikan diri menelpon calon menantunya, menanyai keberadaan anaknya, Refan.
“Olive, apa kabar, Nak? Kamu masih sama Refan?”
“Oh...enggak, Tante. Saya juga nunggu kabar Refan sedari tadi malam. Kami ada rencana ke Bali liburan akhir pekan. Saya pikir bakal disamperin di kantor. Enggak tahunya, sampai hampir jam 21.00 malam, Refan malah suruh saya nunggu di kos-an, Tante. Pikir saya jadi liburan, Tante. Padahal saya udah packing. Enggak tahunya, nggak ada kabar sampai sekarang. Dan saya pun nggak berani ganggu privasi dia” jelas Olive.
“Oh gitu ya, Nak. Coba Mama telfon dia,’’jelas perempuan berambut putih perak itu mengakhiri panggilan telefon ke calon menantunya.
Saat menelfon anaknya, ibu berusia 60 –an itu digusarkan ponsel anaknya tak ada nada dering. Ia akhirnya memutuskan meninggalkan pesan suara di WhattsApp Refan.
Namun, anaknya baru menyalakan Hpnya, esok hari, minggu sore. Refan mengabari Mamanya bahwa ia masih di tempat atasannya, Jason, sampai malam ini. Besok sore usai jam kantor, Ia akan pulang.
“Ok, Nak. Mama sampai panik. Kok kamu nggak ada kabar. Lain kali jangan bikin mama susah tidur mikirin kamu, ya?”pinta Tante Anita mendisiplinkan anaknya.
Olive juga mendapati tunangannya baru menelfonnya minggu sore. Dengan penjelasan yang sama seperti yang Refan sampaikan ke mamanya. Refan meminta maaf telah membatalkan rencana kencan mereka tanpa pemberitahuan. Ia minta pengertian Olive, lantaran bosnya masih suka menyuruh dia untuk ke rumahnya, mendiskusikan beberapa proyek. Pria cendekia ini mulai mengembangkan skill baru, bersilat kata, mendulang dusta.
###
Saat dokter meninggalkan ruangan, ia kembali termenung memikirkan perhatian tulus dara cantik yang baru saja menyentuh hatinya. Perlahan, ia merasakan sesuatu dari pertemuan singkatnya dengan si coklat hitam manis, Rita. Apakah ini cinta, entah apakah karena keduanya memikirkan pertemuan itu, sehingga kontak batinpun terjalin.
Perkenalan Rita dan Refan unik. Menciptakan sebuah magnet cinta yang medan magnetnya terbentuk karena yang tersentuh merasakan ada sesuatu yang beda dengan perempuan ini. Sedangkan Rita merasa dijebak oleh tempat dia kerja dengan skenario settingan ini.
Ia merasakan ketulusannya diakui customer menyebabkan relasi berlanjut. Sebuah pendekatan yang baik terhadap customer. Namun bagi Refan, Rita telah masuk ke dalam kehiduan pribadinya.
Mestinya, keduanya tidak seharusnya melanjutkan hubungan itu lebih jauh. Terutama karena Refan telah terikat pertunangan. Bahkan jadwal tanggal pernikahan telah ditetapkan.
Refan sering menghubungi Rita, bikin janji temu saat ia menemani atasannya kembali ke club malam tempat Rita bekerja. Keduanya sering bercengkerama di club itu.
Kedekatan mereka mencapai batas titik kritis yang bisa ditoleransi untuk seseorang yang berkomitmen menikahi tunangan. Refan tertarik menjajal service ranjang, terpicu oleh perlakuan ekstra Rita di malam saat ia sekarat.
Ia akui perempuan ini punya daya tarik lebih. Setelah sekali mencicipi Rita, ia merasakan perempuan ini mahir di ranjang. Refan keterusan membookingnya untuk chek in short time di hotel, selepas jam kerja. Namun, buat Rita itu memang bagian dari pekerjaannya.
Di matanya, pelayanannya ke Refan tak lebih dari meraup efisiensi. Satu customer, dia dapat double job. Selain sebagai penari club, juga terima bookingan tidur dan teman clubbing. Itu tak lebih dari sekedar mengumpulkan receh. Mau tahu, apa kiat sukses Rita menggaet Refan? Rita yang binal karena pengaruh narkoba sabu, memperdaya Refan yang dilanda mabok martell.
“Sayang...., ah....ehmm,”Rita merintih lembut, menyambut desakan gusar yang meringsek di langit-langit goa kenikmatannya. Saat dada ranum Rita menggantung, Refan tak tahan untuk terus meremas dan kemudian mengulum ranumnya. Sejak malam beranjak sunyi, hingga pagi menepi, keduanya seakan tiada lelah mereguk nikmatnya, lagi dan lagi.
‘’Sweety, kita ganti posisi ya, aku mau kita di depan kaca itu. Aku sangat menikmati keindahanmu,’’pinta Refan meminta doggy style. Mahir memerankannya, Rita menyambut desakan tubuh Refan dengan lenguhan panjang, “Oh......, yeah...hmm, oh.., oh..., oh..,” yang memompa adrenalin Refan untuk mendorongnya terus dan terus seakan menembus batas.
Unforgetable touch and desire, sentuhan dengan gairah yang tak terlupakan. Energi Rita meluap, bak kuda binal. Bagi Refan, Rita sanggup menservice-nya semalam suntuk hingga pagi menjelang dengan goyang Kerawang. Service ranjang Rita, bikin Refan menggelinjang ketagihan. Rintihan nikmat Rita, bak air sejuk yang disiramkan di pusat dahaga Refan yang selama ini dilanda kekeringan panjang. Keduanya sama-sama menikmati hingga ke langit ketujuh.
Seperti sihir, pilinan syahwat Rita membelai pria terpelajar itu di luar nalar. Dahaga panjang Refan dipicu pengaruh mabok Martell oplosan ekstasi tanpa sepengetahuannya. Rita mencampurkan ekstasi ke dalam sloki Martel yang disodorkannya malam itu. Kadar hormon dopamin dan serotonin di otak Refan mencapai titik optimum lantaran rekayasa kimia oplosan bahan adiktif di dalam minuman beralkohol.
Malam minggu menjadi ritual Refan beradu syahwat. Suguhan Rita dahsyat, melebihi pekerja malam lainnya yang berbekal susuk, bedak isian dan ritual jampe. Rita menyuguhkan sajian coctail buah birahinya di bawah pengaruh narkoba sabu jenis madu yang membuatnya tampil prima dengan stamina steady semalaman sampai pagi.
Dia bukan pelayan short time. Dia dikenal di kalangan pelanggannya melayani bookingan LT (istilah di dunia prostitusi untuk service long time 6 hingga 8 jam) berhari-hari, dengan tipe pelanggan awet. Bahkan ia sanggup 18 jam LT sehari semalam non stop. Hanya istirahat tiga jam setelah efek ekstasi habis, ia akan melanjutkannya dengan nyabu. Rita juga menyuguhkan sabu kepada pelanggannya, membuat mereka lengket menginginkan lagi dan lagi.
###
Sejak mengenal Rita, Refan tak lagi punya jadwal kencan malam minggu dengan tunangannya. Karena pasti ia lebih memilih kedok demi karir, menemani Jason atasannya. Refan memilih tawaran kencan yang lebih menggairahkan.
Olive mencoba memahami kesibukan tunangannya dengan mentoleransi jadwal kencannya yang tak kunjung terwujud. Meski janji-janji baru dilontarkan, dijadwalkan dan pembatalan selalu menjadi endingnya, Rita masih mentoleransi itu demi karir calon suaminya.
Pikirnya, jika karir suaminya menanjak, yang hidup enak pun, toh, dia juga. Meski berat hati dan terus memikirkannya bak teka-teki, kenapa gaya berpacaran dan komunikasi mereka tak lagi dekat dan sehat. Juga mengapa kesibukan Refan terus bertambah.
Meski galau memuncak, Olive mencoba memakluminya. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, tunangan ilang kemudian.
“Hah? Enggak lah, Gus! Bisa-bisanya melesetin pepatah orang tua,’’Tukas Olive mematahkan candaan Tubagus, yang menggiringnya agar memupuk curiga. Mereka pernah dekat seperti sahabat, saat dahulu di masa kuliah, makanya Tubagus tak segan menasehati.
Tubagus mengingatkan ex sahabatnya ini, agar tetap waras meski telah menyandang status tunangan, mewaspadai kondisi-kondisi aneh yang tengah terjadi. Meski pura-pura cuek, hati kecil Olive sangat menghargai nasihat ex sahabatnya ini.
Terkadang ia berpikir, kenapa kekhawatirannya terbaca oleh Tubagus. Sadar atau setengah sadar, Olive membenarkan semua candaan Tubagus. Mendekati hari pernikahannya, Olive galau. Kerenggangan hubungan sedang berlangsung. Namun, ia mengukur optimisme saat mengantongi status 'telah menjadi tunangan', di hari-hari mendekati pernikahan.
Menambah masa pengenalan setahun lagi setelah bertunangan, kelihatannya cukup. Sampai hari yang telah ditetapkan dan tidak ada pembatalan, Olive yakin itu artinya ia berjodoh dengan Refan.
Pernikahan Olive dan Refan, akhirnya berlangsung juga, tanggal 27, bulan April tahun berjalan. Sebuah pernikahan yang hambar. Dilakoni seolah karena keterpaksaan. Karena terlanjur bikin undangan. Kasihan kalau dibatalkan. Pasangan ideal yang sepadan. Atau bahkan orang tua rindu momongan. Itu sederet alasan yang diakui Olive mengalasi perhelatan pernikahan mereka.
Semoga ini bukan pernikahan sandiwara, seperti dibisikkan Tubagus saat menyalaminya sambil bercanda dalam pamitan para tamu undangan dan mempelai, Minggu lalu tanggal 27 di bulan April.
Perlawanan Sayap Patah, Suami Tertebus Sore itu cukup panas. Suhu udara Jakarta 28 derajat. Hangat tergolong panas. Namun, sore itu sangat sejuk buat Refan dan Olive. Sementara buat sebelas orang pengacara kuasa hukum pembela Refan, cuaca hari itu sangat segar menyemangati mereka. Detik-detik pelepasan klien mereka sedang berlangsung. Kemenangan mereka di depan mata. ‘’Selamat, Bapak Refan, buat prestasinya, luput dari jerat hukum,’’Kompol Agung menyalami Refan dengan sebuah senyuman. Refan membalas dengan senyuman asli, benar-benar tersenyum. ‘’Selamat, Pak Irawan. Sukses dalam tugas, ya, Pak?” Kompol Agung juga menyalami Ketua Tim Kuasa Hukum beranggotakan 10 orang pengacara ini. ‘’Terima kasih, Bapak Agung,’’balas Irawan. ‘’Saran dan masukan saya buat Bapak Refan dan juga 11 orang kuasa hukumnya. Barangkali bisa disampaikan ke khalayak yang lain. Tapi secara khusus siang ini saya pesan buat Bapak Refan. Bahwa jerat hukum narkoba itu sulit buat mengurainya, buat lepas dari itu.
Akhir dari Perang DinginIrawan dan Olive sedang mendiskusikan perihal keterkaitan keuangan suaminya dengan selingkuhannya. Namun, Irawan menggiring Olive agar ia memiliki strategi defensif yang lebih baik saat menghadapi suami yang berselingkuh. Irawan melihat Olive terlalu lembek menghadapi perselingkuhan suaminya. Sebagai akibatnya sangat fatal, kesehatan suaminya menjadi taruhan.‘’Saya punya klien orang-orang hebat sekelas Bapak Refan di habitat pekerjaannya masing-masing. Kasus pemakai narkoba. Kemiripannya sama. Mereka mengalami gangguan kejiwaan. Terlihat dari penjelasan keluarganya bahwa klien saya itu konsul ke dokter psikhiater. Umumnya mereka itu sama seperti Ibu, terlalu lembek, tidak mau sedikit galak. Akibatnya, racun narkoba masuk terus. Pemakaian narkoba jangka panjang bikin syaraf dan otak putus,’’ papar Irawan.‘’Bukannya Bapak pernah bilang, suami saya bukan sekedar dira
Pembuktian Dua Lacak Jejak TerakhirDari mana datangya lintah? Dari darat turun ke kali. Dari mana datangnya Rita? Dari diskotek turun ke kantor polisi. Ini peribahasa yang mencibir Refan sejak tadi. Ia mendengar seorang polisi berkelakar tentang perilaku selingkuhnya. Ia merasa sangat malu dan geram.Sepi kembali mencekam. Refan masih meniduri sofa panjang berlapis kain wool kuning. Berusaha tidur, namun ia gelisah. Dari terbaring, kembali berubah posisi ke duduk. Ia yakin Rita berada hanya berjarak beberapa meter dari gedung ini. Ia merasa sangat heran, kenapa kisah cinta yang ia tutup rapat seakan hanya dia dan iblis yang tahu, dipisahkan di tempat ini dengan cara ditelanjangi banyak pihak. Ketika rombongan pengacara, istri dan ibunya meninggalkannya di tempat itu seorang diri malam ini, ia merasakan lagi kesepian ini sebagai sebuah hukuman Tuhan. Sebuah karma. Jika bukan, tidak mungkin perasaan yang ia alami seperti ini.Ia mel
Harta Dalam Pernikahan dengan Mafia Narkoba, Disita Negara Refan adalah orang pertama yang kaget dan tidak bisa terima penjelasan itu. Namun ia menahan diri seolah tanpa ekspresi meski dalam batinnya marah, kecewa tak terperi. Yang jelas sedih mendengar hal itu adalah Olive. Ia berpikir, mulai malam ini ia beristirahat dari penat mengumpulkan data pembelaan untuk suaminya. Namun, Olive juga berusaha berwajah dingin seolah tak perlu bereaksi. Namun, yang wajahnya tak bisa dibohongi dan tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya adlah Tante Anita. ‘’Loh, kenapa?” Tanya Tante Anita. Irawan segera menghadap Kompol Agung dan membahas hal itu tidak di hadapan kliennya. Dari kejauhan terlihat Polisi dan Irawan terlibat negosiasi yang alot. Namun tak berapa lama kemudian, Irawan kembali ke ruangan di mana klien dan keluarganya sedang berkumpul. Tim kuasa hukum Refan berada di pihak yang diombang-ambingkan nasibnya. Di dalam hati s
Detik-Detik Penentuan ''Kutunggu Cinta.Apakah berpihak kepadaku. Ku meminta jawab saat ini.''Sebuah puisi yang dituliskan entah oleh siapa di sebuah brosur sekolah playgroup yang sengaja dimasukkan orang ke celah di bawah pintu unit apertemennya. Olive berterima kasih atas tanda alam yang dianugerahkan Tuhan lewat brosur ini. Ia meminggirkannya ke tong sampah. Brosur itu ia baca sesaat sebelum meninggalkan apartemennya, malam itu Waktu menunjukkan pukul 20.10. Langit Jakarta tak segelap rona hidup yang baru saja melewati rumah tangga Olive-Refan. Olive dan mertuanya sedang dalam perjalanan menuju BNN Cawang. Mercedes Benz S-Class Hitam bernomor polisi B 1988 RO itu memasuki jalan besar Gatot Subroto menuju arah Cawang. Mereka masih membahas perselingkuhan Refan dengan penari striptis mafia narkoba, Rita Anastasia ‘’Nak, kamu memang beda dibandingkan para istri kebanyakan. Ekspresi kamu itu melihat kelakuan anak Tant
Mencerna Sebuah Kehilangan Hari ini pertempuran wanita murahan Vs wanita rumahan sepertinya segera berakhir, Olive mencerna makna kehilangan. Ia menemukan kembali hati suaminya utuh, meski raganya babak belur. Suaminya lolos dari lubang maut jerat hukum cinta sang mafia narkoba, Rita Anastasia. Bisa maut service ranjang Rita Anastasia yang merasuk di tubuh Refan juga telah habis. Refan Mananta akhirnya menyadari ia meminum racun mut setiap hari. Namun bersyukur ia punya Tuhan yang memberi dia seorang penolong, istri yang baik budi. Irawan menghubungi istri kliennya, Olivia Mananta memberitahukan bahwa malam itu sekitar pukul 11. 00 dalam tiga jam ke depan suaminya akan dibebaskan BNN. Irawan meminta Olive agar menyiapkan penyambutan terbaik atas kemenangan suaminya melawan mafia narkoba yang menjeratnya dalam masalah besar ini. Olive sedang kelelahan beristrahat di rumah. Namun ia siaga dengan ponselnya kalau-kalau pengac
Titik Terang Olive merasakan kelelahannya memuncak hari ini. Ia berharap dua rekening bank ini adalah pencarian terakhirnya. Ia sungguh kecewa, ketika sampai di kantor Bank, itu Customer Service (CS) mengatakan akan tutup dalam satu jam ke depan dan tidak menerima permintaan pelayanan yang membutuhkan waktu tunggu cukup lama. Maka ia meminta kepada staf CS itu agar mengerjakan print out rekening bank suaminya esok hari. ‘’Jika Ibu bisa kerjakan selesai besok siang jam 12, saya ambil ke sini jam 12. Saya minta nomor ponselnya, boleh? Saya akan memberikan tips yang layak untuk kerja keras Ibu. Karena saya sadar, yang saya minta itu cetak buku rekening koran selama 5 tahun,’’jelas Olive ke staf CS Bank OCBC NISP Gedung wisma 46. Staf perempuan berambut panjang dengan bulu mata lentik itu langsung membelalakkan matanya, lalu tersenyum. ‘’Ibu sangat membutuhkan segera ya, Bu? Saya bisa kerjakan setelah ini. Berhubung i
Sesal Itu Pasti Belakangan Jam tangan menunjukkan Pukul 11.30. Olive bersiap meluncur ke BNN untuk membesuk suaminya. Namun sebelum berangkat ke sana, ia merasa perlu menghubungi pengacaranya.‘’Halo, selamat siang, Pak Irawan. Bapak sudah ketemu suami saya hari ini? Ada kabar apa, Bapak?” Tanya Olive saat menghubungi Irawan, siang itu.‘’Sudah, Ibu. Saya sudah ketemu beliau. Saya juga sudah menghadap Kepala Deputy IV BNN Pak Benny. Saya beritahukan kepada BNN, bahwa kuasa hukum Pak Refan sudah mendaftarkan praperadilan ke PN Selatan,’’‘’Terus itu reaksi BNN gimana, Pak?”‘’Ya, itu ancaman buat mereka. Itu akan menurunkan kredibilitas kinerja mereka. Karena kalau menang atau tidak di praperadilan, kita tetap akan laporkan kinerja institusi BNN ke Indonesia Police Watch. Terus bukan itu saja, kita akan laporkan juga ke lembaga PBB United Nations
Menghitung Hari Dag Dig Dug Hari keempat penangkapan Refan Mananta. Hari masih pagi. Olive tak jenak bekerja. Sebentar-sebentar ia melihat jam. Ia ingin jam cepat menunuju 11.30, dia harus mengunjungi suaminya. Saat ini baru jam 09.00. Lalu ia pergi menuju ruangan Tubagus, seperti biasa ingin minta saran dan masukan. Ia melihat Tubagus berada di kabin server IT, maka ia tak berani mengganggu. Namun karena telah satu jam Tubagus tak kunjung nongol ke luar kabin, maka ia memberanikan diri masuk ke ruangan Tubagus. ‘’Gus....Gus....Lagi sibuk ya, Gus?” ‘’Hem...kenapa, Non?’’ Tubagus mencondongkan kepala ke luar kabin. ‘’Aku duduk di sini aja boleh ya, Gus? Aku ganggu kamu sehari ini, boleh? Mau ngomongin itu tuh?” ‘’Boleh....Tapi aku di sini, ya Non? Soalnya ini sedikit lagi kelar. Paling setengah jam,’’jelas Bagus. ‘’Ok, makasih, Gus,’’jawab Olive. ‘’Udah, kamu sambil cerita, aku dengerin,’’Jawab Tu