Share

Jadilah Budakku!

5.

Asha masih duduk di tempatnya dan tak bergerak sedikit pun, tatapannya kosong.

Dia dipecat dari perusahaan ini? Tidak, tidak bisa. Ini tidak adil!

Bukankah tadi malam dia mabuk berat dan tak ingat apa pun? Seharusnya Zion yang masih sadar bisa mencegah hal itu, bukan?

Asha berdiri sambil menggelengkan kepalanya, menolak untuk pergi dari ruangan Zion.

"Tidak mau. Saya menolak dipecat dari sini, Tuan Muda."

"Bosnya itu aku atau kamu?" balas Zion, lebih tegas.

"Meskipun begitu, saya tetap tidak mau!" tolak Asha, kembali menggeleng.

Zion menarik napas panjang, tiba-tiba menyesal kenapa tadi tidak menyerahkan masalah ini kepada Axel saja.

Ini karena Zion yang ingin melihat sekali lagi wajah perempuan yang semalam menggodanya sampai mereka bergelut di atas ranjang dengan menggila.

Dan kini dia menyesal, tak menyangka jika urusannya jadi rumit seperti ini.

Asha menolak dipecat, karena merasa alasan pemecatannya tidak adil. Sedangkan Zion pun sebenarnya menyesal telah mengatakan akan memecatnya, tapi terlalu gengsi untuk mengakui.

Asha terlihat tak mau mundur sampai Zion menarik kembali ucapannya, sehingga Zion yang kini duduk dengan kedua tangan terlipat di dada, memandang wanita itu dengan ekspresi malas.

"Kamu sudah membuat aku tidak nyaman. Jadi sudah hak aku memecatmu dari perusahaan ini, dong. Kamu tahu peraturannya, 'kan? Siapa saja yang membuat aku tidak nyaman harus hengkang dari sini."

Meski tahu dengan sangat jelas peraturan tak tertulis itu, Asha tetap bersikeras tidak mau dipecat, lebih baik mati jika harus dikeluarkan dari perusahaan ini.

Zico, kekasihnya, bisa marah besar!

"Tapi ini tidak adil, Tuan Muda! Saya kan tadi malam mabuk, tidak ada hukum bagi orang mabuk!" elaknya.

"Memangnya salahku saat kamu minum terlalu banyak? Aku bahkan sudah berbaik hati hendak membawamu pulang, tapi apa? Kamu malah menggodaku sehingga terjadilah hal seperti tadi malam," jawab Zion dengan acuh tak acuh.

Asha tak sanggup berkata-kata, tadi malam benar-benar malam yang penuh bencana.

Dia lagi-lagi bertengkar dengan Zico, kekasihnya yang seorang penyanyi terkenal, karena Zico yang untuk kesekian kalinya membatalkan jadwal kencan mereka.

Jadilah di pesta kantor dalam rangka penyambutan Zion sebagai bos baru mereka—meski Zion sudah beberapa bulan menjadi bos di sini—Asha melampiaskan kekecewaannya dengan minum bir yang sangat banyak sampai dia tak sadarkan diri.

Dia bahkan tak sadar jika Zion yang kasihan, mencoba memberi dirinya tumpangan pulang.

Saking mabuknya sampai Asha tak ingat apa pun.

Dia begitu terkejut saat bangun di pagi hari dan melihat pakaiannya berserakan di lantai, sambil memeluk seorang pria yang paling dia takuti di kantor ini.

Bos mereka.

Zion Oliver.

Bos paling perfeksionis dan tak punya keringanan sedikit pun dalam masalah pekerjaan sehingga teman-teman Asha menjulukinya sebagai malaikat maut.

Tidak ada yang berani menentang karena Zion adalah putra tunggal pemilik perusahaan besar di bidang jasa ini.

Asha kini hanya bisa berdiri linglung, tak mampu berpikir apa pun.

Zion yang merasa terganggu dengan kehadiran Asha dalam ruangannya karena masih sebal dengan ucapan Asha yang mengaku bercinta dengannya karena menganggap Zion kekasihnya, menatap wanita itu dengan tatapan malas.

"Aaah, sudah, sudah, pergi sana. Waktuku jadi terbuang sia-sia karena kamu. Axel akan mengurus semuanya, aku juga akan memberimu pesangon yang pantas. Jadi, cepat keluar."

Zion sekali lagi menunjuk ke arah pintu sebagai isyarat agar Asha segera keluar.

Asha tahu betul jika bosnya ini paling tidak suka mengulangi perkataan sebanyak dua kali, tapi kali ini Asha tetap tidak berpindah dari duduknya.

"Ashalina Adsilla, jangan membuat aku sampai mengulangi ucapan sebanyak tiga kali."

Asha mendongak, memandang bosnya dengan putus asa.

"Aku memecatmu agar kita nyaman satu sama lain. Tenang saja, aku tidak akan memberikan ulasan negatif dalam resume-mu, jadi pergilah. Aku harap kamu menemukan perusahaan baru yang lebih baik."

Zion sudah cukup memberi toleransi untuk Asha, mengingat bagaimana panasnya hubungan mereka tadi malam.

Namun, keputusan Zion yang menurutnya sudah sangat murah hati tersebut tidak dianggap seperti itu oleh Asha.

Zico akan meninggalkan dirinya jika dia dikeluarkan dari perusahaan ini!

Memiliki kekasih yang menjadi salah satu pegawai tetap di perusahaan Zigaz, perusahaan milik Zion, adalah mimpi besar Zico.

Itulah kenapa, meski dulu Asha lebih suka bekerja freelance, demi menyenangkan hati sang kekasih, dia sampai rela terseok-seok meniti karir di perusahaan ini.

Lalu, sekarang Zion memecatnya?

Ini tidak bisa diterima!

Asha sangat takut Zico yang mempunyai puluhan juta fans di dalam dan luar negeri itu akan meninggalkan dirinya karena sudah bukan pegawai tetap perusahaan Zigaz lagi!

Lalu entah dari mana Asha mendapatkan keberanian, dia berdiri dan berjalan mendatangi Zion, jatuh terduduk di bawah kakinya.

"Tuan muda, saya mohon, jangan pecat saya! Kalau Anda merasa tidak nyaman melihat wajah saya karena kejadian tadi malam, saya akan berusaha semaksimal mungkin tidak pernah bertatap muka dengan Anda. Tapi tolong, tolong jangan pecat saya. Saja bisa mati, Tuan Muda."

Asha memohon dengan suara menghiba.

Meski Zico sering membohonginya, atau membatalkan kencan sesuka hati seperti kemarin, Asha tak bisa membayangkan jika harus berpisah dengan Zico, kekasihnya sejak SMA.

"Tidak, jangan lebay. Kamu tidak akan mati hanya karena ku pecat. Aku memberimu tunjangan yang layak dan tidak akan habis sampai kamu menemukan perusahaan baru, jangan mengada-ada dan cepat pergi dari sini, serahkan id card pegawai kepada Axel di luar," perintah Zion mengusir Asha sekali lagi dari ruangannya.

"Bukan seperti itu maksud saya, Tuan muda. Itu... Dalam artian lain."

Zion melambaikan tangan tanda tak peduli.

"Aku tidak ingin mendengarkan omong kosongmu lagi. Cepat keluar sebelum aku panggil Axel!"

Asha buru-buru memegang tangan Zion dengan tatapan menghiba.

"Tuan muda, saya benar-benar butuh identitas sebagai pegawai di sini. Tolong jangan pecat saya, saya bersedia melakukan apa pun selama Anda tidak memecat saya. Saya mohon berikan saya kesempatan satu kali lagi."

"Bagaimana maksudmu? Kau berani mengajak aku bernegosiasi?"

Kening Zion berkerut dengan satu tangan menyingkirkan cengkeraman Asha dari lengannya.

"Tuan muda, pekerjaan ini sangat penting bagi saya. Sungguh," rengek Asha seperti sudah hampir menangis.

"Aku tidak peduli."

"Saya bersedia melakukan apa pun! Saya mau jadi babu Anda, tukang gosok sepatu Anda, apa pun! Tapi tolong jangan pecat saya!"

"Kamu ini kenapa, sih? Perusahaan ini bukan yang paling baik, kamu bisa menemukan banyak perusahaan yang bagus di luar sana meski levelnya tidak sama dengan Zigaz."

"Tidak mau. Saya tidak mau keluar dari sini jika Anda tetap hendak memecat saya."

"Kamu ini lupa siapa yang jadi bos nya di sini?"

"Saya mohon, Tuan muda! Saya bersedia melakukan apa pun demi mempertahankan pekerjaan ini!, sungguh!"

Asha memohon-mohon bahkan sampai memeluk kaki Zion demi mendapatkan kesempatan kedua.

Zion yang tiba-tiba merasa lelah berdebat dengan Asha, akhirnya hanya bisa menghela napas dalam-dalam.

"Haaah, kamu ini membuat aku sakit kepala saja. Baiklah, baiklah."

"Jadi saya ... saya tidak dipecat??"

Mata Asha seketika berbinar cerah.

Sang bos memberi dia kesempatan kedua? Ini seperti sebuah mukjizat!

"Jadi babuku sebulan," tegas Zion, kesal.

Dia asal saja saat menyebutkan syarat tersebut, tapi tak menyangka jika Asha langsung menyetujuinya.

"Tidak masalah. Saya bersedia melakukan hal itu dengan senang hati, Tuan muda. Terima kasih atas kemurahan hati Anda. Terima kasih," jawab Asha sembari mengangguk tanpa ragu.

"Ingat, saat menjadi babuku, kamu tidak boleh protes sedikit pun, dan aku tidak menoleransi keterlambatan. Kamu harus datang, kapan pun aku memanggil. Apakah kamu sanggup menerima persyaratan ini atau lebih memilih kupecat?"

"Saya bersedia menerima persyaratan ini, Tuan muda!" jawab Asha dengan penuh bersemangat.

Zion mengibaskan tangan sebagai isyarat agar Asha segera menyingkir dari hadapannya.

"Sudah, sudah. Pergi dari sini sebelum aku berubah pikiran!"

Perempuan itu dengan riang berjalan pergi meninggalkan ruangan Zion, meninggalkan Zion yang memijat kepalanya yang terasa pening karena masalah ini.

Apakah dia membuat keputusan yang tepat dengan tetap mempertahankan Asha?

"Haaah, sudahlah. Paling juga seminggu sudah tidak betah dia. Jangan harap aku tidak akan menyulitkanmu, gadis menyebalkan!" sungut Zion, berusaha melupakan gadis yang tadi malam bergelut dengan begitu liar di atas ranjang bersamanya.

"Merepotkan saja, kenapa tadi aku memberi dia kesempatan kedua? Aku tak pernah seperti ini!"

Zion yang masih teringat Asha, mengacak rambutnya.

Entah kenapa, sepertinya dia akan terlibat semakin dalam dengan gadis cantik berambut sepunggung yang seksi tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status