Share

Tolong Jangan Pecat Saya!

Wajah Asha seketika memucat.

"Saat tidak ingat apa pun, sungguh. Apakah Anda tidak salah mengenali orang? Mungkin saja itu... itu bukan saya."

Suara Asha menghilang di akhir kalimat, dia kini hanya bisa menunduk dalam merutuki kebodohannya sendiri.

Pembelaan diri macam apa itu?!

Jelas-jelas id card karyawan miliknya tertinggal di kamar Zion, bagaimana mungkin dia masih mengelak jika itu perbuatannya?

Asha rasanya mau mati saja sekarang.

Orang-orang yang tanpa sengaja menyentuh Zion saja langsung dipecat, bagaimana dengannya yang tadi malam malah bercinta dan melukai tubuh pria kejam ini?

Ini benar-benar akhir hidupnya!

"Apa maksud pertanyaanmu itu, Asha?"

Zion berjalan mendekat, sementara Asha secara refleks melangkah mundur sehingga kini pantatnya menabrak meja kerja Zion yang besar.

Zion menyeringai sinis, terus mendekat.

Mereka kini begitu dekat sampai Asha bisa merasakan hangat napas Zion di pipi atasnya.

"Salah orang, ya?" bisik Zion dengan santai, di sebelah telinga Asha.

Wanita itu bergidik ngeri dengan tubuh gemetar.

Melihat reaksi Asha, Zion tertawa sinis.

"Kalau memang salah orang, apakah kau bisa menyebutkan padaku alasan kenapa id card karyawan milikmu ada di kamarku?"

Mata Asha terbelalak lebar dengan mulut sedikit terbuka mendengar pertanyaan yang dilontarkan Zion dengan sangat santai tersebut.

"Ah, mungkin... mungkin saat itu ada seseorang yang tak sengaja membawanya sehingga tertinggal di sana, Tuan Muda. Kemungkinan seperti itu biasa saja terjadi," kilah Asha dengan suara bergetar, meski dia berusaha menampakkan penampilan yang meyakinkan agar Zion percaya bahwa dia memang salah orang.

Zion hanya mengendikkan bahu dengan acuh tak acuh mendengar jawaban Asha tersebut, lalu sedikit menjauh dari Asha, membuat wanita itu menghela napas lega setelah beberapa saat seperti lupa bernapas.

Kini Zion duduk di kursi dekat Asha, mengetuk-ngetuk pelan dagunya dengan ujung jemari.

"Kalau begitu, menurutmu, siapa ya wanita yang tadi pagi melarikan diri dari rumahku seperti kucing pencuri?" tanyanya dengan sangat tenang.

"Hmmm, kalau tidak salah, perempuan itu memakai kemeja putih lengan pendek dengan jas hitam, rambutnya panjang berwarna cokelat gelap, lalu dia memakai kalung dengan liontin huruf Z dan sebuah cincin. Apakah kau mengenal siapa wanita itu, Asha?"

Asha hanya bisa tersenyum kaku dengan sindiran tajam Zion, karena apa yang disebut oleh bosnya itu merupakan 100 persen ciri-ciri Asha.

Dia melirik ke bawah lehernya, di mana kalung dengan liontin huruf Z—inisial Zico, kekasihnya— dengan sebuah cincin warna titanium mengintip dari balik kerah kemeja warna merah muda yang kini dipakai Asha.

"Ah, itu... itu.... "

Asha menggigit bibir bawahnya, memandang Zion dengan putus asa.

Dia sudah tak bisa mengelak lagi.

Sang bos benar-benar tahu identitasnya!

"S-saya minta maaf," bisik Asha dengan bibir gemetar.

Ini adalah situasi yang sangat membingungkan. Dia merasa menjadi seorang korban, tapi juga sekaligus pelaku.

Dari sikap Zion selama ini kepada para karyawan, sangat tidak mungkin jika Zion yang menggodanya tadi malam sampai mereka berakhir di tempat tidur seperti itu.

Namun, Asha sendiri tidak ingat bagaimana hal itu bisa terjadi?

Dia sangat takut jika bosnya mengira Asha melakukan itu karena mempunyai maksud lain, seperti yang gadis-gadis di kantor lakukan untuk menarik perhatian Zion.

Jadi, dia pun berpikir cepat, mencari alasan yang sekiranya bisa membuat sang bos tak berprasangka buruk padanya.

"Tuan Muda, j-jadi... sepertinya tadi malam saya pasti sangat mabuk, sampai-sampai mengira Anda adalah kekasih saya. Itulah kenapa... mmm, akhirnya melakukan i-itu dengan..  dengan Anda ...."

Asha mengatakan alasan tersebut dengan suara terbata-bata.

Bagaimana pun juga, Zion tidak begitu berbeda dengan Zico, mereka sama-sama tinggi dan tampan.

Zico yang seorang penyanyi terkenal, mempunyai tubuh tak jauh beda dengan Zion. Mereka sama-sama tegap, macho dan seksi.

Jadi tidak salah kalau mengatakan alasan seperti itu, bukan?

Ya. Dia salah mengenali orang, tidak bermaksud menggoda Zion sampai menyeretnya ke atas tempat tidur, lalu masalah ini pun selesai.

Asha berpikir seperti itu.

Sayangnya, Zion tidak.

"Jadi, kejadian tadi malam karena kau salah mengenali aku sebagai pacarmu?"

Nada suara Zion terdengar sangat dingin saat menanyakan hal itu, sehingga Asha sampai yakin bahwa ruangan ini pun menjadi dingin membeku.

Buktinya, saat ini dia sangat menggigil sampai harus menggenggam erat tangannya sendiri.

Asha yang tak tahu kenapa Zion terlihat marah dengan alasan itu, mengangguk takut-takut.

"S-sepertinya begitu, Tuan Muda. Jadi, tolong maafkan saya... ini bukan hal yang saya inginkan, sungguh."

"Bukan hal yang kau inginkan?"

Suara Zion semakin dingin, kekecewaan sekaligus kemarahan tercetak jelas di wajahnya.

Bagaimana mungkin, setelah permainan yang begitu panas dan liar tadi malam, Asha malah mengaku kalau dia salah mengenali orang?

Tenggorokan Asha terasa tercekat melihat wajah Zion yang marah, dia pikir jika Zion mungkin tersinggung karena Asha telah menyentuh tubuhnya, karena itu buru-buru menjawab.

"Tentu saja, Tuan Muda! Tidak mungkin saya yang karyawan biasa ini berani menggoda Anda, bukan? Ini pasti karena kebodohan saya yang telah keliru menganggap Anda sebagai kekasih saya dan—"

"Asha. Namamu Asha, benar?"

Zion memotong ucapan Asha dengan suara dingin yang tajam.

"Ya, Tuan Muda!"

Asha yang gugup, menjawab pertanyaan Zion dengan nada kelewat tinggi. Dia buru-buru menutup mulutnya dengan ekspresi meminta maaf.

Zion tak berbicara apa pun, tatapan dalam dia hadiahkan kepada Asha, dia terus memandang Asha tanpa senyuman sedikit pun.

Setelah beberapa detik berlalu dan Asha hampir meninggal karena tatapannya tersebut, Zion menarik napas panjang dan menyugar rambutnya ke belakang.

"Haaaa, baiklah. Anggap saja apa yang terjadi tadi malam adalah karena kau salah mengenali orang," ucap Zion dengan ekspresi sangat  tenang.

Hal itu tentu saja membuat Asha lega setengah mati. Dia pun buru-buru mengangguk.

"Iya, Tuan muda. Anda benar sekali. Saya... saya tidak mungkin ehm, berani... berani menyentuh tubuh Anda jika saya tahu itu Anda, Tuan," jawab Asha dengan mata berkaca-kaca karena terharu dengan kedermawanan Zion.

"Kau benar."

Zion mengangguk-angguk dengan tangan menopang dagu. Seperti tengah berpikir dengan sangat serius.

"T-terima kasih banyak atas kemurahan hati Anda, Tuan Muda! Saya berjanji akan bekerja sangat giat untuk perusahaan ini!"

Asha langsung membungkuk dalam-dalam sebagai tanda terima kasih kepada Zion, tak mengira bahwa boss nya itu begitu baik dan penuh toleransi sehingga dengan mudah memaafkan kesalahannya.

Mungkin saja, mungkin sebenarnya reputasi Zion sebagai iblis atau malaikat pencabut nyawa itu hanyalah rumor, karena nyatanya sekarang dia sebaik ini kepada Asha.

Sebagai balasan atas kebaikannya, Asha berjanji akan menyebarkan kebaikan Zion ini di kalangan para karyawan agar Zion tak dianggap sebagai iblis berdarah dingin lagi.

Dia benar-benar bertekad penuh!

Namun, semua suka cita itu langsung terhempas seketika saat boss nya kembali angkat bicara dengan suara tenang yang mematikan

"Tapi, Asha...."

"Y-ya, Tuan Muda?"

Asha memandang bos nya yang tengah mengerutkan kening dengan sangat tampan, sampai jantung Asha berdebar kencang, meski entah kenapa, melihat ekspresinya saat ini, dia merasa medapat sebuah firasat yang sangat buruk.

"Aku bingung. Sangat sangat bingung," jawab bos muda nya tersebut.

"Bingung? Bingung kenapa, Tuan muda?" tanya Asha keheranan.

Apalagi yang dia bingungkan?

Bukankah masalah di antara mereka tentang kejadian semalam itu sudah selesai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status