Share

Simpanan Dokter Konglomerat
Simpanan Dokter Konglomerat
Penulis: Faisalicious

1

Penulis: Faisalicious
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-07 18:07:23

"Ceraikan dia mas!" Dinda berkacak pinggang sambil memasang wajah manyun, kemudian meremas tangan Ricky, kekasihnya.

"Dek? Dinda sayang? Ayolah dek, jangan merajuk lagi... Mas pasti ceraikan dia kok, kamu sabar sebentar ya?" Ricky mulai merayu wanita simpanannya itu, dia memeluk dari belakang sambil menggesek-gesekkan janggutnya yang baru dicukur pada punggung tulang belikat milik Dinda. Rasanya geli-geli lucu, hingga membuat Dinda sedikit tersenyum.

"Tapi kapan mas? Bulan lalu mas juga bilang begitu kan? Tapi nyatanya mana? Masih saja belum diceraikan..." Dinda menggerutu kesal, karena diberi janji manis melulu oleh pria yang membuatnya jatuh hati tersebut.

"2 bulan,"

Dinda yang sebelumnya melipat siku dan lengan, kini sudah membalikkan badan mencoba memandang kedua bola mata Ricky.

"Ini yang terakhir ya Mas, kamu berjanji seperti ini? Jika dua bulan lagi, kamu belum menceraikan istrimu... Aku yang mengalah saja, aku yang pergi!" Dinda menoyor dahi Ricky dengan jari telunjuk yang kukunya baru dicat dengan kutek berwarna merah maroon keluaran terbaru dari official store di Mall.

"Janji sayang..." Ricky selalu bisa membuat Dinda luluh dan percaya oleh buaian kata-kata manisnya. Ia mendekatkan hidungnya ke hidung Dinda. Kemudian menggoyang-goyangkannya, saking dekatnya sampai Wanita itu bisa mendengar suara nafasnya yang hangat.

Wanita mana yang tak ingin segera dinikahi? Begitupula dengan Dinda yang hampir setengah tahun menjadi wanita simpanan Ricky. Laki-laki yang dicintainya dengan sepenuh hati saat ini. Keduanya sepakat untuk diam-diam saling mencintai di belakang istri sah Ricky yang juga tega menyelingkuhinya sebelum hubungan mereka terjalin.

*

Namanya Dinda, kembang desa yang merantau ke kota besar ini sejak dua tahun lalu. Dengan tiga lembar uang pecahan seratus ribuan di celengan, Dinda nekat kabur. Merantau ke ibu kota.

Awalnya Dinda hanya gadis dusun lugu yang memperjuangkan uang halal demi melanjutkan hidup di ibu kota yang keras ini. Menjadi buruh cuci, pembantu rumah tangga, jaga warung, semua pekerjaan halal sudah dilakoni Dinda demi menyambung hidup. Seringkali Dinda harus berpindah kost-an jikalau telat membayar uang sewa bulanan, makan sehari sekali, hingga menumpang tidur di mushola. Semua dilakukannya asal keluarga di rumah tetap dapat kiriman setiap bulan.

Hingga seorang pelacur kenalannya, mempertemukan Dinda dengan dunia 'Kelab Malam'. Tak bisa munafik, dari ponsel canggih hingga tas mahal yang digunakan Dinda untuk bekerja, seluruhnya didapat dari hasil menemani lelaki mabuk bernyanyi. Dinda menjadi tak terkendali dan hilang arah. Dugem tiap malam, berpakaian seksi, mabuk miras,hingga tidur dengan beberapa pria hidung belang yang siap menggesek ATM nya untuk Dinda. Tapi jelas bahwa Dinda masih selalu mengingat keluarganya di rumah, Dia tak pernah absen mengirim uang ke kampung tiap bulan. Menyekolahkan adik laki-lakinya dan memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga di rumah. Mereka hanya tau bahwa Dinda bekerja di sebuah restoran besar, itu saja.

Kehidupan malam Dinda ini tak berlangsung lama, hingga dirinya diperjumpakan dengan lelaki berdasi bernama Ricky yang sekarang menjadi pujaan hatinya. Di sini juga, 'Bar Maria'. Dinda tak pernah benar-benar menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelumnya. Meski sudah sering tidur dengan banyak pria, hanya Ricky seorang yang memikat hati Dinda. Sebenarnya bukan hal yang patut dibanggakan mengenai tidur dengan banyak pria seperti itu. Sekedar memberitahu saja.

15 Januari 2020, Dinda ingat betul. Pertemuan pertamanya bersama Ricky di Bar Maria ini. Wajahnya pucat stres, dengan kemeja biru laut acak-acakan yang dikenakannya. Dinda sungguh penasaran saat itu! Pria itu terlihat sangat stres, duduk sendirian di meja paling ujung. Naluri penggodanya sedang membara saat itu, kebetulan juga Dinda belum berhubungan dengan pria lagi lebih dari seminggu.

"Permisi, boleh saya duduk?" Dinda berbisik menghampiri pria yang membuatnya penasaran itu. Ia mendekatkan bibirnya yang merah oleh gincu menyentuh telinga pria tersebut.

Saat mendekati pria ini, awalnya Dinda hanya menganggumi parasnya yang bisa dibilang manis. Ia tampak seperti pria baik-baik karena wajahnya yang oval melingkar di kedua sisi, membuat wajahnya terlihat adem. Sungguh type idealku, batin Dinda. Kumis tipis, hidungnya yang mancung seperti perosotan TK, juga telinga mungil yang mengembang kemerahan. Sungguh idaman sekali bukan?

Dinda segera melancarkan jurus, untuk merayunya. "Sendiri saja mas? Mau ku temani minum? Mas boleh cerita kok, kalau sedang ada masalah..." pukulan pertama sudah dilayangkannya tepat di wajah pria itu, sambil sedikit meraba pundaknya.

Tetapi pria itu tak bergeming atau menoleh sedikitpun. Lelaki sialan! batin Dinda. Ia sudah angkat sedikit rok seksinya dengan sengaja, tetapi menengok pun tidak. Namun, tiba-tiba ia menepis tangan Dinda dengan kasar, sikapnya dingin sekali kepada Wanita di sebelahnya tersebut.

"Kau Baj*ngan Tari!" Ia meneriaki Dinda sambil mengacungkan telunjuk ke arahnya. Matanya sayu tak fokus, dengan pipinya yang berwarna ungu lebam karena kebanyakan menyesap anggur merah.

"Dasar lelaki bodoh! Baru juga minum sebotol anggur merah saja sudah mabok," Dinda mengomel karena kesal pria itu membentaknya yang tak bersalah. Terlebih lagi pria itu menyebut nama wanita lain saat meneriakinya. Laki-laki kardus! Batin Dinda.

Pria itu lanjut mencaci Dinda, meluapkan kekesalannya sambil menyebut wanita yang membuat pria itu sakit hati. Mungkin ceweknya selingkuh atau kawin lagi, pikir Dinda.

"Apa aku ini kurang tampan Tari? Kau mau apa? Uangku... Rumah? Atau Mobil? Aku berikan semuanya Tari... " manusia gila satu ini tiba-tiba saja menarik tangan kiri milik Dinda dengan paksa, diletakkan di pipinya.

“Rasanya hangat sekali. Apakah sebotol miras membuat pipinya sehangat ini?” Gumam Dinda.

"Tapi kenapa Tari? Kenapa kamu selingkuh? Kenapa!" Pria itu semakin nekat saja, menyentuh kedua sisi wajah Dinda dengan sepasang tangannya yang bau alkohol.

Sebenarnya Dinda iba terhadapnya. Dia yang tampan dan mapan seperti ini, tapi mengapa masih saja di selingkuhi. Dinda yang gengsi, walaupun dia lelaki type-nya yang bisa membuat dirinya tersipu oleh wajah dewasa milik pria tersebut, Dinda memilih memarahinya kembali. "Kau gila? Sadar woi! Sadar!"

Plak! Plak! Plak! Dinda menepuk pipinya pelan-pelan agar pria tersebut tersadar dari pengaruh alkohol itu.

"Huekkk!" Pria yang saat itu belum diketahui namanya itu, menumpahkan isi perutnya di baju seksi Dinda. 'Sial! Pria brengsek ini sudah bertingkah sejak tadi, membuatku kehilangan kesabaran saja' gumam Dinda.

Dinda dengan hati nuraninya, masih tak tega meninggalkan pria malang itu sendirian. Ia terlihat menyedihkan sekali, saat memasang wajah melas terhadap Dinda. Membuatnya makin tak tega. “Mana dia habis diselingkuhi lagi, kalau bunuh diri bagaimana?” Mau tidak mau, tanpa pikir panjang Dinda segera membopongnya ke bagian belakang diskotek, lewat pintu belakang. Di sana ada beberapa kamar kosong yang biasanya digunakan untuk pasangan-pasangan gila melepas birahi.

Keduanya masuk ke kamar kosong paling ujung, dengan pelan-pelan. “Makan apa sih si brengsek ini, berat sekali!” gerutu Dinda.

Sampai di depan kasur, langsung menghempaskan pria tersebut ke kasur itu. "Tari... Kau jahat Tari..." suaranya parau, masih saja memanggil-manggil nama wanita itu.

"Untung aku masih baik hati prickyu brengsek! Jika tidak, sudah ku suruh orang untuk membuangmu ke jalanan!" Dinda kesal, dan cukup kehabisan tenaga menggendongnya kemari. Belum lagi bajunya yang masih kotor karena pria itu memuntahinya.

Dinda berkacak pinggang. "Mimpi apa, aku semalam?" ucapnya sambil menggeleng-nggelengkan kepala.

"Tetapi, jika dilihat-lihat dirimu tampan juga mas..." Dinda mengutarakannya sambil tersenyum memandang pria itu yang tergeletak dengan posisi terlentang tak sadarkan diri.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 43. Adu Jotos

    "Mending sekarang kakang berbuat sesuatu deh!" ucap Hendrik bangkit dari duduknya."Bocah bocah ini gabisa di toloransi lagi! Harus segera di basmi!""Tenang, kamu tenang aja. Pasti akang urus kok!""Dasar Gunawan sialan itu!" bentak Hendrik uring-uringan.Daweh hanya mampu menuruti apa yang adeknya inginkan untuk membalas dendam. Dendam yang sama, sejak sepuluh tahun lalu. Speeti sudah mendarah daging pada jiwa adiknya itu. Daweh sebenarnya sudah terlalu lelah untuk hidup bayang bayang dendam adiknya itu.Tapi Daweh tak bisa berbuat banyak. Ia tahu, bahwa Hendrik adalah adik satu satunya yang ia miliki. Daweh susah ingin berhenti menjadi dukun teluh sejak setahun lalu sebenarnya. Ia sudah lelah."Biar akang coba, menganggu mereka lagi!" ucapnya memandang adiknya datar."Terserah! Mau diganggu kek, mau dibunuh juga boleh!" bentaknya sudah dipenuhi emosi ka

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 42. Kuntilanak itu lagi

    Raizel dan yang lainnya menaiki sepeda siang itu, menuju rumah Saleh. Ia tahu satu satunya orang yang mungkin bisa ditanyai soal Ki Daweh adalah Reza. Putra satu satunya Joko yang masih hidup sampai sekarang. Raizel yang berusaha mengorek informasi, hanya diam diam menjalankan rencananya. Ia sengaja menghamipiri Winda dan Reza yang selalu bersama, untuk diajak makan keluar. Sekaligus diam diam memancing Reza untuk bercerita soal ayah dan kakaknya yang pasti ada hubungannya dengan Ki Daweh. "Disini tempatnya?" tanya Egy sembari melihat rumah makan tempat mereka berhenti. "Iya kak, tapi tempatnya kecil kaya gini, gimana? Atau mau nyari yang lain aja?" tawar Winda takut pilihannya tidak sesuai. "Jangan pindah! Di sini aja" sahut Cindy. "Ya udah kalo gitu, kita disini aja" ujar Egy setuju. "Iya, lagian tempatnya nyaman kok" imbuh Caca. "Ya udah, m

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 41. Diva sudah kembali

    Ajeng Sari tidak ada kabar sama sekali semenjak saat itu. Reza hidup sebatang kara dan dirawat oleh Saleh pamannya, saudara yang ia miliki satu satunya.Hampir sewindu Reza hidup dalam ketidaktahuan, kerinduan akan kasih sayang keluarganya. Ajeng Sari yang tak pernah kembali, ayahnya yang sudah gila dan tak bisa mengurusnya. Namun Reza masih hidup dengan baik karena kasih sayang dari Saleh pamannya dan juga istri dengan anak-anaknya. Sudah seperti anaknya sendiri, karena Saleh sendiri juga tak mempunyai anak laki laki.Reza tumbuh menjadi remaja yang baik hati, suka menolong dan berbakhti pada keluarga Saleh hingga sekarang.*****Semalam, usai kejadian melarikan diri yang dilakukan Raizel usai membebaskan Diva yang disekap Ki Daweh, tanpa sepengetahuan teman-temannya yang sudah terlelap tidur , mereka ketiduran di teras depan rumah.Diva terbangun dalam keadaan memangku kepala Raizel yang kelelahan usai menyelamatkannya semalam. Ia menatap bul

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 40. Joko Gila

    Makhluk suruhan Daweh lainnya kini bertindak keras. Wujudnya seperti ular, tetapi tubuhnya mirip manusia pada umumnya, mulai dari bagian perut hingga kepala. Bisa di sebut siluman ular jika dipikir-pikir.Makhluk itu meruncingkan taring dari kedua sudut bibirnya, lidahnya sesekali menggeliat menjulur keluar masuk, benar benar mirip gelagat ular. Ia meringis buas usai membuat Ajeng Sari tersungkur ke semak semak."Kau mau ke mana gadis manis?" kekehnya dengan puas menatap gadis muda itu gelimbungan."Makhluk sialan!" teriak Ajeng Sari tak terima.Pandangannya masih tak terlalu menggubris makhluk tersebut, dan lebih memilih bangkit untuk menengok ayahnya yang nggelundung ke bawah sebelumnya."Arghhh, ayah?" ucap Ajeng Sari sedikit mengusap sikutnya yang tergores beberapakali oleh ranting semak semak, dan menengok ke arah bawah."Ayah?"Ajeng Sari masih

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 39. Tuhanku lebih kejam dari Iblismu

    "Ayahh!!!" Ajeng Sari berteriak menatap ayahnya yang melayang terikat lidah Genderuwo itu.Wajahnya memerah, dengan isi kepala yang hampir meledak karena terus menghirup bau busuk dari lendir di lidah Ge IPnderuwo itu. Ia hanya mampu menoleh ke arah anak gadisnya, dan berteriak lirih."Ja-nggann..." ucapnya tak genap.Genderuwo yang awalnya hendak segera menyantap tubuh Joko, langsung menjatuhkan laki laki malang itu ke tanah lagi. Ia melihat mangsa lain yang lebih menggoda imannya. Ajeng Sari terhirup anyir amis, karena darah haid yang masih deras saat itu. Aromanya membuat jiwa buas makhluk itu berubah arah."Ayah!" ucapnya memeluk ayahnya yang hampir tak sadarkan diri terkapar di tanah."Sadar yah, ayah kenapa!" teriaknya lagi menepuk nepuk pelan wajah ayah tercintanya.Firasat Ajeng Sari tak salah, seperti dugaannya bahwa Daweh akan mencelakai ayahnya. Ajeng Sari tak menatap Genderuwo itu lebih bengis. Ia memang wanita, tapi ia tak perna

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 38. Kamu Harus Mati

    Pranggg...Sebuah gelas dijatuhkan begitu saja karena uap panas membuat tangan seorang gadis melepuh. Dia Ajeng sari, putri Joko. Gadis itu meniup ibu jarinya yang melepuh karena gelas teh yang terlalu panas oleh air mendidih."Sial!" umpatnya."Firasat buruk apa ini!" ucapnya merasakan sesak di dadanya karena tak enak hati.Ajeng Sari adalah kembang desa, wajahnya yang rupawan memikat pemuda seumurannya. Masih SMA, masih sangat muda. Dia adalah anak perempuan Joko yang sangat penurut dan baik hati. Ia juga sangat menyayangi ayahnya yang duda ditinggal mati, juga adeknya Reza yang belum lulus SD."Ayah?" pekiknya.Gadis itu menjinjing roknya yang berwarna abu abu karena hendak berangkat sekolah saat itu. Berlarilah dirinya menghampiri ayahnya. Ia ingat bahwa ayahnya sedang naik ke atas bukit. Ia juga tahu kalau Daweh bukan dukun baik baik. Hanya memastikan kalau kalau ada apa apa dengan ayah tercintanya.Sementara itu ayahnya masih be

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 37. Membunuh atau Membiarkanmu Bunuh diri!

    "Kakang dari mana sih!" teriak Hendrik membentak kakaknya dengan kasar.Kesabarannya sekarang sudah tak mampu dibendung lebih lama lagi. Terlebih ini sudah kesekian kalinya rencana Ki Daweh gagal untuk membantu menyatukan Fani dan Hendrik. Ia memeinta pertanggungjawaban dari kakaknya itu."Liat nih kang, Hendrik jadi gagal kan menikahi Fani!" keluhnya pada laki laki yang yang baru memasuki pintu rumah itu."Kenapa lagi dengan Fani?" tanya Daweh yang tak tau apa apa mengenai kejadian yang terjadi di rumahnya tadi."Ayahnya tadi kemari, marah-marah.""Dia membawa Fani kembali, sambil terus memakiku! Aku tidak terima jika aku dibeginikan kang!" teriak Hendrik menggebu-gebu karena sakit hati dengan omongan ayahnya Fani."Udah kamu tenang dulu!" Daweh berkata dengan tatapan tenang, sambil mendekat mengusap punggung Hendrik pelan."Gimana bisa tenang sih kang! Kalau aku gabisa dapetin Fani, maka tidak ada orang yang boleh memiliki Fani!" te

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 36. Menikah

    "Sembah hamba padamu gusti!" ucap Ki Daweh menyatukan kedua telapak tangannya ke atas sambil menunduk hormat pada suara tersebut.Hendrik hanya mengikuti apa yang sedang kakaknya itu lakukan. Walaupun bulu romanya sudah menegang sedari tadi, dia berusaha mengabaikan rasa takutnya. Semua ini demi cintanya pada kekasihnya Fani."Hamba kemari meminta bantuanmu gusti,""Bantuan apa yang kau butuhkan Daweh?" suara beratnya cukup membuat telinga Hendrik bergidik ngeri."Perempuan di depan hamba ini, adalah kekasih adek saya! Dia menginginkan gadis itu menjadi miliknya selamanya!" Daweh bercerita keinginannya membawa gadis itu ke sana."Huahhaaahahah...""Ini bukan masalah, apalagi untuk pengikut setiaku seeprtimu Daweh,""Huahhahahaha..." tawanya menggema pada langit langit gua itu.Raja iblis yang di sembah Daweh adalah penguasa alam bawah. Lebih hantu dari pada iblis manapun. Menurut mitologi tanah jawa namanya Bathara Kala,

  • Simpanan Dokter Konglomerat    Chapter 35. Pemujaan

    "Kau apakan kekasihku kang!" teriaknya.Hendrik sedikit terkejut sekaligus marah melihat kelakuan akangnya itu. Ia bangkit dari duduknya, seraya memprotes dukun teluh di depannya itu. Hendrik jelas tak terima meski itu akangnya sendiri. Ia tak rela kekasihnya itu disakiti oleh siapapun, termasuk kakak tercintanya."Tenang, aku hanya membuatnya diam!" ujar Ki Daweh mengelus pundak kiri Hendrik, yang tengah dalam kondisi marah."Kau tidak menyakitinya kan?" tanya Hendrik memastikan kembali apa yang dilakukan oleh kakaknya."Hmmm," Ki Daweh hanya mengangguk-angguk."Sekarang kau ingin aku melanjutkan hal ini tidak?" tanya Ki Daweh."Aku harus bagaimana!" Hendrik berbalik dan memasang wajah cemberutnya karena bingung."Kau ingin menikahinya kan?" dukun itu bertanya sembari berjalan ke tempat duduknya sebelumnya."Kan aku sudah bilang kang, aku ingin memiliki Fani seutuhnya!" jelas Hendrik sekali lagi untuk meyakinkan kakangny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status