Brak!
“Roy... Diana..?! Ngapain kalian berdua-duaan di dalam kamar ini?”
Tatapan sang Nyonya rumah tampak menuduh keduanya, seolah mereka berbuat mesum.
Roy sontak melirik pembantu perempuan di sebelahnya yang menunduk.
“Maaf, Nyonya. Tadi kami tengah membersihkan kamar ini, lalu tiba-tiba Tuan Anton mengunci pintu kamar ini dari luar,” ucap pria itu membela diri.
Tiba-tiba saja, tawa sinis terdengar dari belakang sang Nyonya.
Tuan Anton yang dicurigai Roy dan Diana sebagai orang yang mengurung keduanya tiba-tiba muncul.
“Bohong! Aku mengunci kalian dari luar, karena saat aku tiba di rumah ini melihat kalian berdua berbuat mesum di dalam!” bentak suami sang Nyonya yang selama ini memang tampak membenci Roy entah karena apa, "kalian pikir aku tidak mendengar desahan kalian dari tadi?!"
“Apa yang dituduhkan Pak Anton, nggak benar. Kami memang lagi membersihkan kamar tamu ini, tapi kami nggak berbuat mesum.” Roy berusaha menyakinkan Nyonya Angel.
Setahunya, wanita berhati lembut itu bukan tipe yang akan menghakimi.
Akan tetapi, respon Nyonya rumah mewah itu di luar dugaan.
Dengan raut wajah kecewa, wanita itu justru berlalu dari depan kamar tamu itu bermaksud hendak ke kamarnya di lantai atas.
“Sekarang juga kalian berdua enyah dari rumah ini..! Aku nggak mau rumah ini kalian kotori dengan perbuatan bejad kalian!” hardik Anton yang merasa menang atas tak ada respon apa-apa dari Angel akan hal yang dijelaskan Roy tadi.
Mendengar hardikan itu, Roy pun menarik lengan Diana ke luar dari kamar tamu itu menghampiri Angel yang saat itu akan naik tangga menuju lantai atas.
“Nyonya..!” panggil Roy.
Tampak Angel menghentikan langkahnya. Namun, wanita muda itu sama sekali tak memalingkan wajahnya.
“Baiklah kalau emang Nyonya nggak percaya dengan yang aku sampaikan tadi, aku akan pergi dari rumah ini. Tapi jangan usir Diana, biarkan dia tetap bekerja di rumah ini karena dia nggak bersalah. Jika semua yang dituduhkan Pak Anton itu benar, maka akulah yang bersalah.”
Setelah berkata demikian, Roy langsung menuju kamar yang selama ini ia tempati di ruangan belakang.
Kemudian, dia bergegas pula ke luar dan pergi dari rumah mewah itu dengan menaiki sebuah angkot yang Roy sendiri tak perduli tujuannya ke arah mana.
Jujur, pemuda desa ini sendiri belum tahu akan ke mana.
Kembali ke kampung pun, dia tak nyaman.
Roy tidak mau melihat kedua orang tuanya sedih karena tahu pekerjaanya tidak semudah yang dibayangkan
Sayangnya, saat turun dari angkot, Roy syok kala merogoh saku celananya.
Dompet yang dikiranya berada di saku celana itu tidak ada, begitu pula handphone di dalam ransel yang ia bawa.
"Bang, mana 8000-nya?"
Kenek angkot tiba-tiba menagih.
Beruntung di saku baju Roy, ada terselip uang 30 ribuan. Segera, dia membayarnya.
Hanya saja, barulah pria itu menyadari bahwa tidak hanya dompetnya yang tertinggal!
Ponselnya juga!
Tapi, dia pun masih punya muka untuk tidak kembali setelah diusir begitu saja dari sana.
Jadi, setelah lebih 1 jam berjalan dan beberapa kali menyeberangi jalan raya, Roy menyadari dirinya memasuki salah satu kawasan kumuh di Ibu Kota.
Di bawah jembatan, terdapat jalan kecil dan di tengah-tengahnya sungai penuh sampah.
Namun, di dekat sana, terdapat beberapa hunian asal-asalan. Ada yang bersekat terpal, ada pula yang hanya bersekat karton saja.
Dengan hanya berbantal ransel dan beralas karton, Roy pun berjalan ke sana.
Merasa sudah cukup untuk dapat beristirahat malam ini meski dengan alas karton.
Roy seketika tersenyum miris. Niat hati ingin merubah nasib, dia justru menjadi gembel di kota metropolitan!
***
Tak terasa, dua malam dilewati Roy di daerah pemukiman kumuh itu.
Tak ingin menghabiskan waktu dengan bermenung, Roy pun bangkit lalu kembali mencari barang-barang bekas yang dapat ia jual dan dijadikan uang untuk penyambung hidupnya hari ini.
Namun, saat Roy berjalan bermaksud hendak mengitari deretan pertokoan, tiba-tiba kakinya menyandung sebuah dompet wanita yang terjatuh di trotoar jalan.
“Waduh...! Dompet siapa ini?!” batin Roy dalam hati sembari memunggut dompet itu.
Awalnya ia ragu untuk membuka dompet itu. Akan tetapi karena penasaran akan pemiliknya, Roy pun nekad membukanya.
Di dalam dompet itu, terdapat banyak lembar uang pecahan Rp. 100.000,- serta beberapa buah credit card.
Roy memilih untuk mengambil KTP yang diselipkan di antara credit card-credit card itu.
“Cindy Dealova?” Roy bergumam tanpa sadar saat membaca nama yang tertera di KTP itu.
Diperhatikannya alamat yang juga tertera di sana.
Dengan menggunakan jasa ojol, Roy menuju alamat pemilik dompet yang saat ini berada di dalam ranselnya.
Sekitar setengah jam di perjalanan ojol yang Roy naiki berhenti di depan pagar sebuah rumah, bangunan rumah itu sangat besar dan mewah.
Roy membayar ongkos ojol itu sebesar Rp. 20.000,- lalu ia menghampiri pos satpam di bagian ujung kanan pagar rumah mewah itu.
Keberadaan Roy yang mulai seperti gembel jelas membuat satpam yang bertugas menghampirinya. “Ada yang bisa saya bantu, Mas?”
“Apa benar ini alamatnya Bu Cindy Dealova, Pak?” Roy balik bertanya sembari melihat KTP yang ia pegang.
“Benar Mas,” jawab Satpam itu, menyelidik, "Kenapa ya?"
“Apa Bu Cindy sekarang ada di rumah, Pak?” Roy bertanya kembali, "Bolehkah saya bertemu dengannya?”
Satpam itu tak langsung menjawab, ia mengamati Roy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Terbesit di hati Satpam itu kecurigaan.
Menyadari itu, Roy sontak berbicara, "Saya ingin mengembalikan dompet Bu Cindy!"
“Sebentar ya Mas, saya temui dan tanya Nyonya dulu di dalam!” pinta Satpam setelah ia berusaha menghilangkan prasangka negatifnya atas penampilan Roy saat itu.
Roy sendiri menanggapinya dengan menganggukan kepala diiringi senyum ramahnya.
Tak beberapa lama Satpam itu kembali menghampiri Roy yang masih berdiri menunggu di depan pagar, Satpam itu membuka pagar itu lebih lebar lagi.
“Mari, silahkan Mas!”
Seketika, Roy diantar Satpam hingga ruangan depan dan memang ruangan itu dikhususkan untuk menerima tamu.
Tak lama setelahnya, seorang wanita cantik datang ke ruangan itu.
Satpam itu pun mohon diri kembali ke pos jaganya.
“Maaf, tadi Pak Satpam bilang kalau Adik ini mau ketemu denganku untuk mengembalikan dompet?"
“Benar, Bu. Nama saya, Roy. Saya hanya ingin mengantar dompet Bu Cindy yang aku temukan terjatuh di depan toko barang-barang elektronik.” Roy lalu meraih ransel yang ia taruh di bawah bersebelahan dengan kursi tempat ia duduk.
“Ini dompetnya, silahkan Bu Cindy periksa mana tahu ada yang hilang,” sambung Roy sembari menyerahkan dompet yang baru saja ia ambil dari dalam ranselnya.
“Astaga..! Dompet ini memang punyaku, kok aku nggak nyadar kalau dompet ini sampai terjatuh? Tadinya aku pikir udah aku taruh di dalam laci mobil!” seru Nyonya rumah mewah yang bernama Cindy Dealova itu terkejut.
“Tapi maaf sebelumnya Bu, karena aku nggak punya uang maka uang yang ada di dalam dompet itu tadi aku pakai Rp. 20.000,- buat ongkos ojol ke sini,” jujur Roy.
“Oh, nggak apa-apa. Jangankan Rp. 20.000,- semua uang yang ada di dalam dompet ini juga nggak masalah. Buatku yang paling penting kredit-kredit card ini, kalau sampai hilang bakal repot untuk mengurusnya kembali.”
“Tunggu sebentar ya, Roy," sambung Cindy. Wanita itu lalu berdiri dari duduknya meninggalkan ruangan tamu itu.
Di sisi lain, Roy hanya mengangguk dan tetap duduk di kursi di ruangan tamu itu.
Namun, tak berselang lama Cindy pun kembali menemui Roy di ruangan tamu. Hanya saja, di tangan kanannya nampak menggengam sebuah amplop sementara di tangan kiri dompetnya yang tadi diserahkan Roy.
“Sebagai ucapan terima kasih karena kamu telah menemukan dan bersedia pula mengantar dompetku ke sini, terima ini!” ujar Cindy menyodorkan amplop di tangan kanannya itu pada Roy.
Tangan Roy sontak menolaknya. “Nggak Bu, terima kasih. Aku udah cukup lega dapat mengantar dompet yang aku temukan tadi pada pemiliknya, karena tadi aku sempat bingung harus ngapain.”
“Nggak apa-apa Roy, terimalah. Amplop ini isinya nggak seberapa bila dibandingkan dengan semua isi dompetku jika sampai hilang, aku juga nggak nyangka masih ada orang yang baik seperti kamu di kota ini.”
“Nggak usah Bu, kalaupun Bu Cindy ingin memberiku cukup Rp. 20.000,- aja buat ongkos ojol kembali ke tempat aku menemukan dompet Bu Cindy tadi,” ujar Roy, bersikeras.
Cindy sendiri dibuat tercengang mendengar yang dikatakan pria tampan yang duduk berhadap-hadapan dengannya itu.
Walaupun dia harus akui, penampilannya sedikit seperti ... gembel?
“Kamu tinggal di kawasan deretan pertokoan itu?” tanya Cindy, seketika penasaran.
“Ya Bu.”
“Di sebelah mananya dari toko barang-barang elektronik tempat aku belanja tadi?”
“Paling ujung, tepatnya di bawah jembatan.” Roy kembali jujur bicara apa adanya dan kali ini membuat Cindy terperanjat kaget.
“Apa, di bawah jembatan?!”
“Walaupun hasilnya positif menyatakan jika Willy adalah anak kandungku, aku akan tetap ceraikan Yurika karena dia telah menghianatiku selingkuh dengan pria lain.” Tegas Anton.“Lalu bagaimana dengan Willy?” tanya Bramasta lagi.“Maksud lu?” Anton balik bertanya.“Mas kan bilang walaupun nanti hasil tes DNA nya positif Willy adalah anak kandung Mas Anton, Willy akan ikut siapa jika Mas ceraikan Yurika?” jawab Bramasta.“Oh, ya tentu tinggal bareng aku dan aku yang lebih berhak menjadi pengasuhnya karena Yurika udah melakukan kesalahan fatal selingkuh dengan pria lain dan aku yakin akan menang di pengadilan nanti,” tutur Anton.“Aku sama sekali nggak nyangka akan terjadi hal seperti ini dalam rumah tangga Mas dengan Yurika,” ujar Bramasta sembari geleng-geleng kepala.“Apalagi aku Bram, kurang apa coba segala yang dia inginkan aku penuhi. Tega-teganya dia menghianatiku,” keluh Anton.“Mas yang sabar ya?” Bramasta menangkan hati sepupunya itu, Anton mengangguk pelan sembari menarik napas
Yurika buru-buru bangun namun tak berhasil mencegah Anton yang lebih cepat turun ke lantai bawah kemudian ke luar dan naik ke mobilnya lalu meninggalkan rumah itu, Yurika hanya dapat melihat kepergian suaminya itu dari teras di lantai atas.Yurika ingin sekali memekik sejadi-jadinya memanggil Anton, akan tetapi hal itu diurungkannya ketika terdengar tangisan bocah dari dalam dan ia pun bergegas menuju kamar itu.Sebuah hotel menjadi tujuan Anton setelah dirinya meninggalkan Yurika serta bocah laki-laki yang selama ini sangat ia sayangi sebagai darah dagingnya dengan istrinya itu dan menganggap Angel mandul tak bisa memberinya keturunan, setiba di kamar hotel Anton yang masih dikuasai amarah langsung menghubungi sepupunya di Jakarta.“Hallo, Mas Anton.” Sapa sepupunya itu setelah mengangkat panggilan di ponselnya.“Hallo juga Bram, udah bangun lu?” balas dan tanya Anton.“Baru bangun dan akan mandi, tumben pagi-pagi gini Mas nelpon ada apa?” Bramasta balik bertanya.“Benar-benar brengs
Sebuah kamar di dalam rumah mewah di Malaysia, malam itu tampak 3 orang tengah tidur nyenyak. Tiga orang itu tiada lain adalah Anton mantan suami Angel, Yurika istri baru Anton dan seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun.Sekitar jam 1 tengah malam Anton tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya, bukan karena nyamuk akan tetapi karena getaran yang berasal dari ponsel Yurika yang saat itu beberapa pesan WA masuk.Posisi ponsel Yurika berada di samping bantalnya, karena penasaran siapa gerangan yang mengirim pesan tengah malam ke ponsel istrinya itu Anton pun segera meraih ponsel itu.Saat Anton membuka pesan WA di ponsel istrinya, pesan itu berasal dari seorang pria bernama Joni. Anton pun membaca pesan WA itu dan alangkah terkejutnya di sana sosok Joni memanggil Yurika dengan panggilan sayang, Anton semakin penasaran dan menscroll pesan itu lebih ke atas dan saat itulah kedua mata Anton terbelalak.Jantungnya berdegup kencang, darahnya berasa naik ke ubun-ubun saat membaca pesan yang sal
“Iya juga sih Roy, serba salah jadinya. Nggak diceritakan jadi ganjalan di hati, di ceritakan begini jadinya.” Ujar Ardi.“Benar Bang,” ucap Roy singkat.“Kamu jadi kembali ke majikanmu yang dulu itu? Lalu apa kerjamu sekarang Roy?” tanya Ardi.“Ya, aku emang kembali ke rumah Tante Angel. Sekarang aku kerja sebagai supir merangkap asisten pribadinya,” jawab Roy.“Loh, kemarin kamu sempat bilang jika dia akan membuka perusahaan pariwisata di sana dan kamu akan ditunjuk sebagai pengelolanya?” Ardi kembali bertanya.“Jadi Bang, untuk membangun perusahaan itu tentu saja butuh perencanaan yang matang serta pelaksanaannya butuh waktu. Makanya untuk sementara aku dijadikan supir dan asisten pribadi oleh Tante Angel, nanti aku akan kasih kabar sama Bang Ardi jika perusahaan itu telah berdiri dan berjalan.” Tutur Roy.“Iya Roy,” ujar Ardi.“Ya udah Bang, kapan-kapan aku telpon lagi. Selamat pagi dan selamat bekerja kembali Bang,” ucap Roy.“Oke Roy, selamat pagi.” balas Ardi lalu percakapan me
“Biasanya kamu sibuk saat akhir bulan, inikan baru minggu kedua itupun kamu nggak pernah Oma lihat seperti ini duduk sendirian sambil bermenung. Ayolah Viola cerita aja sama Oma apa yang sedang kamu pikirkan?” Oma yang tahu persis akan sikap cucunya itu tentu saja tak percaya dan curiga ada sesuatu yang tengah terjadi di diri Viola.“Mas Roy resign dari kantor dan sekarang pergi tinggalkan pulau ini,” Viola akhirnya jujur karena ia merasa takan bisa sembunyikan tentang yang ia lamunankan saat itu.“Roy resign dan pergi? Kapan itu dan ia pergi ke mana?” tanya Oma kaget.“Sehari sesudah aku memarahinya, aku juga nggak tahu apakah dia pulang ke desanya atau kembali ke Jakarta.” Jawab Viola.“Wah, kok sampai separah ini akibatnya hingga dia resign dan pergi.” Oma tak menyangka.“Aku juga nggak menyangka Oma, barang kali benar dugaanku dan juga Puspa jika dia nggak benar-benar mencintaiku.” Ulas Viola dan terdengar dia menarik napas dalam-dalam.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan begi
Sore itu sepulang dari kantor, Roy yang telah mandi dan mengganti pakaiannya langsung menuju perkarangan belakang di mana di sana terdapat kolam renang. Roy duduk di kursi yang di depannya sebuah meja berbentuk bulat dan beratap ayaman serap kayu hingga saat tengah hari pun duduk di sana akan tetap terasa sejuik.Setelah menyeruput kopi hangat yang tadi dibuatkan Bi Surti, Roy pun menyulut sebatang rokok dan menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke atas. Melihat dari sikapnya itu agaknya ada sesuatu yang tengah mengganjal pikirannya, tatapannya begitu kosong mengarah ke tengah-tengah kolam.“Nggak terasa udah 1 minggu lebih aku berada di sini dan bekerja sebagai supir merangkap asisten pribadi Tante Angel,” gumamnya dalam hati, lalu ia meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja bulat di dekat gelas berisi kopi itu.“Pesan WA ku dia baca tapi nggak direspon sama sekali, agaknya memang Viola benar-benar marah bahkan mungkin juga benci sama aku. Ada baiknya aku ganti kartu aja agar ak
“Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf
Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m
Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka