LOGIN“Iya Bu, aku salah satunya dari para gembel di bawah jembatan itu,” jawab Roy santai meskipun hati kecilnya merasa tertekan.
“Terus, kamu kerja apa buat makan sehari-hari?” tanya Cindy lagi.
“Jadi pemulung Bu.”
Cindy terkejut mendengarnya karena tak menyangka pria tampan di hadapannya itu seorang gembel dan pemulung. “Kamu pernah sekolah dan punya ijasah?”
“Ya, aku tamatan SMA dan ijasahku ada di dalam ransel ini,” jawab Roy sembari menunjuk ranselnya.
“Hemmm, karena kamu nolak amplopku tadi, mau nggak kalau kamu aku pekerjakan di kantor perusahaanku sebagai OB?”
Wanita cantik itu tersenyum membuat Roy tercengang.“OB....?!” Roy mengulangi kata-kata Cindy.
Beberapa saatnya Cindy tersenyum lalu menarik napasnya.
Ia maklum jika Roy yang tidak mengerti tentang OB yang dikatakannya tadi karena memang pria muda tampan di depannya itu diketahuinya tinggal di kolong jembatan menjadi gembel.
“OB itu kepanjangan dari Office Boy, artinya pembantu di kantor perusahaan. Tugasmu nantinya bermacam-macam, mulai dari menyiapkan minum para karyawan hingga kebersihan ruangan-ruangan kantor. Gimana, kamu bersedia dan sanggup melakukan pekerjaan yang aku tawarkan itu?” jelas Cindy sembari bertanya.
“Ya, aku bersedia dan sanggup Bu. Jam berapa aku harus tiba di kantor perusahaan Bu Cindy itu, agar aku bisa bangun lebih awal dan berangkat dari tempat tinggalku di bawah jembatan sana itu?” Roy begitu gembira dan bersemangat.
“Hemmm, kalau kamu bersedia menjadi OB di kantorku kamu tentu nggak akan tinggal di bawah jembatan itu lagi melainkan akan disediakan tempat tinggal di salah satu ruangan di kantor perusahaanku itu. Nah, kebetulan sekarang hari libur mari ikut aku ke kantor! Nanti aku akan meminta beberapa orang satpam yang sedang bertugas di sana untuk menyiapkan ruangan tempat tinggalmu itu, sekalian juga nanti segala perlengkapannya di ruangan itu.”
Setelah penjelasan panjang lebar itu, Cindy lalu mengajak Roy ke kantor perusahaannya.
Pemuda tampan dari desa itu tak tahu harus berkata apalagi saat ini hatinya begitu gembira bercampur haru.
Dengan mengunakan mobil mewah jenis Alphard, Cindy mengajak Roy ke kantor perusahaannya.
Wanita itu juga tak mempermasalahkan penampilannya yang kotor.
****
“Nah, inilah kantor perusahaanku Roy!” ujar Cindy saat tiba di depan gedung kantor perusahaannya.
“Wah..! Besar sekali Bu, bertingkat lagi.” Roy terkejut dan terkesima melihat megah bangunan di depannya itu.
Cindy sendiri hanya tersenyum sembari geleng-gelengkan kepala melihat sikap Roy yang tak ubahnya seorang pemuda yang udik namun Cindy menilai sikap Roy merupakan sebuah kepolosan.
“Besar dan bertingkat begini apa aku akan sanggup membersihkannya setiap hari ya, Bu?” sambung Roy merasa ragu dapat mengerjakan pekerjaannya sebagai OB di kantor itu.
“Hemmm, kalau dikerjakan sendiri tentu aja nggak bakalan sanggup. Tapi kamu nggak sendiri Roy, ada beberapa orang OB yang juga aku pekerjakan di sini tapi hanya kamu yang aku sediakan tempat tinggal di kantor ini.”
Cindy pun berjalan menuju pintu masuk bangunan kantor itu.
Dua orang satpam yang berjaga di depan bangunan kantor itu nampak setengah berlari menghampiri mereka.
Melihat hal itu, secara reflek Cindy hentikan langkahnya.
“Selamat pagi, Bu!” ucap mereka berbarengan.
“Selamat pagi!” balas Cindy.
“Maaf, tumben Bu Cindy datang ke kantor di hari libur ini?” tanya salah seorang dari mereka.
“Oh ya, perkenalkan ini Roy. Dia akan aku pekerjakan sebagai salah seorang OB di kantor ini, berkaitan dengan itu aku minta bantuan kalian berdua untuk menyediakan sebuah ruangan untuk tempat tinggalnya.”
“Baik Bu.” Kedua satpam itu pun bersalaman dengan Roy.
“Oh ya, mengenai segala perlengkapan ruangan itu nantinya biar aku aja yang memesannya dan besok aku minta Bu Audi untuk membayarnya!” ujar Cindy.
Dari penjelasan wanita itu, Roy pun mengetahui bahwa Bu Audi adalah kepala bagian keuangan kantor perusahaan itu.
“Baik Bu.”
Kedua satpam itu, lalu dengan segera melaksanakan perintah dari Cindy untuk menyiapkan ruangan tempat tinggal Roy di lantai dasar bangunan kantor perusahaan itu.
Kurang lebih satu jam sebuah ruangan yang dijadikan tempat tinggal Roy pun telah siap.
Tadinya Cindy melarang Roy untuk ikut membantu karena dia telah memberi tugas itu pada dua orang satpamnya akan tetapi Roy tetap bersikukuh dan Cindy pun tak dapat mencegahnya lagi.
Dari situ Cindy makin yakin jika Roy memang sosok yang benar-benar dapat diandalkan meskipun hanya bekerja sebagai OB, Roy dan kedua satpam segera menemui Cindy yang saat itu duduk menunggu di sebuah ruangan bagian paling depan gedung perkantoran itu.
“Maaf Bu, kami ingin memberi tahu jika ruangan yang akan dijadikan tempat tinggal Mas Roy telah selesai kami kerjakan.” Salah seorang dari satpam memberi laporan, Roy menganggukan kepalanya memastikan yang dilaporkan satpam itu.
“Terima kasih, oh ya Roy mulai hari ini kamu udah resmi menjadi karyawan di kantor ini. Meskipun begitu kamu nggak perlu melakukan aktifitas apa-apa, karena memang hari ini hari libur dan kegiatan kantor dimulai kembali besok pagi. Kamu bisa istirahat di ruangan yang telah disediakan itu, jika ada perlu apa-apa telpon aku."
"Sekarang aku pamit pulang, besok pagi kamu akan aku pertemukan dengan para OB lainnya untuk mengetahui tugas-tugas apa saja yang musti kamu kerjakan.”
“Baik Bu.”
Tenyata Roy tidak lupa dengan yang disampaikan Cindy saat mereka di dalam mobil sebelum tiba di kantor itu, bahwasanya jika di kantor dia harus memanggilnya Bu Cindy bukan Tante.
****
Pagi itu kota Jakarta cukup cerah, di jalan raya sudah ramai kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat berlalu lalang. Umumnya mereka menuju tempat beraktifitas seperti kantor maupun tempat usaha, begitu pula dengan Cindy sebagai CEO sebuah perusahaan.
Setibanya di kantor, Cindy langsung memanggil Roy menuju sebuah ruangan dan tak lama tiba pula beberapa orang berseragam sama dengan Roy sebagai OB di kantor perusahaan itu.
“Kalian aku panggil ke sini karena aku ingin memberi tahu sekaligus memperkenalkan kalian dengan OB baru di kantor ini, silahkan Roy!” ujar Cindy, Roy kemudian memperkenalkan dirinya sembari berjabat tangan dengan para OB lainnya.
“Karena dia baru masuk hari ini, aku harap kalian bersedia memberi tahu tugas-tugas apa saja yang musti ia kerjakan. Aku menempatkan Roy sebagai OB di lantai bawah ini, sementara kalian tetap di lantai masing-masing sesuai dengan pembagian tempat yang telah dibagi.”
“Baik Bu!” ucap mereka berbarengan.
Cindy pun kemudian pamit menuju ruangannya di lantai paling atas sementara Roy masih berada di ruangan itu bersama para OB lainnya guna mendengarkan arahan dari OB yang paling senior.
Hari pertama Roy bekerja sebagai OB di perusahaan milik Cindy tentu saja masih kaku, tak jarang ia bertanya dan diarahkan para seniornya tentang pekerjaan yang musti ia lakukan.
Siang itu tepat jam istirahat akivitas kantor, Cindy secara mengejutkan menemui Roy di lantai dasar yang rupanya masih melakukan pekerjaan membereskan gelas-gelas minuman yang berada di meja para karyawan.
“Loh, kamu kok masih kerja Roy? Sekarang udah waktunya istirahat.”
Roy yang tak menyadari kehadiran Cindy, sontak terkejut. "Bu Cindy?"
Di dalam sebuah restoran tepatnya di sebuah meja malam itu Roy duduk berdua dengan Friska, tak beberapa lama mereka duduk beberapa orang pelayanan restoran datang mengantar menu-menu yang baru saja mereka pesan.“Yuk kita makan, mumpung semua yang dihidangkan masih hangat dan segar.” ajak Roy setelah para pelayan restoran meninggalkan meja itu, Friska mengangguk sembari tersenyum.“Gimana kuliah mu?” sambung Roy.“Alhamdulilah lancar, Mas.” Jawab Friska di sela-sela menyantap menu makan malam di atas meja itu.Tak berselang lama, ponsel Roy yg berada di atas meja pun berbunyi. Roy meraih ponselnya itu melihat sejenak nomor kontak yang melakukan panggilan, lalu ia pun mengangkatnya.“Assalamu alaikum, Bu.” ucap Roy.“Waalaikum salam.” Balas sosok wanita yang melakukan panggilan ke ponsel Roy dan dipanggil dengan sebutan Ibu itu.“Ada apa Bu, tumben nelpon ku malam ini?” tanya Roy penasaran.“Hemmm, ng ada apa-apa. Ibu kangen aja karena udah cukup lama juga kita nggak ngobrol, kamu ng s
“Oma hanya ingin menyarankan jika memang hati mu belum benar-benar bisa melupakan Roy, sebaiknya jangan berikan harapan apapun pada Bobby. Kamu nggak bisa juga memaksakan diri yang ada nanti Bobby akan kecewa dan itu jelas tidak baik untuk hubungan bisnis kalian ke depannya,” Oma memberi saran.“Iya Oma, aku ngerti itu makanya sampai saat ini aku nggak pernah memberi harapan apapun pada Bobby. Aku hanya bilang sama dia untuk bersabar jika memang dia memiliki perasaan sama aku, jika memang suatu saat nanti aku memiliki perasaan yang sama padanya aku akan menerimanya tapi jika tidak aku nggak bisa memaksakan diri dan antara kami tetap berteman biasa saja.” tutur Viola.“Lalu apa tanggapan Bobby?” tanya Oma.“Dia setuju dan tak ingin pula memaksakan perasaan ku kepadanya.” jawab Viola.“Baguslah jika emang demikian, Oma lega dan tak ada yang perlu dikuatirin lagi.” ujar Oma tersenyum lega.****Malam itu di rumah Leni sahabat Angel, Leni duduk ngobrol bersama putrinya yang bernama Friska
Siang itu di sebuah restoran mewah, dua wanita yang baru saja datang dan duduk di salah satu meja di dalam restoran itu nampak asyik ngrobrol sambil menikmati menu yang baru saja mereka pesan.“Aku pikir kamu tadinya nggak bisa datang Angel, karena sibuk dengan kerjaan di kantor.” salah seorang dari wanita itu mengawali obrolan.“Sesibuk apapun kalau tiba saatnya istirahat dan makan siang tentu aja semua aktifitas juga harus dihentikan sementara, kamu juga begitu kan Leni?” ulas Angel yang ternyata sosok wanita yang bersamanya itu adalah Leni sahabatnya Mama dari Priska.“Oh ya gimana kabarnya, Roy?” tanya Leni.“Dia baik-baik aja, perusahaan yang ia pimpin pun kian hari kian berkembang.” Jawab Angel.“Kamu beruntung memiliki keponakan angkat seperti dia dan mempercayakannya untuk memimpin perusahaan itu,” ujar Leni yang memuji sosok Roy.“Hemmm, iya Len. Aku memang beruntung bisa kenal dan sekaligus mengangkatnya sebagai keponakan. Sayangnya saat ini ada sedikit hal yang menganggu pi
Setibanya di Jakarta, Roy kembali beraktifitas seperti biasanya yaitu sebagai direktur perusahaan pariwisata milik Angel. Entah kenapa sekembalinya dia dari desa, sikap Roy agak berubah yang biasanya selalu nampak happy dan penuh semangat hari itu kelihatan lesu.Ketika pulang dari kantor pun Roy masih saja tak begitu bersemangat seperti biasanya, setelah mandi ia duduk bermenung sendiri di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dan menyulut sebatang rokok.“Loh, tumben-tumbennya kamu duduk melamun sendiri di sini?” sapa Angel yang saat itu juga menuju teras dari kamarnya di lantai atas.“Eh, Tante rupanya.” Roy berkata setelah ia terperanjat kaget dan tergugah dari lamunannya.“Tante nggak minum?” sambung Roy setelah Angel ikut duduk di teras itu bersebelahan dengannya.“Tadi aku minta dibuatkan jus oleh Bi Surti, ntar lagi juga datang.” jawab Angel, Roy menanggapi dengan menganggukan kepalanya.“Kamu kenapa Roy? Tadi Bi Surti juga bilang sejak kamu pulang dari kantor terlihat
Beberapa menit kemudian Roy mengantar kedua orang tuanya ke sebuah kamar yang selama ini diperuntukan bagi tamu di rumah mewah itu untuk beristirahat, sementara Hesti adiknya beristirahat di kamar tamu yang satu lagi yang juga berada di lantai bawah.Sore hari setelah selesai mandi dan duduk santai di ruangan depan, Angel yang juga sudah kembali ke rumah itu setelah menghadiri sebuah acara di luar ikut gabung dengan mereka.“Nah, Ayah dan Ibu dan juga Hesti inilah Tante Angel pemilik rumah ini sekaligus atasan ku.” Roy langsung memperkenalkan Angel pada kedua orang tua dan juga adiknya.Mereka pun saling bersalaman dan memperkenalkan diri, setelah berdiri beberapa saat mereka kemudian duduk kembali.“Untuk Bapak dan Ibu ketahui saja, saat ini Roy menjabat menjadi direktur di perusahaan ku yang baru. Baru dua bulan dia memimpin perusahaan itu sudah mulai menunjukan perkembangannya,” tutur Angel.“Apa?! Roy jadi direktur perusahaan?” Pak Jaka dan Bu Ningsih terkejut begitu juga dengan H
Berbeda dengan Roy saat berangkat ke Jakarta dulu menumpang mobil truk Kang Umar sahabat Ayahnya, truk Kang Umar itu membawa buah-buahan dari desa itu ke Kota Jakarta. Pagi itu kedua orang tua Roy dan juga Adiknya berangkat ke Jakarta menaiki Bus dengan jarak lebih kurang 300 KM dari Desa Nelayan itu, setibanya di terminal mereka di sarankan Roy untuk naik GoCar menuju alamat rumah mewah milik Angel.Begitu tiba di depan rumah Angel, Pak Jaka dan Bu Ningsih serta Hesti sangat terkejut. Mereka seakan tidak percaya jika Roy memberi alamat yang tepat atau tinggal di rumah megah itu, Pak Rudi satpam penjaga rumah yang melihat mereka turun dari GoCar segera menghampiri ketika mereka menghampiri pagar.“Maaf, Bapak dan Ibu serta Mbak ini ingin mencari atau mau bertemu dengan siapa di sini?” sapa dan tanya Pak Rudi diiringi senyum ramahnya, Pak Jaka dan Bu Ningsih serta Hesti yang masih bengong langsung terkejut.“Kami diberikan alamat rumah ini oleh putra kami, tapi kami tiba-tiba saja ragu







