Share

Bab 2. Rezeki

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2024-04-08 23:31:24

“Iya Bu, aku salah satunya dari para gembel di bawah jembatan itu,” jawab Roy santai meskipun hati kecilnya merasa tertekan.

“Terus, kamu kerja apa buat makan sehari-hari?” tanya Cindy lagi.

“Jadi pemulung Bu.”

Cindy terkejut mendengarnya karena tak menyangka pria tampan di hadapannya itu seorang gembel dan pemulung. “Kamu pernah sekolah dan punya ijasah?”

“Ya, aku tamatan SMA dan ijasahku ada di dalam ransel ini,” jawab Roy sembari menunjuk ranselnya.

“Hemmm, karena kamu nolak amplopku tadi, mau nggak kalau kamu aku pekerjakan di kantor perusahaanku sebagai OB?” 

Wanita cantik itu tersenyum membuat Roy tercengang.

“OB....?!” Roy mengulangi kata-kata Cindy.

Beberapa saatnya Cindy tersenyum lalu menarik napasnya.

Ia maklum jika Roy yang tidak mengerti tentang OB yang dikatakannya tadi karena memang pria muda tampan di depannya itu diketahuinya tinggal di kolong jembatan menjadi gembel.

“OB itu kepanjangan dari Office Boy, artinya pembantu di kantor perusahaan. Tugasmu nantinya bermacam-macam, mulai dari menyiapkan minum para karyawan hingga kebersihan ruangan-ruangan kantor. Gimana, kamu bersedia dan sanggup melakukan pekerjaan yang aku tawarkan itu?” jelas Cindy sembari bertanya.

“Ya, aku bersedia dan sanggup Bu. Jam berapa aku harus tiba di kantor perusahaan Bu Cindy itu, agar aku bisa bangun lebih awal dan berangkat dari tempat tinggalku di bawah jembatan sana itu?” Roy begitu gembira dan bersemangat.

“Hemmm, kalau kamu bersedia menjadi OB di kantorku kamu tentu nggak akan tinggal di bawah jembatan itu lagi melainkan akan disediakan tempat tinggal di salah satu ruangan di kantor perusahaanku itu. Nah, kebetulan sekarang hari libur mari ikut aku ke kantor! Nanti aku akan meminta beberapa orang satpam yang sedang bertugas di sana untuk menyiapkan ruangan tempat tinggalmu itu, sekalian juga nanti segala perlengkapannya di ruangan itu.”

Setelah penjelasan panjang lebar itu, Cindy lalu mengajak Roy ke kantor perusahaannya.

Pemuda tampan dari desa itu tak tahu harus berkata apalagi saat ini hatinya begitu gembira bercampur haru.

Dengan mengunakan mobil mewah jenis Alphard, Cindy mengajak Roy ke kantor perusahaannya.

Wanita itu juga tak mempermasalahkan penampilannya yang kotor.

****

“Nah, inilah kantor perusahaanku Roy!” ujar Cindy saat tiba di depan gedung kantor perusahaannya.

“Wah..! Besar sekali Bu, bertingkat lagi.” Roy terkejut dan terkesima melihat megah bangunan di depannya itu.

Cindy sendiri hanya tersenyum sembari geleng-gelengkan kepala melihat sikap Roy yang tak ubahnya seorang pemuda yang udik namun Cindy menilai sikap Roy merupakan sebuah kepolosan.

“Besar dan bertingkat begini apa aku akan sanggup membersihkannya setiap hari ya, Bu?” sambung Roy merasa ragu dapat mengerjakan pekerjaannya sebagai OB di kantor itu.

“Hemmm, kalau dikerjakan sendiri tentu aja nggak bakalan sanggup. Tapi kamu nggak sendiri Roy, ada beberapa orang OB yang juga aku pekerjakan di sini tapi hanya kamu yang aku sediakan tempat tinggal di kantor ini.”

Cindy pun berjalan menuju pintu masuk bangunan kantor itu.

Dua orang satpam yang berjaga di depan bangunan kantor itu nampak setengah berlari menghampiri mereka.

Melihat hal itu, secara reflek Cindy hentikan langkahnya.

“Selamat pagi, Bu!” ucap mereka berbarengan.

“Selamat pagi!” balas Cindy.

“Maaf, tumben Bu Cindy datang ke kantor di hari libur ini?” tanya salah seorang dari mereka.

“Oh ya, perkenalkan ini Roy. Dia akan aku pekerjakan sebagai salah seorang OB di kantor ini, berkaitan dengan itu aku minta bantuan kalian berdua untuk menyediakan sebuah ruangan untuk tempat tinggalnya.” 

“Baik Bu.” Kedua satpam itu pun bersalaman dengan Roy.

“Oh ya, mengenai segala perlengkapan ruangan itu nantinya biar aku aja yang memesannya dan besok aku minta Bu Audi untuk membayarnya!” ujar Cindy.

Dari penjelasan wanita itu, Roy pun mengetahui bahwa Bu Audi adalah kepala bagian keuangan kantor perusahaan itu.

“Baik Bu.”

Kedua satpam itu, lalu dengan segera melaksanakan perintah dari Cindy untuk menyiapkan ruangan tempat tinggal Roy di lantai dasar bangunan kantor perusahaan itu.

Kurang lebih satu jam sebuah ruangan yang dijadikan tempat tinggal Roy pun telah siap.

Tadinya Cindy melarang Roy untuk ikut membantu karena dia telah memberi tugas itu pada dua orang satpamnya akan tetapi Roy tetap bersikukuh dan Cindy pun tak dapat mencegahnya lagi.

Dari situ Cindy makin yakin jika Roy memang sosok yang benar-benar dapat diandalkan meskipun hanya bekerja sebagai OB, Roy dan kedua satpam segera menemui Cindy yang saat itu duduk menunggu di sebuah ruangan bagian paling depan gedung perkantoran itu.

“Maaf Bu, kami ingin memberi tahu jika ruangan yang akan dijadikan tempat tinggal Mas Roy telah selesai kami kerjakan.” Salah seorang dari satpam memberi laporan, Roy menganggukan kepalanya memastikan yang dilaporkan satpam itu.

“Terima kasih, oh ya Roy mulai hari ini kamu udah resmi menjadi karyawan di kantor ini. Meskipun begitu kamu nggak perlu melakukan aktifitas apa-apa, karena memang hari ini hari libur dan kegiatan kantor dimulai kembali besok pagi. Kamu bisa istirahat di ruangan yang telah disediakan itu, jika ada perlu apa-apa telpon aku."

"Sekarang aku pamit pulang, besok pagi kamu akan aku pertemukan dengan para OB lainnya untuk mengetahui tugas-tugas apa saja yang musti kamu kerjakan.” 

“Baik Bu.”

Tenyata Roy tidak lupa dengan yang disampaikan Cindy saat mereka di dalam mobil sebelum tiba di kantor itu, bahwasanya jika di kantor dia harus memanggilnya Bu Cindy bukan Tante.

****

Pagi itu kota Jakarta cukup cerah, di jalan raya sudah ramai kendaraan baik itu roda dua maupun roda empat berlalu  lalang. Umumnya mereka menuju tempat beraktifitas seperti kantor maupun tempat usaha, begitu pula dengan Cindy sebagai CEO sebuah perusahaan.

Setibanya di kantor, Cindy langsung memanggil Roy menuju sebuah ruangan dan tak lama tiba pula beberapa orang berseragam sama dengan Roy sebagai OB di kantor perusahaan itu.

“Kalian aku panggil ke sini karena aku ingin memberi tahu sekaligus memperkenalkan kalian dengan OB baru di kantor ini, silahkan Roy!” ujar Cindy, Roy kemudian memperkenalkan dirinya sembari berjabat tangan dengan para OB lainnya.

“Karena dia baru masuk hari ini, aku harap kalian bersedia memberi tahu tugas-tugas apa saja yang musti ia kerjakan. Aku menempatkan Roy sebagai OB di lantai bawah ini, sementara kalian tetap di lantai masing-masing sesuai dengan pembagian tempat yang telah dibagi.” 

“Baik Bu!” ucap mereka berbarengan.

Cindy pun kemudian pamit menuju ruangannya di lantai paling atas sementara Roy masih berada di ruangan itu bersama para OB lainnya guna mendengarkan arahan dari OB yang paling senior.

Hari pertama Roy bekerja sebagai OB di perusahaan milik Cindy tentu saja masih kaku, tak jarang ia bertanya dan diarahkan para seniornya tentang pekerjaan yang musti ia lakukan.

Siang itu tepat jam istirahat akivitas kantor, Cindy secara mengejutkan menemui Roy di lantai dasar yang rupanya masih melakukan pekerjaan membereskan gelas-gelas minuman yang berada di meja para karyawan.

“Loh, kamu kok masih kerja Roy? Sekarang udah waktunya istirahat.”

Roy yang tak menyadari kehadiran Cindy, sontak terkejut. "Bu Cindy?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 209. Nomor Dan WA Tak Aktif

    “Iya juga sih Roy, serba salah jadinya. Nggak diceritakan jadi ganjalan di hati, di ceritakan begini jadinya.” Ujar Ardi.“Benar Bang,” ucap Roy singkat.“Kamu jadi kembali ke majikanmu yang dulu itu? Lalu apa kerjamu sekarang Roy?” tanya Ardi.“Ya, aku emang kembali ke rumah Tante Angel. Sekarang aku kerja sebagai supir merangkap asisten pribadinya,” jawab Roy.“Loh, kemarin kamu sempat bilang jika dia akan membuka perusahaan pariwisata di sana dan kamu akan ditunjuk sebagai pengelolanya?” Ardi kembali bertanya.“Jadi Bang, untuk membangun perusahaan itu tentu saja butuh perencanaan yang matang serta pelaksanaannya butuh waktu. Makanya untuk sementara aku dijadikan supir dan asisten pribadi oleh Tante Angel, nanti aku akan kasih kabar sama Bang Ardi jika perusahaan itu telah berdiri dan berjalan.” Tutur Roy.“Iya Roy,” ujar Ardi.“Ya udah Bang, kapan-kapan aku telpon lagi. Selamat pagi dan selamat bekerja kembali Bang,” ucap Roy.“Oke Roy, selamat pagi.” balas Ardi lalu percakapan me

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 208. Viola Diminta Berfikir Jernih

    “Biasanya kamu sibuk saat akhir bulan, inikan baru minggu kedua itupun kamu nggak pernah Oma lihat seperti ini duduk sendirian sambil bermenung. Ayolah Viola cerita aja sama Oma apa yang sedang kamu pikirkan?” Oma yang tahu persis akan sikap cucunya itu tentu saja tak percaya dan curiga ada sesuatu yang tengah terjadi di diri Viola.“Mas Roy resign dari kantor dan sekarang pergi tinggalkan pulau ini,” Viola akhirnya jujur karena ia merasa takan bisa sembunyikan tentang yang ia lamunankan saat itu.“Roy resign dan pergi? Kapan itu dan ia pergi ke mana?” tanya Oma kaget.“Sehari sesudah aku memarahinya, aku juga nggak tahu apakah dia pulang ke desanya atau kembali ke Jakarta.” Jawab Viola.“Wah, kok sampai separah ini akibatnya hingga dia resign dan pergi.” Oma tak menyangka.“Aku juga nggak menyangka Oma, barang kali benar dugaanku dan juga Puspa jika dia nggak benar-benar mencintaiku.” Ulas Viola dan terdengar dia menarik napas dalam-dalam.“Kamu jangan terlalu cepat menyimpulkan begi

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 207. Sama-sama Melamun

    Sore itu sepulang dari kantor, Roy yang telah mandi dan mengganti pakaiannya langsung menuju perkarangan belakang di mana di sana terdapat kolam renang. Roy duduk di kursi yang di depannya sebuah meja berbentuk bulat dan beratap ayaman serap kayu hingga saat tengah hari pun duduk di sana akan tetap terasa sejuik.Setelah menyeruput kopi hangat yang tadi dibuatkan Bi Surti, Roy pun menyulut sebatang rokok dan menghisapnya lalu menghembuskan asapnya ke atas. Melihat dari sikapnya itu agaknya ada sesuatu yang tengah mengganjal pikirannya, tatapannya begitu kosong mengarah ke tengah-tengah kolam.“Nggak terasa udah 1 minggu lebih aku berada di sini dan bekerja sebagai supir merangkap asisten pribadi Tante Angel,” gumamnya dalam hati, lalu ia meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja bulat di dekat gelas berisi kopi itu.“Pesan WA ku dia baca tapi nggak direspon sama sekali, agaknya memang Viola benar-benar marah bahkan mungkin juga benci sama aku. Ada baiknya aku ganti kartu aja agar ak

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 206. Viola Menduga-duga

    “Maaf Bu, saya sebenarnya saat Mas Roy menemui saya dan mengajukan resign ingin sekali menelpon Bu Viola. Akan tetapi saat Mas Roy mengatakan jika alasan ia resign karena Bu Viola marah padanya, saya tidak berani menghubungi Ibu. Selain mengembalikan kunci kontak mobil operasional, Mas Roy juga mengembalikan kunci rumah yang ia tempati,” tutur Puspa.“Hah? Kunci rumahnya juga ia serahkan sama Bu Puspa?” kembali Viola terkejut.“Benar Bu,” ucap Puspa menegaskan kembali.“Terus dia bilang nggak akan ke mana dan menginap di mana?” tanya Viola.“Mas Roy bilang jika tidak kembali ke desanya, dia akan ke Jakarta. Mengenai tempat menginap hari itu dia akan menemui Bang Ardi sekaligus menginap ke sana sebelum ia memutuskan untuk pergi ke desanya atau ke Jakarta.” Jelas Puspa, terdengar jelas tarikan napas berat Viola dan ia pun seakan duduk terhenyak di kursinya mendengar keterangan dari Puspa itu.“Aku nggak nyangka akan seserius ini dampaknya setelah aku marah padanya hari itu di sebuah caf

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 205. Viola Terkejut Roy Resign

    Hari ke empat sejak Roy meninggalkan Pulau Bali dan kembali ke Jakarta, Viola baru mau mengaktifkan ponselnya yang sejak bertemu terakhir dengan Roy di cafe ponsel itu sengaja ia matikan dan taruh di dalam lemari.Selama empat hari itu pula Viola tidak masuk ke kantor, kesehariannya hanya ia habiskan waktu di rumah terlebih di dalam kamarnya. Begitu terpukulnya dia setelah Roy mengungkapkan semua tentang masa lalu kekasihnya itu, hingga akibat kesal dan juga amarah membuat CEO cantik perusahaan pariwisata itu bersikap seperti itu.Ponsel yang baru ia aktifkan itu ternyata terdapat beberapa kali panggilan tak terjawab dan 1 pesan WA dari Roy, karena penasaran pesan WA itu pun ia buka.“Aku tahu kamu nggak bisa menerima akan semua yang aku ceritakan perihal masa laluku itu, aku pun menerima jika memang kamu marah bahkan juga benci padaku. Aku sadar dan mengakui jika aku telah berbuat suatu kesalahan besar, harusnya sejak awal aku ceritakan tentang masa laluku itu padamu. Untuk itu aku m

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 204. Roy Diajak Ke Kantor

    Pagi itu Angel sarapan tak lagi sendiri melainkan ditemani oleh Roy yang juga telah mengenakan pakaian rapi, sementara ketiga pembantu rumah itu sarapan di meja makan di ruangan belakang.“Benar nih kamu nggak ingin istirahat dulu soalnya baru kemarin kamu tiba di sini dari Bali?” tanya Angel membuka obrolan mereka di meja makan.“Nggak Tante, aku merasa cukup fit kok pagi ini.” jawab Roy diiringi senyumnya.“Oh syukurlah kalau begitu, berarti nggak ada salahnya kan kalau pagi ini aku ajak kamu ke kantor?” ucap Angel.“Tentu nggak Tante, kira-kira apa tujuan Tante mengajakku ke kantor soalnya tadi malam Tante nggak bilang alasannya?” tanya Roy.“Kamu kan belum pernah aku ajak melihat kantor perusahaanku dan memang selama kamu dulu kerja di rumah ini, kamu nggak sekalipun aku minta datang ke sana. Di samping itu di sana nanti kita bahas tentang rencana membuka perusahaan pariwisata yang tempo hari aku bilang sama kamu saat kita bertemu di Bali,” tutur Angel.“Oh begitu, Tante yakin aka

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 203. Surprise Buat Angel

    Sekitar jam 5 sore Angel yang telah pulang dari kantor perusahaannya tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya di halaman ia pun seperti biasanya masuk ke dalam rumah lalu menuju kamarnya di lantai atas untuk mandi dan berganti pakaian.Dengan santai dan tak memiliki firasat apa-apa ia ke luar dari kamarnya turun ke lantai bawah dan duduk di ruang tengah, tak beberapa lama terdengar ia memanggil salah seorang pembantunya.“Bi Surti..!”“Iya Nyonya,” sahut sosok yang dipanggil dari ruangan belakang, dan tak lama ia pun tiba di ruangan di mana Angel duduk.“Nyonya mau dibuatkan teh hangat?” tanya Bi Surti yang memang hampir setiap majikannya itu pulang dari kantor lalu duduk santai di ruangan tengah itu minta dibuatkan teh hangat.“Nggak Bi, karena cuacanya sejak dari kantor tadi dan setelah mandi aku masih merasa gerah. Aku mau Bi Surti buatkan jus alpukat aja, alpukatnya masih ada di kulkas kan Bi?” jawab Angel sembari balik bertanya.“Ada Nyonya, sebentar saya buatkan,” ulas Bi Sur

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 202. Roy Terbang Ke Jakarta

    Pagi itu gerimis turun mengembuni Pulau Bali, Roy yang telah bersiap berangkat ke bandara nampak ke luar dari kamar yang disediakan pihak hotel. Setiba di lobi Roy pun terkejut, ternyata di sana Ardi telah menunggunya berikut mobilnya yang telah ia parkir di depan.“Berangkat sekarang Roy?” sapa Ardi sembari bertanya.“Iya Bang,” jawab Roy yang masih terkejut karena tak menyangka Ardi menunggunya di sana.“Ya udah kalau begitu yuk kita berangkat sekarang,” ajak Ardi.“Loh, kenapa Bang Ardi pakai repot-repot ngantarku ke bandara segala. Aku kan bisa ke sana dengan taksi,” ujar Roy merasa sungkan.“Sejak tahu kamu akan kembali ke Jakarta kemarin, aku emang udah berniat mengantarmu ke bandara.” Ulas Ardi diiringi senyum ramahnya.“Wah, jadi nggak enak udah disediakan kamar dan nggak boleh disewa Bang Ardi juga akan mengantarku segala ke bandara.” ujar Roy makin sungkan.“Hemmm, aku bukan hanya menganggapmu sahabat tapi udah seperti saudara sendiri. Ayo kita berangkat sekarang nanti ketin

  • Simpanan Nyonya CEO   Bab 201. Terkejut Dan Menyayangkan

    Ardi terkejut setelah mengetahui sosok yang mengetuk pintu ruangannya dan dipersilahkan masuk itu adalah Roy, secara spontan ia berdiri dari duduknya lalu menyongsong Roy kemudian mengajaknya duduk di kursi tamu dalam ruangan manajer hotel itu.“Aku kira tadi siapa, ternyata kamu Roy. Ada yang perlu aku bantu sampai kamu datang menemuiku di sini?” Ardi mengawali obrolan mereka di ruangan itu dengan bertanya.“Maaf Bang kalau aku ke sini nggak kasih kabar dulu, nggak ada sih aku hanya ingin menginap di hotel ini untuk malam ini sebelum besok pagi aku berangkat ke Jakarta.” Jawab Roy diiringi senyum ramahnya.“Loh, tumben kamu mau menginap di sini segala? Bukankah kamu disediakan tempat tinggal oleh kantor tempat kamu bekerja itu?” Ardi heran.“Aku udah resign dari perusahaan itu dan besok pagi aku akan ke Jakarta..”“Apa?! Kamu resign?!” potong Ardi terkejut.“Iya Bang, makanya aku akan menginap di sini dulu untuk malam ini.” jawab Roy.“Loh, apa yang terjadi sampai kamu resign dari pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status