LOGINPukul 13.00, Julia dan Pablo sedang makan siang di Ristorante Azzurro, sebuah tempat mewah yang sering dikunjungi para eksekutif Madrid. Mereka sedang meninjau draf hukum yang mengatur detail audit Lopez Group.
"Audit awal menunjukkan Lopez Group memiliki beberapa aset yang tidak efisien di sektor energi. Kita bisa menekan mereka lebih jauh, Nona Rivas." "Tidak, Pablo. Kita baru saja menang 60-40, dan taruhan pewaris sudah terpasang. Jangan memprovokasi Georgina lebih dari yang diperlukan. Fokus kita sekarang adalah stabilitas." Tiba-tiba, keheningan di sekitar mereka terputus. Julia merasakan perhatian di ruangan beralih, dan matanya bertemu dengan Georgina Lopez yang baru saja masuk, ditemani oleh Hector. Georgina, mengenakan gaun desainer berwarna merah cerah, memancarkan kecantikan seorang supermodel papan atas dan kepercayaan diri seorang pewaris miliarder. Namun, Julia Rivas, dalam setelan tailored hitamnya, membalasKedatangan di Kantor Setibanya di Torres International, Diego dan Julia melangkah cepat menuju lift pribadi. Saat pintu lift terbuka di lantai eksekutif, mereka disambut oleh Paula, sekretaris utama Diego. Paula berdiri tegak, segera memberi hormat dengan anggukan formal. "Pagi, Tuan Torres. Pagi, Nona Rivas. Ada Nona Georgina menunggu di ruangan Tuan Torres." Julia tidak menunjukkan emosi. Matanya menyipit sedikit, mencerna informasi itu sebagai ancaman logistik yang harus segera diatasi. "Dia tahu jadwal penerbangan kita padat. Itu manuver yang boros waktu." Ia menatap Diego, siap menghadapi drama ini. "Kau bisa pergi, Paula," perintah Diego singkat. Ia menoleh ke Julia, memberikan tatapan yang tegas. "Ini adalah manuver teritorial yang diharapkan. Jangan biarkan dia menguras energimu, Carina. Kita baru saja menyelesaikan proyek Ibiza; aku tidak akan membiarkan tujuan kita dirusak oleh drama
Diego mendorong Julia perlahan hingga mereka tiba di sisi dinding cermin besar di ruang keluarga penthouse itu, di mana sebuah sofa chaise longue beludru besar menunggu. Cermin itu memantulkan pantulan mereka berdua, menambah intensitas momen. "Hasratmu tinggi sekali, Diego. Padahal semalam melakukan ritual itu di Madrid," "Cermin ini mengingatkanku pada tubuhmu yang meliuk erotis di atasku saat di walk-in closet, sayang," ungkapannya bernada cabul dengan suara yang dalam, Diego menurunkan ritsleting dress Julia dengan gerakan perlahan, membiarkan kain mahal itu meluncur jatuh ke lantai. "Itu membuatku bergairah. Jadi kita coba juga di sini untuk merayakannya." Diego mengangkat Julia, mendudukkannya di sandaran sofa chaise longue, dengan kaki Julia melingkari pinggangnya. Ini adalah gaya dominasi penuh kuasa. Diego menciumnya dengan ganas tangannya mencengkeram pinggul Julia, menegaskan kendali penuhnya. Julia merespons, menarik rambut Diego, menguba
Julia tersenyum dan mengecup singkat bibir Diego. "Jangan buang waktu, Diego. Kita harus menangkan taruhan ini."Tangan Julia bergerak cepat, membuka kemeja putih dan celana bahan Diego dengan gerakan tenang. Mata Diego memancarkan hasrat yang membara. Ia memandang wanitanya; gadis lembek yang dulu ia temui kini telah bertransformasi menjadi sosok yang sagat berbeda, dingin, efisien dan penuh inisiatif.Sikap dingin Julia yang dibentuk oleh Diego, kini menjadi cerminan keefektifan, seorang partner yang memahami bahwa cinta adalah komoditas, dan waktu adalah aset.Tanpa perlu di arah, Julia menarik Diego, memimpin langkah menuju sofa burgundy yang terletak di tengah walk-in closet-nya. Ruangan itu dikelilingi cermin besar dan rak-rak berisi tas, parfum, aksesories, perhiasaan berharga serta sepatu mahal, sebuah latar belakang yang sempurna untuk pengakuan status mereka.Dalam keheningan closet mewah itu, mereka bergerak bersama, melupakan ancaman G
"Emilio. Senang melihat Anda di sini. Dan Elena. Anda terlihat luar biasa malam ini." Diego menyapa. "Diego! Tentu saja. Acara ini tak akan lengkap tanpamu. Julia! Selalu menjadi wanita yang paling mencuri perhatian di ruangan ini." "Terima kasih, Emilio. Elena, kau benar-benar bersinar. Dan Tuan Ferrero." Balas Julia. "Kau ingat heavy metal di Tuscany, Diego? Aku hampir memesan koki itu untuk acara ini, tapi sayangnya ia sudah pindah ke Berlin." Elena berusaha mencari perhatian. "Sayang sekali. Kami datang ke sini untuk tujuan yang lebih efisien, Elena." "Emilio, kami baru saja tiba, tetapi Diego sudah sangat bersemangat ingin mengulas kemajuan Proyek Málaga dan membahas strategi konsolidasi yang kita sepakati. Bisakah kami mencuri Anda sebentar? Mungkin Tuan Ferrero bisa bergabung untuk memastikan semua detail legal berjalan lancar." Julia secara halus mengisolasi Elena dan secara implisit me
Di ambang pintu apartemen, Julia berdiri sempurna dalam balutan gaun malam berwarna merah yang memeluk dan menonjolkan lekuk tubuhnya. Penampilannya adalah perpaduan kecerdasan dan kemewahan. Sebuah kalung berlian melingkari leher jenjangnya, serasi dengan anting-anting menjuntai. Kilau perhiasan melengkapi penampilannya: dua cincin bersemat di jari manis kanan dan kiri, serta gelang emas halus di pergelangan tangannya. Penampilan Julia bukan hanya tentang keindahan. Dalam perannya di dunia Diego, ia tidak pernah hanya mengandalkan daya tarik fisik. Investasinya yang sesungguhnya adalah kecerdasan tajamnya. Keberhasilannya terbukti nyata; dalam setiap negosiasi bisnis, Julia selalu menjadi faktor penentu yang membawa hasil menguntungkan signifikan bagi perusahaan Diego, Torres International. Bagi Diego, hubungan ini adalah investasi yang sangat memuaskan, bahkan efisien. Ia adalah penyokong dana utama, memastikan bantuan fi
Saat Julia berdiri, Laura tiba-tiba menahan tangannya."Tunggu, Kak. Aku punya usul."Julia dan Diego berhenti."Aku ingin pulang ke Spanyol. Mungkin bukan di Madrid, tapi sebuah desa yang jauh. Aku ingin identitas baru. Aku janji tak akan membuat ulah. Aku akan bersembunyi agar kau tak malu dan Ibu tetap sehat."Julia menghela napas. Permintaan itu menghantam pertahanan logisnya. "Laura, kau tahu itu mustahil. Identitas baru di Spanyol akan dilacak dalam hitungan minggu.""Tapi setidaknya aku dekat denganmu, Julia. Aku bisa melihat Ibu setahun sekali, di tempat yang aman. Aku lelah hidup dalam ketakutan dan di bawah pengawasan yang ketat di sini. Aku ingin merasa normal."Diego melihat kelelahan di mata Laura, dan keraguan yang muncul di wajah Julia.Diego memotong, nadanya tidak sabar. "Ide yang romantis, Laura, Keamananmu adalah prioritas, dan itu terletak pada jarak dan isolasi."Julia menatap Diego, kemudia







