LOGINSelesai mandi, Julia berjalan mendekati Diego yang duduk di sofa sambil memeriksa tablet, mengenakan piyama satin yang disiapkan Diego.
"Diego, kamu bilang ini rahasia? Apa orang tuamu juga tidak boleh tahu?" Ia kemudian menambahkan protesnya. "Dan apa aku harus berhenti bekerja? Kamu sama saja mengurungku... aku akan bosan, Diego."Diego mendongak, matanya yang tajam memproses setiap pertanyaan Julia."Tentu saja orang tuaku tidak boleh tahu, Julia," jawab Diego tegas."Jika mereka tahu sekarang, mereka mungkin akan membocorkannya.""Kau tidak akan berhenti bekerja. Itu inefisien dan berisiko membuatmu stres karena kebosanan," katanya. "Namun, jenis pekerjaanmu akan berubah. Kau tidak boleh menghadiri rapat di luar atau melakukan perjalanan. Semua pertemuan akan dilakukan secara virtual atau di kantor pribadi kita."Diego mengambil tangan Julia. "Kau akan bekerja dari apartemen ini. Seluruh tim IT akan memastikan keamanan digitaIa mengambil buah persik yang dibawakan Diego dan menggigitnya lagi. Rasa manis itu sedikit mengurangi rasa bersalah karena telah membuat Diego kesal.Namun, air mata itu tidak sepenuhnya taktik. Di tengah kelelahan fisik dan mual, pengabaian dingin Diego benar-benar terasa menyakitkan. Ada sisi dirinya, sisi manusiawi yang kini dipengaruhi hormon, yang berharap Diego akan memeluknya, bahkan jika hanya untuk "menstabilkan aset."Julia menghela napas, menatap perutnya yang masih rata."Aku minta maaf sudah membuat papamu kesal, Nak," bisiknya pelan. "Tapi agar kamu mendapatkan yang terbaik, Mama harus memastikan papamu lebih lunak. Inilah perang yang harus kita menangkan: mengubah logika kerasnya menjadi pengertian kontraktual."Ia bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Waktu untuk menangis sudah habis. Meskipun ia baru saja mendapatkan kemenangan emosional pertamanya, Julia tahu perang yang sebenarnya baru dimulai.Ia ha
Kalimat itu langsung memicu reaksi emosional dari Julia. Wajahnya cemberut suatu ekspresi kekecewaan yang sudah lama tidak ia perlihatkan. Terakhir kali Julia merajuk adalah di Tuscany karena kecemburuan rasionalnya pada Elena Bellini. Kali ini, perasaan itu didorong oleh hormon."Kenapa bilang begitu?" protes Julia, suaranya sedikit meninggi. "Kamu seolah tidak ikhlas, padahal aku mengandung anakmu."Diego menghela napas, menahan gejolak untuk menegaskan bahwa semua yang ia lakukan adalah transaksi dan bahwa kehamilan ini adalah bagian dari kontrak. Namun, ia teringat pesan Dr. Ramos.Ia berbalik, menatap Julia dengan tatapan yang berusaha keras menemukan keseimbangan antara kejujuran dan kendali."Dengar, Julia," suaranya kini diturunkan ke level yang lebih tenang dan terkontrol. "Aku tidak pernah mengatakan tidak ikhlas. Kata 'ikhlas' tidak ada dalam kamus bisnisku, dan kau tahu itu."Ia berjalan mendekat, tetapi menjaga jarak fisik ya
Sentuhan tak terduga kehangatan dan rasa syukur itu, sesuatu yang sama sekali tidak ia harapkan dari interaksi transaksional ini mengenai Diego seperti pukulan dingin. Ia menerima tas itu dengan canggung."Ini... adalah kewajiban kontrak," kata Diego, berusaha mengendalikan dirinya, menolak label "pahlawan" atau "penolong"."Tidak, Tuan Torres," balas Carmen dengan senyum tulus. "Ini adalah kebaikan. Dan saya harap Anda menjaga putri saya dengan baik. Permisi."Diego hanya mengangguk singkat, membalikkan badan dengan cepat, dan bergegas kembali ke mobil, meninggalkan Carmen di ambang pintu.Diego meletakkan tas persik itu di kursi penumpang dengan hati-hati, seolah itu adalah artefak yang sangat rapuh."Selesai, Pablo," nadanya dingin dan sangat lelah. "Aku benci berurusan dengan hal-hal yang tidak bisa diukur dan dikontrol."Ia menoleh ke Pablo. "Pastikan Callos itu sudah siap saat kita tiba. Aku tidak mau menghadapi drama ngida
"Sekarang apa lagi, Tuan?" tanya Pablo.Diego mendengus, ekspresinya dipenuhi kekesalan dingin. "Buah persik," katanya datar. "Bukan sembarang persik, Pablo. Persik yang dibeli oleh ibunya."Ia menatap Pablo dengan tatapan menuntut penjelasan, seolah Pablo-lah yang bertanggung jawab atas keanehan hormon kehamilan ini."Dia bilang, hanya ibunya yang paham 'tingkat kematangannya' dan menuntut aku sendiri yang mengambilnya. Tanpa diwakilkan, bahkan olehmu," lanjut Diego, menekankan kata "aku sendiri".Pablo hanya menghela napas tipis, mengangguk penuh pengertian. "Tuan, ini masih dalam kategori ngidam yang spesifik. Seringkali permintaan ini tidak hanya tentang makanan, tetapi tentang kenyamanan emosional yang terikat dengan keluarga atau masa lalu.""Kenyamanan emosional? Selama ini, hubungan kami sepenuhnya transaksional dan strategis. Aku mengamankan operasi ibunya, memberikan tempat tinggal, membiayai pemulihan, bahkan mengisolasi Laura.
"Ingat, jaga kerahasiaan soal kehamilan Julia dari kedua orang tuaku," ucapnya pelan."Baik, Tuan. Tapi bukankah Tuan dan Nyonya Torres menerima keputusan Anda untuk mendapatkan anak dari Julia Rivas, Tuan Diego?""Memang mereka menerima, tapi akhir-akhir ini mamaku sering bersama Georgina dan Elsa Lopez. Aku hanya mengambil langkah antisipasi, Pablo. Dan kau ingatkan Dr. Maria Ramos, juga."Melihat Diego mengambil satu batang rokok lagi "Maaf, Tuan, Anda sudah merokok dua batang.""Kau tahu kan, selama program kehamilan Julia ini, aku berhenti merokok demi keberhasilan program itu. Dan, kurasa sekarang aku merokok lagi tidak masalah.""Tapi kemarin, saya kena tegur dengan Nona Rivas saat di ruang rapat karena jas saya terpapar asap rokok.""Untuk saat ini, biarkan aku sedikit tenang, Pablo. Setelah ini kita kembali bekerja. Habiskan kopimu."Diego mengambil isapan panjang dari rokoknya, matanya yang tajam menatap kosong
Selesai mandi, Julia berjalan mendekati Diego yang duduk di sofa sambil memeriksa tablet, mengenakan piyama satin yang disiapkan Diego."Diego, kamu bilang ini rahasia? Apa orang tuamu juga tidak boleh tahu?" Ia kemudian menambahkan protesnya. "Dan apa aku harus berhenti bekerja? Kamu sama saja mengurungku... aku akan bosan, Diego."Diego mendongak, matanya yang tajam memproses setiap pertanyaan Julia."Tentu saja orang tuaku tidak boleh tahu, Julia," jawab Diego tegas."Jika mereka tahu sekarang, mereka mungkin akan membocorkannya.""Kau tidak akan berhenti bekerja. Itu inefisien dan berisiko membuatmu stres karena kebosanan," katanya. "Namun, jenis pekerjaanmu akan berubah. Kau tidak boleh menghadiri rapat di luar atau melakukan perjalanan. Semua pertemuan akan dilakukan secara virtual atau di kantor pribadi kita."Diego mengambil tangan Julia. "Kau akan bekerja dari apartemen ini. Seluruh tim IT akan memastikan keamanan digita







