Share

Bab 2

Author: Zoro
Julianti tinggal di rumah sakit selama tiga hari.

Dia menyembunyikan fakta bahwa pendengarannya telah pulih. Setiap hari, dia berlatih berbicara secara diam-diam saat tidak ada orang.

Setelah dia bisa berbicara dengan normal, hal pertama yang dilakukannya adalah menelepon Hendra Setiawan.

Hendra adalah nelayan tua dari desa nelayannya, dan satu-satunya orang yang pernah menunjukkan kebaikan padanya.

Dulu ketika dia dipukuli pamannya sampai sekujur tubuhnya penuh luka, meringkuk di gubuk tua tepi pantai dan hampir tidak bertahan, Paman Hendra yang membawakan semangkuk bubur hangat, menyelamatkannya dari ambang kematian.

Telepon tersambung, suara Julianti serak saat membuka pembicaraan, "Paman Hendra? Ini aku, Julianti."

"Juli? Kamu ... sudah bisa bicara?"

Julianti tak sempat menjelaskan panjang lebar, dan langsung ke inti, "Paman Hendra, aku ingin meninggalkan Kota Beirus. Tujuh hari lagi, apakah Paman bisa duluan menjemput nenekku ke panti perawatan, lalu tunggu aku di laut? Nanti aku akan cari jalan ke sana menemui Paman."

Begitu ucapan itu selesai, langkah kaki terdengar dari koridor.

Jantungnya mencelos, buru‑buru Julianti memutuskan sambungan telepon.

Saat Suryanto masuk ke kamar rawat, ada kilatan keheranan di matanya.

"Kok aku dengar ada yang bicara?" tanya Suryanto dengan bahasa isyarat.

Jantung Julianti hampir berhenti setengah detik. Dengan pura‑pura tenang, dia menjawab dengan tangan isyarat, "Aku lagi nonton video."

Suryanto tidak bertanya lebih lanjut. Dia mengulurkan tangan dan dengan lembut menekan ponsel Julianti kembali ke selimutnya, "Juli, malam ini aku harus menghadiri jamuan minum yang penting. Aku nggak tega membiarkanmu sendirian di kamar ini, jadi, mari kita pergi bersama."

Julianti tidak berani menolak, khawatir Suryanto curiga dan menimbulkan masalah, dia pun hanya bisa mengangguk setuju.

...

Malam itu, banyak orang terkenal yang hadir dalam jamuan tersebut.

Julianti berdiri di samping Suryanto, mendengarkan para tamu memuji betapa beruntungnya dirinya. Meskipun tidak memiliki apa-apa, Julianti tetap bisa disayang setulus hati oleh Suryanto, seorang yang sempurna dan terpandang.

Namun hanya Julianti sendiri yang tahu, apa arti kasih sayang ini.

Tiba-tiba, panitia acara membawa sebotol anggur impor yang dibungkus dengan indah ke atas panggung.

"Ini adalah anggur vintage edisi terbatas terbaru dari Kilang Anggur Alira, hanya ada satu botol di dunia, harga buka lelang seratus enam puluh miliar rupiah."

Begitu ucapan itu selesai, seorang wanita dengan sosok yang indah melangkah perlahan dari kerumunan.

Yulia mengenakan gaun panjang merah, riasannya cerah dan menawan, memegang papan lelang di tangannya, berkata dengan santai, "Aku tawarkan dua ratus miliar rupiah."

Para tamu yang hadir mendadak hening!

Seperti yang diketahui semua orang, putri Keluarga Ananda ini dikenal sebagai pencinta anggur, kali ini jelas-jelas dia mengincar botol langka ini.

Namun sebelum orang-orang selesai berkomentar, Suryanto sudah mengangkat papan lelangnya dan berkata, "Empat ratus miliar rupiah."

Yulia mengangkat alis sedikit, lalu setengah bercanda berkata, "Tuan Suryanto, merebut sesuatu yang disayangi orang lain itu bukan tindakan seorang pria terhormat, loh."

Namun, Suryanto justru menggenggam erat tangan Julianti. "Nggak ada pilihan lain," kata Suryanto, "Istriku juga menyukai botol anggur ini. Kalau dia menginginkannya, tentu saja aku harus menawarnya dan memberikannya padanya."

Mendengar ucapan itu, Julianti merasakan hawa dingin menyebar dari lubuk hatinya, mengalir melalui nadi dan menjalar hingga ke seluruh tubuhnya.

Julianti sama sekali tidak pernah mengatakan ingin botol anggur itu.

Apa yang dikatakan Suryanto jelas-jelas menjadikannya sebagai sasaran!

Mereka berdua terus menaikkan penawaran, harganya meroket ke angka yang membuat orang ternganga.

Akhirnya, Suryanto langsung mengangkat tangan dan berkata dengan santai, "Menawarkan harga secara bertahap sampai tidak ada yang menawar lagi."

Seluruh ruangan hening sejenak.

Kemudian, disusul oleh tepuk tangan yang meriah!

"Ya ampun, Tuan Suryanto benar-benar sangat memanjakan istrinya! Demi sebotol anggur sampai menghabiskan uang sebanyak itu!"

"Dengar-dengar istrinya berasal dari desa nelayan kecil, tidak punya status maupun latar belakang, bahkan tuli. Tuan Suryanto memperlakukannya seperti ini, kalau bukan cinta sejati, lalu apa?"

Suryanto jelas sangat menikmati perbincangan seperti ini.

Dia mengulurkan tangan merangkul pinggang Julianti, tersenyum pada orang-orang di sekitar, lalu membungkuk dan menggunakan bahasa isyarat pada Julianti, "Di sini ramai dan berisik, lukamu juga belum sembuh. Aku akan membawamu ke ruang istirahat untuk duduk sebentar."

Julianti membiarkan Suryanto menggandeng dan memapahnya melewati kerumunan, hingga tiba di ruang istirahat.

Tak lama kemudian, asisten datang membawa botol anggur terkenal yang baru saja dilelang itu.

Barulah saat itu Suryanto mengangkat kepala dan memerintahkan asistennya, "Ganti saja botol ini dengan yang paling murah, lalu benar-benar berikan pada Yulia."

Asistennya terkejut dan berkata, "Ditukar dengan yang paling murah? Bagaimana jika Nyonya menyadarinya?"

Suryanto justru tertawa ringan, dinginnya menusuk tulang, dan berkata, "Dia cuma orang dari desa nelayan, mana bisa memahami anggur mewah."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 20

    Setelah mendengar kata-kata Julianti, Amelia tidak melanjutkan untuk membujuk, hanya berkedip dan berkata dengan nada penuh rahasia, "Urusan perasaan itu paling nggak masuk akal, kamu tunggu saja, Gerry pasti akan bertindak."Julianti saat itu hanya menganggap Amelia bercanda, tidak terlalu dipikirkan.Namun, siapa sangka, setengah bulan kemudian, dia benar-benar menerima pesan WhatsApp dari Gerry.Gerry bilang ada film baru yang mendapat ulasan bagus, dan ingin mengajak Julianti menonton bersama.Julianti ragu sejenak menatap layar, memikirkan sebelumnya sudah banyak dibantu olehnya, menolak rasanya terlalu dingin, akhirnya dia membalas dengan satu kata. [Baik.]Tak disangka saat sampai di bioskop, dia mendapati bahwa di seluruh ruang pemutaran hanya ada mereka berdua.Yang lebih mengejutkan, saat film hampir selesai, teks berjalan tiba-tiba hilang, gambar berpindah ke sudut pandang asing dan aneh.Kamera tampak dipasang di lantai, sudutnya pas mengarah ke celah sebuah pintu kayu."Ap

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 19

    Setelah Julianti dibawa pergi oleh Gerry, dia menghilang tanpa jejak, seolah menguap dari dunia. Seberapa keras pun Suryanto mencarinya, tetap tak ada satu pun jejak yang bisa ditemukan.Suryanto terjebak dalam kesedihan yang dalam. Setiap hari dia menenggelamkan diri dalam alkohol, bahkan tak sanggup lagi mengurus urusan perusahaan.Keadaan mentalnya yang kacau menjadi celah bagi para pengkhianat internal untuk mulai beraksi.Tak butuh waktu lama, Perusahaan Pradana pun jatuh ke dalam krisis besar. Sementara Perusahaan Ananda, yang selama ini selalu menjadi pendukung kuatnya, juga sudah tak sanggup memberikan bantuan.Sejak rahasia internal perusahaan bocor, saham Perusahaan Ananda anjlok tajam, dan tak lama kemudian, perusahaan itu pun nyaris bangkrut.Yulia dikhianati dan kehilangan segalanya dalam satu malam. Hidupnya runtuh, pikirannya kacau, dan dia berubah menjadi sosok yang nyaris kehilangan kewarasan.Pernah suatu kali, dia keluar rumah dalam keadaan telanjang dan berlarian se

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 18

    Suryanto merasakan sakit kepala yang nyaris pecah saat mendengar kata-kata itu.Dia pernah yakin, setelah sekian lama memperbaiki semuanya, Julianti benar-benar sudah memaafkannya.Dia bahkan diam-diam merencanakan untuk memiliki dua anak dengannya, lalu berkeliling dunia bersama, menikmati keindahan di seluruh penjuru.Namun pada akhirnya, dia sadar semua itu hanyalah khayalan sepihak dari dirinya sendiri.Suryanto menggeleng tanpa daya, suaranya serak sulit disembunyikan, "Nggak, bagaimana aku tega membunuhmu? Meskipun kamu telah menghianatiku, aku pantas menerimanya. Aku nggak peduli, Juli, kita pulang saja ... ""Ingin membawa Julianti pergi? Lewat aku dulu!"Pintu di belakang tiba-tiba terbuka dengan keras. Gerry bersama sekelompok pria berbaju hitam langsung menyerbu masuk.Hati Suryanto langsung berat ketika dia menatap Gerry.Dia sudah menduga urusan ini ada hubungannya dengan Gerry, tapi tidak menyangka Gerry berani membawa orang dan masuk ke wilayahnya secara terang-terangan.

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 17

    "Tolong ... Uh!"Belum sempat suara minta tolong itu keluar sepenuhnya, tengkuk Yulia sudah kena sabetan telapak tangan, dan dia langsung pingsan.Julianti menoleh ke sekeliling, menemukan laptop di kamar itu, lalu segera mencolokkan flashdisk ke dalamnya.Hanya dalam beberapa detik, seluruh data berhasil dikirim.Kali ini, kabar tentang serangan terhadap sistem langsung sampai ke telinga Suryanto begitu kejadian terjadi.Perusahaan Ananda dan Perusahaan Pradana menjalin kerja sama yang sangat erat.Sekarang Perusahaan Ananda diserang, Perusahaan Pradana tentu tak bisa lepas dari imbasnya.Alis Suryanto langsung mengerut dalam. Awalnya Suryanto berniat memberitahu Julianti bahwa ada keadaan darurat di kantor, dan dia harus segera kembali untuk menanganinya.Namun begitu pintu kamar didorong terbuka, ternyata ruangan itu kosong. Di balkon, seutas tali tergantung dan menjulur ke bawah gedung!Tatapan Suryanto langsung menggelap, dia segera memberi perintah pada bawahannya, "Segera tutup

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 16

    Data di komputer dengan cepat tersinkronisasi ke Gerry.Sementara itu, Julianti menerima pesan dari Gerry.[Bagus sekali, selanjutnya coba cari kesempatan untuk memasukkan flashdisk itu ke komputer yang selalu dibawa Yulia, maka tugasmu selesai.]Julianti mengeratkan bibirnya, tak bisa menahan diri bertanya pada Gerry, [Setelah rencana selesai, bagaimana kamu akan membantuku keluar dari masalah ini?]Gerry berkata jujur, [Aku akan memberimu identitas baru, dan kalau kamu masih khawatir, kamu bisa bekerja di Perusahaan Ananda. Selama kamu berada di wilayah kekuasaanku, dia tidak akan bisa menyentuhmu sedikit pun.]Membaca pesan itu, Julianti akhirnya merasa lega.... Pertama kali Julianti bertindak, Suryanto tidak menyadari ada sesuatu yang janggal.Saat dia sedang berpikir bagaimana mendekati Yulia, kesempatan justru datang dari langit.Suatu hari, Suryanto mendatangi Julianti dan berkata, "Juli, aku sudah menyiapkan makam terbaik untuk nenekmu di Pemakaman Sentosa terbesar di Kota B

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 15

    "Hmm, aku sudah memaafkanmu." Suara Julianti sangat pelan, tak membawa sedikit pun kehangatan, yang tersisa hanya dingin yang senyap membeku di matanya.Namun Suryanto seolah tak menyadari keanehan itu, seluruh dirinya tenggelam dalam kegembiraan yang membuncah.Dia segera memerintahkan asistennya menyiapkan jet pribadi, tak sabar ingin membawa Julianti kembali ke Kota Beirus.Namun belum jauh dari penginapan, tiba-tiba sesosok wanita berbaju pengantin menerobos keluar dan menghadang mereka.Rambut Yulia berantakan, gaun pengantinnya kusut tak beraturan, dan tatapannya menusuk dingin ke arah Suryanto, seperti mata pisau yang menggores, "Suryanto, kamu nggak pikir harus kasih aku penjelasan?"Belum sempat Suryanto bicara, mata Yulia sudah berpaling tajam ke arah Julianti, suaranya dipenuhi rasa tak terima dan dendam, "Jadi kamu kabur dari pernikahan demi dia? Datang ke Kota Yale buat nemuin dia? Apa kamu mau bawa dia balik ke Kota Beirus dan balikan sama dia?"Suryanto jelas tak menyang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status