Share

Bab 6

Author: Zoro
Dengan bantuan polisi, Julianti menyelesaikan urusan pemakaman neneknya, lalu kembali ke vila sambil memeluk kotak abu jenazah.

Dia duduk di sofa, diam-diam membolak-balik riwayat obrolannya dengan sang nenek di ponsel.

Kata-kata penuh kasih yang dulu menghangatkan hatinya, kini justru menjelma menjadi pisau-pisau tajam yang perlahan menyayat, membuat dadanya terasa sangat sakit.

Tiba-tiba, dia melihat bahwa tiga menit yang lalu, Yulia mengunggah sebuah postingan di di media sosial.

Di foto itu adalah sepotong Kue Ceri Coklat.

Di samping kue, sepasang tangan yang saling menggenggam terlihat mencolok.

[Akhirnya bisa makan kue yang sudah lama diidam-idamkan. Tapi orang yang kuinginkan, kapan bisa kudapatkan?]

Suryanto tanpa memedulikan orang lain membalas postingannya, dengan kata-kata yang sangat ambigu, [Bukankah sudah didapatkan?]

Julianti tiba-tiba menggenggam ponselnya dengan erat.

Dia teringat saat baru menikah, Suryanto pernah dengan sungguh-sungguh berjanji kepadanya, aku tahu nenek adalah orang yang paling penting bagimu, jadi aku akan bersama-sama merawatnya dengan baik, melakukan yang terbaik agar dia bisa menikmati masa tua dengan tenang.

Kini, neneknya telah diculik, tapi Suryanto justru sibuk menemani Yulia. Bahkan satu pesan dari Julianti yang berisi jeritan minta tolong pun tak digubrisnya!

Sudah seharusnya Julianti tahu dari awal.

Di mata Suryanto, dirinya bahkan tak seberharga sebutir debu.

Tepat di saat itu, suara pintu terbuka terdengar dari pintu masuk.

Suryanto melangkah masuk ke ruang tamu, dengan gerakan refleks menyalakan lampu. Pandangannya langsung terpaku pada Julianti yang duduk di sofa, memeluk erat sebuah kotak abu jenazah di pelukannya.

Mengingat anjing besar kuning yang sudah tak bisa berjalan lagi di taman, Suryanto pun langsung memahami segalanya. Dengan bahasa isyarat dia mencoba menenangkan Julianti, "Cuma seekor anjing tua. Jika kamu suka, besok akan kubelikan yang baru."

Setelah berkata demikian, Suryanto mengulurkan tangan menyeka air mata di sudut mata Julianti.

Tak disangka, di detik berikutnya Julianti justru menyentakkan diri dari pegangannya, sorot mata dipenuhi kebencian tak terperi yang tak pernah terlihat sebelumnya.

Suryanto tercengang oleh reaksinya yang tiba-tiba, tapi malas bersusah payah menghiburnya. Dengan nada dingin dia melemparkan kalimat, "Anjing mati tak bisa hidup lagi. Kalau hatimu tak nyaman, lebih baik nonton sesuatu yang menyenangkan." Sebelum Julianti bisa bereaksi, dia sudah berbalik dan menaiki tangga.

Suryanto membiarkan Julianti terpuruk dalam kesendirian selama dua hari penuh.

Baru pada hari peringatan pernikahan ini, Suryanto seakan teringat bahwa di rumah masih ada seorang istri yang menunggu. Dengan membawa kotak perhiasan, dia pulang dan mengalungkan rantai bertaburan berlian kecil di leher Julianti.

"Masih sedih?" tanya Suryanto.

Gerakan bahasa isyaratnya dilakukan dengan setengah hati, "Kalung ini kupilih khusus untukmu. Cobalah senyum, ya?"

Julianti menatap kalung yang berkilau di lehernya, rasa ironi yang pedih menyelimuti relung hatinya.

Padahal pagi ini saja, Julianti melihat Yulia memamerkan foto set perhiasan lengkap di media sosial.

Kalung yang diberikan Suryanto padanya ini, ternyata hanya bagian dari bonus pembelian yang didapatkan dari set perhiasan tersebut.

Suryanto sama sekali tidak menyadari keanehan dalam raut wajah Julianti. Dengan lembut dia meringkukkan Julianti dalam pelukannya.

"Hari ini hari jadi pernikahan kita. Aku akan bawa kamu berlayar selama beberapa hari, kita bersantai sepuasnya."

Julianti hanya ingin segera melarikan diri dari tempat penuh luka ini. Dengan mati rasa, dia mengangguk.

...

Saat malam hari, Julianti mengikuti Suryanto menaiki kapal pesiar.

Tak disangka, beberapa teman konglomerat muda itu juga hadir di sana.

"Aku yang mengundang mereka. Hari yang spesial seperti ini, ramai-ramai kan lebih seru."

Suryanto berkomunikasi dengan bahasa isyarat padanya, namun pandangannya justru menerobos melewati dirinya, menanyakan pada orang di belakang Julianti, "Mana Yulia? Kok nggak kelihatan?"

Seseorang menjawab, "Kak Surya, Yulia katanya agak nggak enak badan, lagi istirahat di kabin."

Mendengar Yulia tidak enak badan, ekspresi Suryanto langsung berubah.

Dia menyuruh Julianti duduk di sofa, dengan bahasa isyarat dia berkata, "Juli, aku ada urusan sebentar. Kamu ngobrol saja dulu sama mereka, ya."

Begitu Suryanto pergi, wajah teman-temannya langsung berubah.

Mereka mengira Julianti tidak bisa mendengar, dengan leluasa melontarkan ejekan di dekat telinganya.

"Jangan-jangan si tuli ini beneran percaya Kak Surya bawa dia buat rayain ulang tahun pernikahan, ya?"

"Dia memang bodoh sekali sampai mudah ditipu. Sayangnya dia tidak tahu, kembang api malam ini Kak Surya siapkan khusus untuk Yulia, bahkan nama kapal pesiar ini adalah Kapal Cinta Yul.

"Menurut kalian Kak Surya sekarang sedang apa? Sudah ngeguling sama Yulia, belum?"

Tiba-tiba seseorang berbisik, "Bagaimana kalau kita tipu si tuli ini untuk nyusup ke kamar Suryanto? Lagian dia kan nggak dengar, jadi nggak tahu lagi Kak Surya sedang apa ... Seru banget bayanginnya!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 20

    Setelah mendengar kata-kata Julianti, Amelia tidak melanjutkan untuk membujuk, hanya berkedip dan berkata dengan nada penuh rahasia, "Urusan perasaan itu paling nggak masuk akal, kamu tunggu saja, Gerry pasti akan bertindak."Julianti saat itu hanya menganggap Amelia bercanda, tidak terlalu dipikirkan.Namun, siapa sangka, setengah bulan kemudian, dia benar-benar menerima pesan WhatsApp dari Gerry.Gerry bilang ada film baru yang mendapat ulasan bagus, dan ingin mengajak Julianti menonton bersama.Julianti ragu sejenak menatap layar, memikirkan sebelumnya sudah banyak dibantu olehnya, menolak rasanya terlalu dingin, akhirnya dia membalas dengan satu kata. [Baik.]Tak disangka saat sampai di bioskop, dia mendapati bahwa di seluruh ruang pemutaran hanya ada mereka berdua.Yang lebih mengejutkan, saat film hampir selesai, teks berjalan tiba-tiba hilang, gambar berpindah ke sudut pandang asing dan aneh.Kamera tampak dipasang di lantai, sudutnya pas mengarah ke celah sebuah pintu kayu."Ap

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 19

    Setelah Julianti dibawa pergi oleh Gerry, dia menghilang tanpa jejak, seolah menguap dari dunia. Seberapa keras pun Suryanto mencarinya, tetap tak ada satu pun jejak yang bisa ditemukan.Suryanto terjebak dalam kesedihan yang dalam. Setiap hari dia menenggelamkan diri dalam alkohol, bahkan tak sanggup lagi mengurus urusan perusahaan.Keadaan mentalnya yang kacau menjadi celah bagi para pengkhianat internal untuk mulai beraksi.Tak butuh waktu lama, Perusahaan Pradana pun jatuh ke dalam krisis besar. Sementara Perusahaan Ananda, yang selama ini selalu menjadi pendukung kuatnya, juga sudah tak sanggup memberikan bantuan.Sejak rahasia internal perusahaan bocor, saham Perusahaan Ananda anjlok tajam, dan tak lama kemudian, perusahaan itu pun nyaris bangkrut.Yulia dikhianati dan kehilangan segalanya dalam satu malam. Hidupnya runtuh, pikirannya kacau, dan dia berubah menjadi sosok yang nyaris kehilangan kewarasan.Pernah suatu kali, dia keluar rumah dalam keadaan telanjang dan berlarian se

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 18

    Suryanto merasakan sakit kepala yang nyaris pecah saat mendengar kata-kata itu.Dia pernah yakin, setelah sekian lama memperbaiki semuanya, Julianti benar-benar sudah memaafkannya.Dia bahkan diam-diam merencanakan untuk memiliki dua anak dengannya, lalu berkeliling dunia bersama, menikmati keindahan di seluruh penjuru.Namun pada akhirnya, dia sadar semua itu hanyalah khayalan sepihak dari dirinya sendiri.Suryanto menggeleng tanpa daya, suaranya serak sulit disembunyikan, "Nggak, bagaimana aku tega membunuhmu? Meskipun kamu telah menghianatiku, aku pantas menerimanya. Aku nggak peduli, Juli, kita pulang saja ... ""Ingin membawa Julianti pergi? Lewat aku dulu!"Pintu di belakang tiba-tiba terbuka dengan keras. Gerry bersama sekelompok pria berbaju hitam langsung menyerbu masuk.Hati Suryanto langsung berat ketika dia menatap Gerry.Dia sudah menduga urusan ini ada hubungannya dengan Gerry, tapi tidak menyangka Gerry berani membawa orang dan masuk ke wilayahnya secara terang-terangan.

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 17

    "Tolong ... Uh!"Belum sempat suara minta tolong itu keluar sepenuhnya, tengkuk Yulia sudah kena sabetan telapak tangan, dan dia langsung pingsan.Julianti menoleh ke sekeliling, menemukan laptop di kamar itu, lalu segera mencolokkan flashdisk ke dalamnya.Hanya dalam beberapa detik, seluruh data berhasil dikirim.Kali ini, kabar tentang serangan terhadap sistem langsung sampai ke telinga Suryanto begitu kejadian terjadi.Perusahaan Ananda dan Perusahaan Pradana menjalin kerja sama yang sangat erat.Sekarang Perusahaan Ananda diserang, Perusahaan Pradana tentu tak bisa lepas dari imbasnya.Alis Suryanto langsung mengerut dalam. Awalnya Suryanto berniat memberitahu Julianti bahwa ada keadaan darurat di kantor, dan dia harus segera kembali untuk menanganinya.Namun begitu pintu kamar didorong terbuka, ternyata ruangan itu kosong. Di balkon, seutas tali tergantung dan menjulur ke bawah gedung!Tatapan Suryanto langsung menggelap, dia segera memberi perintah pada bawahannya, "Segera tutup

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 16

    Data di komputer dengan cepat tersinkronisasi ke Gerry.Sementara itu, Julianti menerima pesan dari Gerry.[Bagus sekali, selanjutnya coba cari kesempatan untuk memasukkan flashdisk itu ke komputer yang selalu dibawa Yulia, maka tugasmu selesai.]Julianti mengeratkan bibirnya, tak bisa menahan diri bertanya pada Gerry, [Setelah rencana selesai, bagaimana kamu akan membantuku keluar dari masalah ini?]Gerry berkata jujur, [Aku akan memberimu identitas baru, dan kalau kamu masih khawatir, kamu bisa bekerja di Perusahaan Ananda. Selama kamu berada di wilayah kekuasaanku, dia tidak akan bisa menyentuhmu sedikit pun.]Membaca pesan itu, Julianti akhirnya merasa lega.... Pertama kali Julianti bertindak, Suryanto tidak menyadari ada sesuatu yang janggal.Saat dia sedang berpikir bagaimana mendekati Yulia, kesempatan justru datang dari langit.Suatu hari, Suryanto mendatangi Julianti dan berkata, "Juli, aku sudah menyiapkan makam terbaik untuk nenekmu di Pemakaman Sentosa terbesar di Kota B

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 15

    "Hmm, aku sudah memaafkanmu." Suara Julianti sangat pelan, tak membawa sedikit pun kehangatan, yang tersisa hanya dingin yang senyap membeku di matanya.Namun Suryanto seolah tak menyadari keanehan itu, seluruh dirinya tenggelam dalam kegembiraan yang membuncah.Dia segera memerintahkan asistennya menyiapkan jet pribadi, tak sabar ingin membawa Julianti kembali ke Kota Beirus.Namun belum jauh dari penginapan, tiba-tiba sesosok wanita berbaju pengantin menerobos keluar dan menghadang mereka.Rambut Yulia berantakan, gaun pengantinnya kusut tak beraturan, dan tatapannya menusuk dingin ke arah Suryanto, seperti mata pisau yang menggores, "Suryanto, kamu nggak pikir harus kasih aku penjelasan?"Belum sempat Suryanto bicara, mata Yulia sudah berpaling tajam ke arah Julianti, suaranya dipenuhi rasa tak terima dan dendam, "Jadi kamu kabur dari pernikahan demi dia? Datang ke Kota Yale buat nemuin dia? Apa kamu mau bawa dia balik ke Kota Beirus dan balikan sama dia?"Suryanto jelas tak menyang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status