Share

Bab 3

Author: Zoro
Napas Julianti seketika tertahan, dadanya terasa sesak dan nyeri.

Dia teringat dulu saat Suryanto melamarnya. Saat itu, dia takut dan tak langsung mengiyakan karena merasa dirinya tak sepadan dengannya.

Malam itu juga, Suryanto membawanya ke sebuah warung kaki lima di gang sempit dan berkata dengan tangan isyarat, "Juli, aku nggak peduli asal-usulmu. Kalau kamu mengizinkan, izinkan aku masuk ke dalam hidupmu."

Waktu itu, Julianti sungguh percaya bahwa dia telah bertemu seseorang yang tak memandang rendah asal-usulnya yang sederhana, dan menganggap cinta itu sebagai anugerah terbesar dalam hidupnya.

Hingga detik ini Julianti menyadari, bahwa semua pengertian Suryanto selama ini hanyalah kepalsuan.

Di lubuk hatinya, Suryanto memang tak pernah benar-benar menghargainya.

...

Setelah jamuan usai, Suryanto membawa Julianti makan malam bersama beberapa sahabat dekatnya.

Tak disangka, Yulia juga hadir di sana.

Tanpa kehadiran orang luar, mereka pun tak perlu lagi berpura-pura.

"Suryanto, kamu menghabiskan dua puluh triliun hanya demi aku, apa nggak terlalu berlebihan?" ucap Yulia.

Salah satu sahabat Suryanto langsung menyambung, "Berlebihan apanya? Perasaan Kak Surya ke kamu itu lebih dari dua puluh triliun! Kamu minta nyawanya sekarang pun, dia pasti mau kasih!"

Yang lain ikut berkata, "Benar sekali! Kalau nggak, mana mungkin orang seperti Kak Surya mau berpura-pura mesra selama tiga tahun dengan si tuli itu?"

"Kamu tak tahu, awal menikahi sama si tuli itu, Kak Surya sangat menderita, karena Julianti selalu membaui amis ikan yang nggak hilang-hilang. Sampai-sampai Kak Surya harus tidur di kantor sebulan penuh ... "

Mata Julianti membelalak, tangannya mencengkeram ujung gaun, hampir tak sanggup menahan ekspresi di wajahnya.

Dia masih ingat jelas, setelah menikah, Suryanto langsung dinas luar selama sebulan.

Setiap hari Suryanto menelepon video, menggerakkan tangan mempraktikkan bahasa isyarat yang baru dipelajarinya, matanya penuh kerinduan.

"Juli, kamu kangen aku nggak?" tanya Suryanto.

"Akhir-akhir ini pekerjaanku sangat padat, setelah semuanya selesai, aku pasti akan menebusmu."

"Aku pengen sekali terbang pulang dan memelukmu sekarang ... "

Waktu itu dia masih bodoh, benar-benar percaya bahwa Suryanto tak bisa pulang karena pekerjaannya begitu padat.

Saat dia tengah terpuruk dalam pikirannya, pelayan menghidangkan beberapa piring berisi tiram kualitas terbaik.

Begitu melihat tiram itu, wajah Julianti langsung pucat pasi.

Dia takkan pernah bisa melupakan, bagaimana orang tuanya pergi melaut dan menghadapi badai tak terduga, hingga hilang tak berbekas bersama kapalnya.

Sebagai santunan, kepala desa mengirimkan beberapa keranjang tiram ke rumahnya.

Saat itu, Julianti menangis sampai pingsan. Namun tetap harus memakan tiram itu untuk bertahan hidup. Sejak itu, setiap melihat tiram, dia langsung mual.

Melihat raut wajahnya yang berubah, Suryanto dengan santai berisyarat tangan, "Nggak terbiasa makan mentah? Tiram kualitas segini sangat segar, nggak amis."

Para anak konglomerat lain yang tak paham bahasa isyarat menyindir, "Dia kan dari desa nelayan, kok nggak makan tiram?"

Yulia tersenyum kecut dan berbaik hati menjelaskan, "Tiram dari daerah mereka kualitasnya buruk, mana bisa dimakan mentah."

Semua orang pun tertawa.

"Hahaha, benar juga. Kampungan begitu mana pernah makan yang beginian."

"Kak Surya, kamu beneran kasihan sekali. Harus tidur satu ranjang sama cewek kampung yang nggak punya pengetahuan apa-apa. Apa nggak tersiksa?"

Julianti secara refleks menoleh ke arah Suryanto, masih berharap Suryanto akan membelanya, meskipun hanya satu kata.

Namun, kata-kata yang keluar dari mulut Suryanto justru seperti pisau tajam yang menancap langsung ke jantungnya.

"Jujur saja, memang cukup menyiksa." Suryanto memutar pelan cincin kawin di jari manisnya dan berkata, "Aku dan dia nggak punya bahasa yang sama. Untungnya dia penurut, mudah dikendalikan, dan ... nasibnya tangguh."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 20

    Setelah mendengar kata-kata Julianti, Amelia tidak melanjutkan untuk membujuk, hanya berkedip dan berkata dengan nada penuh rahasia, "Urusan perasaan itu paling nggak masuk akal, kamu tunggu saja, Gerry pasti akan bertindak."Julianti saat itu hanya menganggap Amelia bercanda, tidak terlalu dipikirkan.Namun, siapa sangka, setengah bulan kemudian, dia benar-benar menerima pesan WhatsApp dari Gerry.Gerry bilang ada film baru yang mendapat ulasan bagus, dan ingin mengajak Julianti menonton bersama.Julianti ragu sejenak menatap layar, memikirkan sebelumnya sudah banyak dibantu olehnya, menolak rasanya terlalu dingin, akhirnya dia membalas dengan satu kata. [Baik.]Tak disangka saat sampai di bioskop, dia mendapati bahwa di seluruh ruang pemutaran hanya ada mereka berdua.Yang lebih mengejutkan, saat film hampir selesai, teks berjalan tiba-tiba hilang, gambar berpindah ke sudut pandang asing dan aneh.Kamera tampak dipasang di lantai, sudutnya pas mengarah ke celah sebuah pintu kayu."Ap

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 19

    Setelah Julianti dibawa pergi oleh Gerry, dia menghilang tanpa jejak, seolah menguap dari dunia. Seberapa keras pun Suryanto mencarinya, tetap tak ada satu pun jejak yang bisa ditemukan.Suryanto terjebak dalam kesedihan yang dalam. Setiap hari dia menenggelamkan diri dalam alkohol, bahkan tak sanggup lagi mengurus urusan perusahaan.Keadaan mentalnya yang kacau menjadi celah bagi para pengkhianat internal untuk mulai beraksi.Tak butuh waktu lama, Perusahaan Pradana pun jatuh ke dalam krisis besar. Sementara Perusahaan Ananda, yang selama ini selalu menjadi pendukung kuatnya, juga sudah tak sanggup memberikan bantuan.Sejak rahasia internal perusahaan bocor, saham Perusahaan Ananda anjlok tajam, dan tak lama kemudian, perusahaan itu pun nyaris bangkrut.Yulia dikhianati dan kehilangan segalanya dalam satu malam. Hidupnya runtuh, pikirannya kacau, dan dia berubah menjadi sosok yang nyaris kehilangan kewarasan.Pernah suatu kali, dia keluar rumah dalam keadaan telanjang dan berlarian se

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 18

    Suryanto merasakan sakit kepala yang nyaris pecah saat mendengar kata-kata itu.Dia pernah yakin, setelah sekian lama memperbaiki semuanya, Julianti benar-benar sudah memaafkannya.Dia bahkan diam-diam merencanakan untuk memiliki dua anak dengannya, lalu berkeliling dunia bersama, menikmati keindahan di seluruh penjuru.Namun pada akhirnya, dia sadar semua itu hanyalah khayalan sepihak dari dirinya sendiri.Suryanto menggeleng tanpa daya, suaranya serak sulit disembunyikan, "Nggak, bagaimana aku tega membunuhmu? Meskipun kamu telah menghianatiku, aku pantas menerimanya. Aku nggak peduli, Juli, kita pulang saja ... ""Ingin membawa Julianti pergi? Lewat aku dulu!"Pintu di belakang tiba-tiba terbuka dengan keras. Gerry bersama sekelompok pria berbaju hitam langsung menyerbu masuk.Hati Suryanto langsung berat ketika dia menatap Gerry.Dia sudah menduga urusan ini ada hubungannya dengan Gerry, tapi tidak menyangka Gerry berani membawa orang dan masuk ke wilayahnya secara terang-terangan.

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 17

    "Tolong ... Uh!"Belum sempat suara minta tolong itu keluar sepenuhnya, tengkuk Yulia sudah kena sabetan telapak tangan, dan dia langsung pingsan.Julianti menoleh ke sekeliling, menemukan laptop di kamar itu, lalu segera mencolokkan flashdisk ke dalamnya.Hanya dalam beberapa detik, seluruh data berhasil dikirim.Kali ini, kabar tentang serangan terhadap sistem langsung sampai ke telinga Suryanto begitu kejadian terjadi.Perusahaan Ananda dan Perusahaan Pradana menjalin kerja sama yang sangat erat.Sekarang Perusahaan Ananda diserang, Perusahaan Pradana tentu tak bisa lepas dari imbasnya.Alis Suryanto langsung mengerut dalam. Awalnya Suryanto berniat memberitahu Julianti bahwa ada keadaan darurat di kantor, dan dia harus segera kembali untuk menanganinya.Namun begitu pintu kamar didorong terbuka, ternyata ruangan itu kosong. Di balkon, seutas tali tergantung dan menjulur ke bawah gedung!Tatapan Suryanto langsung menggelap, dia segera memberi perintah pada bawahannya, "Segera tutup

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 16

    Data di komputer dengan cepat tersinkronisasi ke Gerry.Sementara itu, Julianti menerima pesan dari Gerry.[Bagus sekali, selanjutnya coba cari kesempatan untuk memasukkan flashdisk itu ke komputer yang selalu dibawa Yulia, maka tugasmu selesai.]Julianti mengeratkan bibirnya, tak bisa menahan diri bertanya pada Gerry, [Setelah rencana selesai, bagaimana kamu akan membantuku keluar dari masalah ini?]Gerry berkata jujur, [Aku akan memberimu identitas baru, dan kalau kamu masih khawatir, kamu bisa bekerja di Perusahaan Ananda. Selama kamu berada di wilayah kekuasaanku, dia tidak akan bisa menyentuhmu sedikit pun.]Membaca pesan itu, Julianti akhirnya merasa lega.... Pertama kali Julianti bertindak, Suryanto tidak menyadari ada sesuatu yang janggal.Saat dia sedang berpikir bagaimana mendekati Yulia, kesempatan justru datang dari langit.Suatu hari, Suryanto mendatangi Julianti dan berkata, "Juli, aku sudah menyiapkan makam terbaik untuk nenekmu di Pemakaman Sentosa terbesar di Kota B

  • Sinar di Balik Pengkhianatan   Bab 15

    "Hmm, aku sudah memaafkanmu." Suara Julianti sangat pelan, tak membawa sedikit pun kehangatan, yang tersisa hanya dingin yang senyap membeku di matanya.Namun Suryanto seolah tak menyadari keanehan itu, seluruh dirinya tenggelam dalam kegembiraan yang membuncah.Dia segera memerintahkan asistennya menyiapkan jet pribadi, tak sabar ingin membawa Julianti kembali ke Kota Beirus.Namun belum jauh dari penginapan, tiba-tiba sesosok wanita berbaju pengantin menerobos keluar dan menghadang mereka.Rambut Yulia berantakan, gaun pengantinnya kusut tak beraturan, dan tatapannya menusuk dingin ke arah Suryanto, seperti mata pisau yang menggores, "Suryanto, kamu nggak pikir harus kasih aku penjelasan?"Belum sempat Suryanto bicara, mata Yulia sudah berpaling tajam ke arah Julianti, suaranya dipenuhi rasa tak terima dan dendam, "Jadi kamu kabur dari pernikahan demi dia? Datang ke Kota Yale buat nemuin dia? Apa kamu mau bawa dia balik ke Kota Beirus dan balikan sama dia?"Suryanto jelas tak menyang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status