Suara lembut yang disertai dengan kekehan ramah itu sontak saja membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, menampilkan seorang wanita cantik nan anggun yang sulit memperkirakan berapa usianya, karena penampilannya yang terlihat masih sangat muda nan energik. Di sampingnya, berdiri sosok lelaki tinggi tegap berusia paruh baya yang masih tampak begitu tampan dan gagah. Sementara sedikit di belakang mereka, muncul sosok lelaki yang memiliki paras sangat menawan bagai malaikat. Namun memiliki wajah tanpa ekspresi dengan tatapan datar. Begitu angkuh, tak tersentuh.
Hanya dalam sekali lihat, Selena sudah mampu menebak bagaimana kepribadian lelaki yang ia yakin sekali, akan menjadi kesialannya itu.
“Siren,” seru sang ibu yang secepat kilat menarik bibir cemberutnya menjadi senyuman lebar menawan yang sangat cerah. Selena bahkan harus sedikit memicing dan mengangkat sebelah alisnya karena merasa begitu silau sekaligus terkejut dengan pancaran kuat kegembiraan sang ibu. “Silakan masuk,” lanjut sang ibu, berjalan cepat ke arah pintu guna menyambut kedatangan tamu istimewanya. Diikuti oleh ayah dan kakaknya yang juga turut berdiri dan tersenyum lebar penuh rasa hormat.
Sebuah sikap yang membuat Selena menghela napas dalam nan samar, sebelum akhirnya turut berdiri dan memasang senyum manis alami yang telah menjerat banyak lelaki yang pernah bertemu dengannya.
Namun sepertinya, senyum manis Selena itu sama sekali tidak berpengaruh pada pria berpakaian batik motif parang yang kini tersenyum samar begitu berjabat tangan dengan ayahnya itu.
“Apakah ini Arjuna?" tanya sang ayah seraya menatap sosok pemuda di hadapannya dengan tatapan sedikit terkejut. Yang lantas disahuti dengan anggukan kepala dan senyum sopan dari si pemuda.
"Putramu benar-benar tumbuh menjadi lelaki yang sangat menawan, Danar,” tukas ayah Selena, menepuk-nepuk bahu lelaki yang di mata Selena, terlihat begitu tersiksa dengan basa-basi keluarga yang menjemukan itu. Sama seperti dirinya.
Tetapi sepertinya, hanya dirinya yang mampu melihat wajah asli lelaki itu, karena dua keluarga itu kini tengah tertawa dengan gurauan klasik khas orang tua. Bahkan kakaknya juga terlihat sangat menikmati pertemuan dua keluarga itu. Sama sekali berbeda dengan dirinya yang menganggap bahwa pertemuan ini adalah sebuah petaka.
“Oh, kau terlalu berlebihan, Dharta,” balas lelaki yang dipanggil ayah Selena dengan nama Danar seraya tertawa lebar. Usia mereka terlihat tidak terpaut jauh. Selena bahkan menduga jika mereka adalah teman bermain gundu saat kanak-kanak. “Kau bahkan memiliki seorang putri yang sangat cantik, dan kudengar, juga sangat cerdas,” lanjutnya seraya menatap Selena lekat dengan senyum yang sangat ramah. Sangat berbanding terbalik dengan sosok lelaki muda yang ada di sampingnya.
Sebuah sikap yang membuat Selena terpaksa harus sedikit melebarkan senyumnya demi sopan santun.
“Oh, lihatlah. Gadis ini benar-benar seperti peri ketika tersenyum,” timpal wanita anggun yang dipanggil Siren oleh ibu Selena. Berjalan mendekat seraya mengulurkan tangannya untuk merengkuh bahu Selena dalam dekapannya. “Apakah kau ingat dengan Tante, Sayang? Terakhir bertemu, sepertinya kau masih di bangku sekolah dasar,” lanjut wanita anggun itu dengan tatapan panuh kasih ke arah Selena. Membuat Selena harus menahan senyum lebarnya sedikit lebih lama, yang baginya, benar-benar sebuah penyiksaan karena ia mulai merasa otot-otot wajahnya kram.
Selena benar-benar berharap ia memiliki ilmu sihir yang bisa melenyapkan dirinya dari situasi itu.
Tentu saja dirinya ingat dengan tante-tante yang kini memeluknya erat ini, bagaimana mungkin ia akan melupakan wanita yang membuatnya nyaris kehabisan napas ketika wanita ini tak henti-hentinya mencium kedua pipinya saat ia masih kecil. Sebuah pengalaman yang membuatnya enggan disentuh oleh siapa pun setelahnya.
Dan sepertinya, sosok tante cantik yang pernah memberinya pengalaman mengerikan di masa kanak-kanak itu sampai sekarang tak pernah berubah. Lihatlah bagiamana ia kembali mencium kedua pipinya dengan gemas. Bedanya, kali ini tidak dilakukan berulang kali sebagaimana yang dilakukannya di masa lampau. Membuat Selena bisa bernapas sedikit lega.
“Tentu saja ingat, Tante. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan sosok wanita secantik Tante?” balas Selena dengan senyum lebarnya.
Tak satu pun orang di dalam ruangan itu yang menyadari senyum palsu Selena. Karena bagaimanapun juga, sebagai seorang penulis novel yang pernah menerima nobel sastra di usianya yang masih terbilang sangat muda, yakni 17 tahun, Selena sangat berpengalaman dalam menampilkan berbagai ekspresi yang biasanya ia lekatkan pada karakter-karakternya. Dan sebagai seorang penulis yang telah terlatih sensitifitas dan daya kepekaannya, memahami perasaan orang dengan melihat perubahan gestur sekecil apa pun dalam diri seseorang hanyalah a piece of cake baginya.
“Oh, gadisku, kau bahkan memiliki mulut yang sangat manis,” seru Siren dengan begitu gembira. Baginya, menjadikan Selena sebagai anak menantu adalah sebuah impian. Ia sudah jatuh hati pada Selena bahkan ketika gadis itu masih kecil. Dan kegembiraannya pun memuncak ketika sahabatnya, Laras, yang merupakan ibu Selena menceritakan tentang kegelisahannya terhadap putrinya yang enggan menjalin hubungan dengan lelaki.
Saat itu juga, Siren benar-benar merasa ketiban durian runtuh.
Dan dari sanalah, ide perjodohan mereka muncul. Hari itu juga, Laras meminta putranya yang menjadi tentara untuk mengambil cuti yang telah bertahun-tahun tak diambilnya. Dan langsung mengambil penerbangan pertama menuju kota S guna mempertemukan putranya dengan menantu idaman yang sejak lama ia impikan.
“Siren, berhentilah memujinya,” sahut ibu Selena seraya membimbing tamunya ke meja makan untuk makan malam bersama. “Tidakkah kau lihat bagaimana penampilan Selena? Apakah kau yakin akan baik-baik saja dengannya?” lanjutnya terus terang.
Mereka sudah bersahabat sejak SMA. Saling berbagi rahasia dan keluh kesah. Sering pula bertemu untuk sekadar makan malam bersama meskipun mereka tinggal di kota yang berbeda.
Akan tetapi, karena Selena yang memilih melanjutkan studi di luar negeri sementara Arjuna yang mengikuti pendidikan militer sejak SMA, keduanya tak pernah bertemu kecuali ketika masih kanak-kanak. Dan itu pun segera hilang dari ingatan Selena yang merasa tak ada apa pun yang spesial darinya.
“Kenapa tidak?” sahut wanita yang masih merangkul Selena bahkan ketika mereka berjalan itu dengan seruan lantang sedikit tak terima dengan perkataan ibu Selena. “Aku menyukai calon putriku. Dan aku tidak peduli dengan selera penampilannya. Bagiku, Selena adalah gadis tercantik dan paling menggemaskan yang pernah ada,” lanjutnya seraya menempelkan pipinya pada pipi Selena dengan gemas. Membuat suaminya dan ayah Selena tergelak bersamaan.
“Itu karena Tante Siren tidak memiliki anak perempuan,” sahut kakak Selena seraya menyeringai lebar.
“Itu tidak benar, meskipun aku tidak memiliki anak perempuan, tetapi aku memiliki banyak keponakan perempuan. Dan tak satu pun dari mereka yang seistimewa Selena,” bantah Siren tegas. Berdiri tegak seperti banteng kokoh yang siap melindungi Selena dari serangan jenis apa pun yang dianggapnya berbahaya. Sebuah sikap yang membuat semua yang ada di sana tergelak. Kecuali Arjuna dan Selena tentu saja.
Arjuna masih dengan tampang datarnya. Sementara Selena hanya mampu menyeringai samar mendengar pembelaan dari wanita bernama Siren itu. Baginya, meskipun sikap ibu dari lelaki yang akan menjadi suaminya itu sempat membuatnya tertekan, namun, wanita itu adalah wanita yang sangat baik. Ia akan dengan senang hati menemani wanita itu andai saja ia tidak datang dengan ide gila tentang perjodohan yang akan membatasi kebebasannya.
“Arjuna, tidak bisakah kau tersenyum sebentar saja, eh? Wajah pokermu itu benar-benar membuatku khawatir, jika sampai gadis manis ini menolakmu, aku akan mencoret namamu dari kartu keluarga,” tegas Siren tiba-tiba saat menoleh ke belakang, tempat di mana putranya berjalan seperti patung mengikuti langkah mereka. Seruan yang membuat Selena turut menatap ke arah lelaki asing yang dijodohkan dengannya itu, yang Selena yakin sekali, lelaki itu pun juga mengalami pemaksaan seperti dirinya.
Lihatlah ketika lelaki itu menegakkan kepala mendengar seruan ibunya, mata elangnya balas menatap dirinya dengan begitu tajam, dalam, nan sangat dingin, jauh tak tersentuh. Seolah menuduh dirinya begitu riang gembira menyambut perjodohan sepihak yang diputuskan tanpa persetujuannya itu. Sebuah sikap yang seketika mengobarkan bara permusuhan di mata Selena.
Perkataan wanita yang kini mengusap lembut bahu Selena itu sebetulnya perkataan yang sangat serius, yang ditujukan pada putranya. Karena ia tahu pasti bagaimana kepribadian putranya yang sangat menjengkelkan itu.Namun, bagi keluarga Selena yang tidak mengetahui keseharian sang pemuda yang terlihat begitu tenang dan penuh kharisma, tentu saja beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh wanita anggun mengenakan dress batik panjang turunan bangsawan itu hanyalah candaan semata.Kendatipun seluruh anggota keluarganya tertawa, Selena hanya menyeringai samar. Kemunculan sosok lelaki beparas menawan khas putra bangsawan itu sama sekali tak menggoyahkan hatinya. Jantungnya memang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, namun sama sekali bukan karena jatuh cinta pada pandangan pertama layaknya roman picisan, alih-alih, yang ada justru sebaliknya. Sengatan kejengkelan yang disebabkan oleh tatapan meremehkan lelaki itulah penyebabnya.Jika ibunya berharap kedua pipinya
Di sisi lain, Arjuna yang melihat reaksi gadis berparas anggun namun memiliki sisi liar dan susah dikendalikan dari sorot matanya yang sebening kristal itu, sontak saja langsung terkejut terhadap isyarat penolakan yang ditunjukkan gadis itu secara terang-terangan terhadapa dirinya.Mata tajamnya memandang gadis itu semakin dalam, seakan ingin menyelam jauh di kedalaman hati dan pikirannya.Apakah gadis ini sedang bersandiwara dan sok jual mahal? Sejak kapan ada wanita yang tak menginginkannya? Tapi, bagus juga jika gadis ini berhasil menggagalkan perjodohan mereka. Mari kita lihat, apakah gadis ini bisa melawan ibunya yang sudah membuatnya menyerah tanpa bisa melakukan apa pun itu lagi? Jika ya, ia bersumpah akan menjadikan gadis yang tampak sekali sangat keras kepala itu menjadi satu-satunya teman wanitanya. Sementara itu, dalam perasaan putus asanya, demi langit mendung yang mengandung petir, Selena sungguh bisa melihat lelaki di hadapannya
Hentakan tangan Selena itu pun segera menyadarkan Arjuna. Lelaki itu menarik kembali tangannya dengan cepat sedikit salah tingkah. Lantas menyeringai samar penuh intimidasi dengan tatapan tajam seakan ingin menghukum gadis yang justru balas menatap tak kalah tajamnya itu lari 20 putaran mengelilingi lapangan bola, karena dengan begitu berani dan sudah pasti dengan sangat sengaja, memenuhi mangkuk supnya dengan lada yang sangat tak ia sukai.Gadis itu mengatakan jika ibunya berkata demikian? Arjuna terkekeh dalam hati. Trik-trik rendahan seperti itu tak akan pernah mampu mempengaruhinya. Dan lihat saja bagaimana ia akan membalas perlakuan menyenangkan gadis ini padanya berkali lipat.Kejengkelan Arjuna pada gadis yang kini sudah dengan begitu santai meraih mangkuk besar dan memenuhinya dengan sup iga itu, membuatnya lupa bagaimana dirinya bereaksi terhadap sentuhan, ia bahkan tak merasakan perasaan alergi sebagaimana yang selalu ia rasakan ketika tak s
“Oh astaga,” suara tawa yang terdengar jelas sekali seakan tak percaya itu keluar dari lisan ayah Arjun. “Gadis ini sungguh luar biasa sekali. Dharta, putrimu benar-benar hebat. Dia adalah satu-satunya gadis yang bisa mempermalukan Arjuna,” lanjutnya heboh dengan tawa berderai. “Hei, Siren, lihatlah, kapan kau terakhir kali melihat wajah putramu itu merona seperti ini, eh? Aku sungguh menyukaimu, Nak,” tegasnya seraya menatap Selena penuh arti dengan sisa-sisa tawanya. Seakan tengah menaruh harapan yang begitu besar padanya.Selena benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, ia dengan begitu sengaja melakukan semua ketidaksopanan itu demi penolakan. Namun, lihatlah apa yang terjadi, alih-alih menolaknya, keluarga Daneswara itu justru terlihat begitu mengharapkannya menjadi menantu mereka.Belum sempat Selena selesai menganalisa apa yang keliru dengan sikapnya, Siren sudah merangkul tubuhnya dan memeluknya dengan erat. M
Selena melirik kakaknya penuh isyarat, berharap sang kakak akan segera berdiri dan menggantikan dirinya untuk mengantarkan lelaki yang kini terlihat begitu pucat itu menuju kamar tamu untuk beristirahat.Alin bukan tidak memahami isyarat adiknya yang begitu kasihan itu, tetapi tatapan ibunya yang seakan memahami situasi yang terjadi, yang terlihat jelas tidak menghendakinya turut campur dalam masalah yang dibuat adiknya itu, mau tak mau membuatnya mengurungkan niat untuk membantu Selena. Membuat gadis itu menatap sang kakak penuh kejengkelan dan peringatan. Yang sialnya, hanya dibalas dengan tatapan permintaan maaf oleh sang kakak yang sungguh tak bisa berbuat apa-apa di bawah tekanan tatapan sang ibu.Setelah menghela napas dalam, Selena akhirnya berdiri. “Tuan, mari ikut denganku,” ucapnya seraya berjalan keluar dari ruang makan.Arjuna yang merasakan rasa sakit yang luar biasa, benar-benar kehilangan keinginan untuk membantah. Dia memundurkan kurs
“Kau benar sekali, aku memang bukan seorang wanita. Harga dirimu akan jatuh jika sampai kau menikah dengan orang sepertiku. Percayalah, kehadiranku dalam hidupmu akan mengacaukan sistem keteraturan yang kau pegang selama ini, jadi sebaiknya─"“Aku membatalkan perjodohan kita?” sela Arjuna seraya menyeringai dengan kedua mata sedikit terbuka, hanya sedikit saja, seakan masih menahan rasa sakit di kepala dan perutnya. Melepaskan cengkeraman tangannya di pergelangan Selena perlahan.Sebuah pertanyaan yang membuat Selena segera saja menyeringai lebar dan mengangguk bersemangat.“Tepat sekali. Kau harus membujuk orangtuamu agar menggagalkan perjodohan ini," sahut Selena penuh semangat. Karena ia sudah tak yakin bisa membujuk ibunya. Maka jalan satu-satunya adalah meminta lelaki ini melakukannya."Biar kutebak, lelaki sepertimu, pasti memiliki jutaan penggemar. Kau bisa memilihnya salah satu yang kau sukai dan menjadikannya istrimu. Atau
Selena terdiam cukup lama memperhatikan sosok lelaki yang kini mendengkur halus dengan mulut sedikit terbuka itu. Keningnya yang semula berkerut dalam seakan tengah menahan rasa sakit, perlahan memudar. Dada bidangnya naik turun dengan begitu teratur. Dan saat itulah, Selena sungguh baru menyadari jika di dada sebelah kiri sedikit ke dalam lelaki itu terdapat bekas luka sayatan benda tajam yang cukup panjang.Mata Selena menyipit dengan pikiran yang mulai menebak-nebak. Lelaki ini adalah seorang tentara berstatus kapten, pemimpin dari satu batalion pasukan khusus di mana satu orang saja di antaranya memiliki kekuatan 30 orang prajurit biasa. Dengan statusnya itu, tidak menutup kemungkinan jika lelaki ini sudah terlibat dengan kejadian yang mungkin saja akan dengan mudah merenggut nyawanya.Dan tiba-tiba saja, ide-ide segar bermunculan di benak Selena. Membuat gadis itu menyeringai lebar.Lelaki ini sangat tampan. Nilai jual dari ketampanannya pastilah sangat
Arjuna yang tak pernah sekalipun mendapatkan perlakuan sedemikian merendahkan harga dirinya itu pun, sedikit tertegun dengan keberanian gadis di hadapaannya yang kini bahkan berani melemparinya dengan tatapan mencemooh itu.Sejak ia kecil, entah bagaimana, orang-orang di sekitarnya merasa segan dengannya. Mungkin bukan hanya karena nilai akademisnya yang selalu menduduki posisi puncak di setiap jenjang pendidikan, namun, mungkin juga karena pembawaannya yang begitu tenang dan tak banyak bicaralah yang menjadikannya disegani oleh teman-teman bahkan para seniornya.Karena perlakuan itu telah ia terima bahkan ketika dirinya baru berada di bangku taman kanak-kanak, yang seakan telah menyatu dengan kehidupannya, menyatu dengan kepribadiannya, mau tidak mau membentuk kepribadian tinggi hatinya tanpa sadar. Merasa diri berada di posisi paling sempurna di mana tak seorang pun memiliki kesempatan untuk mencelanya. Sehingga, mendapati dirinya diperlakukan diluar kebiasaan, tentu