“Tentu saja aku kesal!” geram Selena dengan nada tinggi. “Apakah kau berharap aku akan merasa sangat senang sekali jika ada orang lain yang menjamahya ruang pribadiku, eh?” lanjutnya seraya bersungut-sungut. Andai di hadapannya saat ini ada kue klepon kesukaannya, ia pasti menelannya bulat-bulat.
“Tapi aku bukan orang lain. Aku adalah calon suamimu. Bukankah dalam hubungan suami-istri tidak seharusnya ada ruang pribadi sebagaimana yang kau bicarakan itu?” balas Arjuna ringan sekali, seakan tengah membicarakan cuaca mendung di pagi hari.
Baginya, apa yang ia lakukan sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan. Lagipula, ponsel gadis itu juga tak memiliki rahasia jenis apa pun yang bisa menghancurkan dunia. Alih-alih, percakapan dalam pesannya hanya berisi segelintir orang, itu pun hanya membicarakan masalah yang menurutnya sama sekali tak penting.
Bahkan gallery gadis itu sama sekali tak normal layaknya gadis muda pada umumnya
Arjuna menatap ponsel yang telah padam di tangannya itu seraya mengangkat sebelah alis sedikit terkejut, sebelum akhirnya terkekeh pelan. Benar-benar tak menyangka jika ada gadis yang berani berkata kasar dan begitu vulgar pada dirinya.Dan lebih buruk daripada itu, sebentar lagi gadis itu akan menjadi istri sahnya. Karakter seorang gadis yang sama sekali tak pernah terlintas di benaknya yang selama ini hanya menjumpai gadis-gadis anggun nan bersikap lembut kala di hadapannya.Yang anehnya, justru sikap Selena yang begitu terang-terangan dan sama sekali tak memiliki kecanggungan ataupun sopan santun terhadap dirinya yang notabene selalu disegani banyak orang itulah yang membuatnya tertarik pada gadis itu.Tidak hanya tertarik, ajaibnya, ketika berada di dekat gadis itu, dirinya bisa menjadi lelaki normal dan melupakan traumanya di masa silam.Karena berbagai alasan itulah, Arjuna memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing dengan sikap Selena yang semena-
"Sial!" geram Selena entah sudah yang keberapa kalinya. Pandangannya menatap ke luar jendela yang mengarah pada bentangan taman yang luas di halaman rumahnya dengan tatapan tajam. Ranting-ranting dedaunan yang bergoyang perlahan ketika diterpa angin, seakan menjelma menjadi cakar-cakar monster mengerikan ketika hanya sedikit saja terkena sentuhan temaram lampu taman, menambah buruk suasana hati Selena yang tengah dirundung kejengkelan.Pijar bola lampu yang menyerupai bulan tergantung pada tiang besi berukir di sepanjang jalanan setapak taman tampak begitu anggun menggoda, mengundang puluhan ngengat yang mencoba mencari kehangatan. Terlihat begitu riang gembira mencari sumber kebahagiaan mereka. Membuat Selena terkekeh ironi, seakan kawanan ngengat itu tengah mengejek dirinya yang harus menyerah dengan pilihan hidup yang harus ia jalani demi kebahagiaan orang paling berharga dalam hidupnya.Semilir angin yang berhembus menghantarkan semerbak wangi kelopak mawar ke dala
Suara lembut yang disertai dengan kekehan ramah itu sontak saja membuat semua orang yang ada di ruang tamu menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar, menampilkan seorang wanita cantik nan anggun yang sulit memperkirakan berapa usianya, karena penampilannya yang terlihat masih sangat muda nan energik. Di sampingnya, berdiri sosok lelaki tinggi tegap berusia paruh baya yang masih tampak begitu tampan dan gagah. Sementara sedikit di belakang mereka, muncul sosok lelaki yang memiliki paras sangat menawan bagai malaikat. Namun memiliki wajah tanpa ekspresi dengan tatapan datar. Begitu angkuh, tak tersentuh.Hanya dalam sekali lihat, Selena sudah mampu menebak bagaimana kepribadian lelaki yang ia yakin sekali, akan menjadi kesialannya itu.“Siren,” seru sang ibu yang secepat kilat menarik bibir cemberutnya menjadi senyuman lebar menawan yang sangat cerah. Selena bahkan harus sedikit memicing dan mengangkat sebelah alisnya karena merasa begitu silau sekaligus terke
Perkataan wanita yang kini mengusap lembut bahu Selena itu sebetulnya perkataan yang sangat serius, yang ditujukan pada putranya. Karena ia tahu pasti bagaimana kepribadian putranya yang sangat menjengkelkan itu.Namun, bagi keluarga Selena yang tidak mengetahui keseharian sang pemuda yang terlihat begitu tenang dan penuh kharisma, tentu saja beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh wanita anggun mengenakan dress batik panjang turunan bangsawan itu hanyalah candaan semata.Kendatipun seluruh anggota keluarganya tertawa, Selena hanya menyeringai samar. Kemunculan sosok lelaki beparas menawan khas putra bangsawan itu sama sekali tak menggoyahkan hatinya. Jantungnya memang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, namun sama sekali bukan karena jatuh cinta pada pandangan pertama layaknya roman picisan, alih-alih, yang ada justru sebaliknya. Sengatan kejengkelan yang disebabkan oleh tatapan meremehkan lelaki itulah penyebabnya.Jika ibunya berharap kedua pipinya
Di sisi lain, Arjuna yang melihat reaksi gadis berparas anggun namun memiliki sisi liar dan susah dikendalikan dari sorot matanya yang sebening kristal itu, sontak saja langsung terkejut terhadap isyarat penolakan yang ditunjukkan gadis itu secara terang-terangan terhadapa dirinya.Mata tajamnya memandang gadis itu semakin dalam, seakan ingin menyelam jauh di kedalaman hati dan pikirannya.Apakah gadis ini sedang bersandiwara dan sok jual mahal? Sejak kapan ada wanita yang tak menginginkannya? Tapi, bagus juga jika gadis ini berhasil menggagalkan perjodohan mereka. Mari kita lihat, apakah gadis ini bisa melawan ibunya yang sudah membuatnya menyerah tanpa bisa melakukan apa pun itu lagi? Jika ya, ia bersumpah akan menjadikan gadis yang tampak sekali sangat keras kepala itu menjadi satu-satunya teman wanitanya. Sementara itu, dalam perasaan putus asanya, demi langit mendung yang mengandung petir, Selena sungguh bisa melihat lelaki di hadapannya
Hentakan tangan Selena itu pun segera menyadarkan Arjuna. Lelaki itu menarik kembali tangannya dengan cepat sedikit salah tingkah. Lantas menyeringai samar penuh intimidasi dengan tatapan tajam seakan ingin menghukum gadis yang justru balas menatap tak kalah tajamnya itu lari 20 putaran mengelilingi lapangan bola, karena dengan begitu berani dan sudah pasti dengan sangat sengaja, memenuhi mangkuk supnya dengan lada yang sangat tak ia sukai.Gadis itu mengatakan jika ibunya berkata demikian? Arjuna terkekeh dalam hati. Trik-trik rendahan seperti itu tak akan pernah mampu mempengaruhinya. Dan lihat saja bagaimana ia akan membalas perlakuan menyenangkan gadis ini padanya berkali lipat.Kejengkelan Arjuna pada gadis yang kini sudah dengan begitu santai meraih mangkuk besar dan memenuhinya dengan sup iga itu, membuatnya lupa bagaimana dirinya bereaksi terhadap sentuhan, ia bahkan tak merasakan perasaan alergi sebagaimana yang selalu ia rasakan ketika tak s
“Oh astaga,” suara tawa yang terdengar jelas sekali seakan tak percaya itu keluar dari lisan ayah Arjun. “Gadis ini sungguh luar biasa sekali. Dharta, putrimu benar-benar hebat. Dia adalah satu-satunya gadis yang bisa mempermalukan Arjuna,” lanjutnya heboh dengan tawa berderai. “Hei, Siren, lihatlah, kapan kau terakhir kali melihat wajah putramu itu merona seperti ini, eh? Aku sungguh menyukaimu, Nak,” tegasnya seraya menatap Selena penuh arti dengan sisa-sisa tawanya. Seakan tengah menaruh harapan yang begitu besar padanya.Selena benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, ia dengan begitu sengaja melakukan semua ketidaksopanan itu demi penolakan. Namun, lihatlah apa yang terjadi, alih-alih menolaknya, keluarga Daneswara itu justru terlihat begitu mengharapkannya menjadi menantu mereka.Belum sempat Selena selesai menganalisa apa yang keliru dengan sikapnya, Siren sudah merangkul tubuhnya dan memeluknya dengan erat. M
Selena melirik kakaknya penuh isyarat, berharap sang kakak akan segera berdiri dan menggantikan dirinya untuk mengantarkan lelaki yang kini terlihat begitu pucat itu menuju kamar tamu untuk beristirahat.Alin bukan tidak memahami isyarat adiknya yang begitu kasihan itu, tetapi tatapan ibunya yang seakan memahami situasi yang terjadi, yang terlihat jelas tidak menghendakinya turut campur dalam masalah yang dibuat adiknya itu, mau tak mau membuatnya mengurungkan niat untuk membantu Selena. Membuat gadis itu menatap sang kakak penuh kejengkelan dan peringatan. Yang sialnya, hanya dibalas dengan tatapan permintaan maaf oleh sang kakak yang sungguh tak bisa berbuat apa-apa di bawah tekanan tatapan sang ibu.Setelah menghela napas dalam, Selena akhirnya berdiri. “Tuan, mari ikut denganku,” ucapnya seraya berjalan keluar dari ruang makan.Arjuna yang merasakan rasa sakit yang luar biasa, benar-benar kehilangan keinginan untuk membantah. Dia memundurkan kurs