Share

Bab 2

Ceklik....

Mataku membulat sempurna saat melihat ke atas ranjang berukuran king itu. Dua orang terlelap di bawah selimut berwarna putih. 

Aku masih terpaku bersandar di dinding hotel nan mewah. Rasanya tidak percaya dengan apa yang sedang ku lihat saat ini. 

Sakit,rasanya hatiku seperti diiris-iris sembilu. Oh bukan,lebih terasa dicacah-cacah hingga habis tak tersisa. Menyakitkan. 

Untuk apa Om Bagas memintaku kemari kalau hanya melihat pemandangan ini? 

Apa dia mau memamerkan hubungan intim dengan istrinya? Katanya sudah tak cinta tapi nyatanya masih diembat juga.Menyebalkan. Rasanya emosiku mendidih seketika. Ingin ku beri sianida istri sahnya itu. Biar mati seketika. Dan aku bisa hidup bahagia bersama Om Bagas. 

Bukankah itu ide yang bagus? 

"Jangan gegabah Yasmin!" Sisi hatiku memberontak, walau dominan ingin membunuhnya sekalian. Namun aku sadar, gegabah akan menghancurkan semua impianku. 

Aku harus segera pergi dari sini. Panas hati melihat pemandangan itu. Harusnya aku yang di atas sana. Bukan dia! Wanita tua yang sudah tak menarik lagi. 

Ah, menyebalkan! 

Ku hentakkan kaki ini. Kesal luar biasa. 

Tapi tunggu, bukankah lebih baik ku lihat wajahnya lebih dekat, agar aku bisa melihat kelemahannya. Seberapa cantik dia, hingga Om Bagas tidak mau melepaskannya. 

Mata masih menatap dua insan di atas ranjang. Tubuh istrinya tak selangsing diriku meski tidak juga gemuk. Kulit wajahnya pasti juga mulai keriput. Apa yang bisa dibanggakan dari wanita seperti itu? Jauh aku lebih baik dari dia. Tapi kenapa Om Bagas tidak mau menceraikan istrinya? 

Aku semakin mendekat, ingin melihat lebih detail seperti apa wajah istrinya.Aku berjalan sepelan  mungkin agar tidak ada suara yang timbul dari gesekan sepatu dan lantai. Bisa gawat jika wanita tua itu bangun. Kini aku sudah berdiri tepat di sebelahnya. 

Kulitnya sawo matang, tak seputih diriku.  bulu mata lentik. Kalau dilihat-lihat dia memang cantik. Tapi tetap tak secantik diriku. Kalah jauhlah dibanding denganku. 

Apa mereka tak menyadari jika aku berada di sini? Tak terbayangkan pergulatan mereka. Hingga akhirnya terlelap seperti itu. 

Arrgghhtt! 

Sial*n! 

"Lagi sayang, emm...." ucap wanita tua dengan mata tertutup. 

Aku segera berlari keluar kamar. Jangan sampai wanita tua itu tahu aku di sini. Bisa hancur impianku memiliki apartemen mewah. 

BRAAAK

Pintu ku banting. Kesal luar biasa. Biar saja mereka bangun. Siapa suruh membuat hatiku panas. Sudah dandan cantik tapi justru jadi penonton. Tahu begini lebih baik tidur di kamar. Ah, sial*n! 

Berjalan sambil mengehentak-hentakkan kaki meninggalkan hotel mewah ini. Hotel yang biasa kami pakai untuk memadu kasih tapi kini justru aku jadi penontonnya. 

BRUG... 

Aku jatuh hingga pantat menyentuh lantai. Seorang ibu gempal sengaja menyenggol pundak saat melewatiku. Hingga aku hilang keseimbangan dan akhirnya jatuh. Dasar emak gempal tidak punya akhlak! 

"Kalau jalan lihat-lihat dong, Bu! Punya mata gak sih?" teriakku hingga mengundang banyak pasang mata melihat ke arah kami. 

"Apa teriak-teriak! Kamu pikir aku tuli!" 

Ow, rupanya dia berani juga. Dia pikir dengan tubuh gempalnya aku akan takut! Tidak, dia belum tahu siapa aku! 

"Kalau jalan tidak usah senggol-senggol. Kalau badan kecil tidak masalah. Nah ini badan segede gajah pakai nyenggol. Ibu sengaja ya, biar aku jatuh!" Dada naik turun menahan amarah yang kian memuncak. 

Sudah dikerjai Om Bagas. Eh kena usil ibu gempal. Oke, akan ku lampiaskan amarahku padanya. Biar sekalian lega. Siapa suruh menganggu pelakor yang sedang naik pitam! Habislah kau! 

PLAAK

Satu tamparan mendarat di pipi kiriku. Nyeri dan panas menjalar ke seluruh pipi. Aku kalah start.Dia sudah lebih dulu menamparku. 

PLAAK

"Dasar gajah tidak tahu diri!" teriakku sambil melayangkan tangan kananku. Kini pipinya sama sepertiku, merah dengan gambar telapak tangan. 

Mata ibu itu melotot mau copot. Ku telan air liur dengan susah payah. Bisa remuk tubuhku jika kena hantam dia. Bisa-bisa kecantikanku memudar. Om Bagas bisa ilfeel dan akhirnya meninggalkanku. 

Oh, tidak! Itu tidak boleh terjadi. 

Kecantikan adalah modal utama untuk hidup bergelimang harta. Dan aku tidak mau jadi miskin karena kena hantam ibu gempal di depanku ini. 

"Tolong! Tolong!" teriakku saat ibu tadi mulai melayangkan tangan di udara. 

Aku mundur ke belakang menghindari amukan gajah betina. Telat satu langkah aku bisa jadi peyek. 

"Ada apa ini?" tanya satpam hotel. 

Aku bernafas lega, akhirnya selamat tepat pada waktunya. 

"Dia nampar saya, Pak. Hiks... Hiks...." Ku keluarkan air mata buaya. 

"Aduh, bu. Jangan seperti itu. Tenaga ibu itu kuat. Saya saja pasti kalah. Apa lagi Mbak cantik ini. Bisa gepeng sekali hantam," ucap satpam itu sambil melirik ke arahku. Lirikan yang membuat perutku mual seketika. 

Bayangkan lelaki berkulit hitam dengan gigi berwarna kuning melirikku. Kalau dia tampan seperti artis Korea tak masalah. Lha, ini .... 

Pak satpam dan ibu tadi mulai terlihat cek cok. Ku gunakan kesempatan ini untuk kabur. Kapok berurusan dengan wanita bertubuh gempal. Jangan sampai bertemu dia lagi. 

Melajukan kendaraan roda empat dengan kecepatan tinggi. Aku ingin segera sampai apartemen dan menangis tersedu-sedu. 

Tidak! Tidak! Tidak! 

Ya kali seorang pelakor menangis gara-gara kekasihnya tidur dengan istri sah. Tidak kebalik ya? Harusnya istri pertama yang menangis saat melihat suaminya berbagi peluh dengan wanita lain. 

Ini namanya dunia terbalik. 

Ku salip mobil hitam di depanku. Jalan kok lelet. Itu bawa mobil atau bawa rumah siput? 

Ciiiittt.... 

Suara ban mobil yang beradu dengan aspal saat ku injak pedal rem tiba-tiba. Tak lama terdengar suara tabrakan dari belakang. Jantungku sampai mau lepas karena terkejut. 

"Kucing siapa sih yang main di jalanan? Hampir saja mati kegencet ban mobilku," batinku kesal. 

Segera ku tepikan mobil. Aku masih duduk menetralisir degup jantung yang tak menentu. Hampir saja mati jantungan. 

"Keluar lo!" Teriakan dari luar beradu suara ketukan kaca mobil. 

Nyaliku menciut saat segerombolan orang mengerubungi mobilku. Ya ampun, aku harus bagai mana? 

"Keluar!" 

"Keluar!"

Dengan jantung berdetak kencang dan kaki gemetaran ku buka pintu mobil. Semua mata menatapku tajam. Aku seperti pelakor yang ketahuan istri sah. Ups! Aku kan simpanan orang. Untung tidak keceplosan. 

"Tanggung jawab lo!"

"Gue gak hamilin lo, kenapa harus tanggung jawab?" Seorang lelaki berambut panjang melotot mendengar ucapanku. 

"Ya, kali gue hamil. Gue laki bukan bencong!" ucapnya kesal sambil menyilangkan tangan di dada. 

"Pokoknya lo harus ganti rugi! Bumper gue rusak gara-gara lo ngerem mendadak!" 

Aku berjalan ke belakang. Benar saja bumper mobil lelaki itu rusak. Itu berarti mobil aku juga rusak dong?

"Mobil gue juga rusak tu, harus cat ulang. Jadi kita sama-sama impas kan?"

"Gak bisa gitu dong! Lo yang salah!" Teriaknya lantang. 

"Bawa ke kantor polisi saja Mas!"

"Motor aku lecet gara-gara dia!"

"Bawa ke polisi saja!"

"Kita pakai jalur hukum! "

Ucap mereka bersahutan. Mati aku! 

Yang belum subscribe dan follow, klik tombol dulu ya sayang. Happy Reading. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status