Share

Sisi Lain Pelakor
Sisi Lain Pelakor
Penulis: Dyah Ayu Prabandari

Bab 1

Sebelum baca, jangan lupa klik tombol berlangganan agar tahu jika ada bab baru. 

***

[Di hotel biasa jam delapan. Aku tunggu sayang. Muuuaaccchh]

Sebuah pesan masuk dari Om Bagaskara. Senyum mengembang kala mengingat wajah tampan penuh kharisma. Meski usianya menginjak setengah abad. Namun ketampanannya belum juga memudar. Tubuhnya masih terjaga, tanpa perut buncit seperti kebanyakan lelaki seusianya.

Bohong jika aku hanya mendambakan uang darinya. Aku bahkan mulai bermain hati dengan pria beranak dua itu. Ya, Om Bagaskara sudah memiliki anak dan istri. Dan akulah orang ketiga dalam hubungan mereka.

Lucu bukan?

Hidup memang unik, aku dipertemukan dengan lelaki beristri dan aku jatuh hati padanya. Apa aku gila? Ah, ku rasa tidak. Bukankah semua orang pantas bahagia? Termasuk pelakor sekali pun.

Namaku Yasmin Nabila Putri. Aku seorang simpanan pengusaha properti terbesar di Nusantara. Sudah lebih dari satu tahun aku menjalin hubungan terlarang dengannya. Lukman Bagaskara, lelaki yang selalu haus dengan balaian wanita. Dan akulah pelepas dahaganya. 

Aku bagai candu untuknya. Selalu membuatnya melayang dan akhirnya tak terlepaskan. Aku madu baginya tapi menjadi racun bagi istri Om Bagaskara. 

Bukakah seperti itu seorang pelakor sepertiku? 

[Siap sayang.]

Segera ku kirim balasan padanya. Kalau tidak, dia akan gelisah dan menerorku dengan panggilan beruntun. 

[Pakai dress yang ku belikan kemarin ya sayang. Kamu pasti cantik memakai pakaian itu.]

Lagi sudut bibir ini tertarik ke atas. Lelaki yang cocok dipanggil papa itu menyukai warna merah. Dia selalu memintaku memakai pakaian warna merah saat bersamanya. Katanya lebih seksi. Apanya yang seksi coba? Ada-ada saja Om Bagaskara.

Adzan magrib sudah berkumandang. Namun aku hanya mendengarkan tanpa ada niat melaksanakan kewajiban tiga rakaat itu. Entah sudah berapa lama aku lalai. Lebih tepatnya pura-pura lupa.

Aku melangkahkan kaki jenjangku ke kamar mandi. Sebelum bertemu kekasih hati harus cantik dan wangi kan? Aku ingin Om Bagaskara selalu tergila-gila padaku. Bahkan sampai lupa dengan anak istrinya. Aku ingin jadi wanita satu-satunya di hati dan hidupnya bukan hanya selingan semata.

Aku melihat pantulan diri di cermin besar dalam kamar. Berputar- putar bak pragawati yang memamerkan busana. Hanya ingin memastikan penampilanku sudah sempurna. Karena hanya dengan penampilan hidupku akan selalu terjamin. 

Dress di atas lutut tanpa lengan berwarna merah sangat kontras dengan kulit putih mulusku. Pantas saja Om Bagas menyukainya. Aku tampak anggun dan cantik dengan baju warna merah. 

Ku kenakan blezer berwarna hitam untuk menutupi pundakku yang terekspos. Aku hanya ingin Om Bagas yang menikmati pemandangan indah ini. Bukan lelaki mata keranjang lainnya. Rugi jika dipertontonkan tapi tidak mendapatkan apa pun. 

Biar hanya pelakor, tapi aku punya harga diri. Cukup satu lelaki yang singgah di hati. 

Ku lakukan kendaraan roda empatku menuju hotel bintang lima. Mobil yang dihadiahkan Om Bagas saat satu tahun hubungan kami. Senang, tentu. Wanita mana yang tidak bahagia jika di berikan limpahan materi seperti ini.

Tanpa bertanya ke resepsionis aku melangkah penuh percaya diri menuju kamar 205. Setiap mata lelaki yang berpapasan denganku selalu melotot. Seakan ingin menikmati diriku walau hanya beberapa saat. 

"Pa, lihat kedepan!" Seorang wanita menarik paksa suaminya yang tertangkap basah tengah menatapku tanpa berkedip. 

Bangga? Tentu. Wanita mana yang tak suka jika dikagumi para pria. Ku rasa tak ada. Munafik jika mereka menjawab tidak bangga. Lalu untuk apa mereka berdandan cantik saat keluar rumah, sedang di rumah hanya mengenakan daster saja. Ya,jawabannya pasti untuk menarik hati lawan jenis. Seperti diriku ini. 

Ting.... 

Satu pesan masuk di aplikasi berwarna hijau. Rupanya Om Bagas sudah tak sabar. Terbukti dia kembali mengirim pesan padaku. Kenapa harus terburu-buru sayang? Ada waktunya kita bersama. Melepas rindu yang membelenggu. 

[Pintu tidak dikunci, sayang. Kamu segera masuk ya. Aku sudah tidak sabar.]

Dasar laki-laki, kalau ada maunya begini. Giliran minta tanggung jawab susahnya minta ampun. Selalu saja ada beribu alasan jika aku meminta untuk dinikahi. Sabar dulu lah, tunggu istriku siap, dan lain sebagainya. Anehnya, kenapa aku mau saja? Harta, ya harta adalah jawabannya. Aku tak ingin melepas kemewahan yang terlanjur ku nikmati. 

Suara sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai terdengar jelas di telingaku. Senyum mengembang saat membayangkan kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Pasti menyenangkan. Bermanja dan saling melepas rindu. 

Tak usah ku jelaskan. Kalian pasti tahu apa maksudku? 

Kembali ku lihat penampilan dari kaca kecil yang ada di dalam tas. Aku tak ingin membuat kekasihku kecewa. Karena dia sumber uangku. Ya, dia yang memenuhi semua kebutuhanku. Tanpa harus lelah bekerja. Cukup berbagi kesenangan dan hidupku penuh kemewahan. 

Pintu ku buka pelan. Lho, tapi kenapa gelap? 

Apa Om Bagus  sengaja melakukannya? 

Apa mungkin Om Bagas ingin memberiku kejutan? Ya, pasti seperti itu.

"Om... Om sayang...," panggil ku manja dan mendayu-dayu. 

Suara manja adalah salah satu pemikat lelaki. Dan aku selalu melakukan itu. 

Hening, tak ada jawaban dari lelaki yang sudah mencuri hatiku ini. Kamar ini seperti kosong tak berpenghuni. Apa jangan-jangan aku salah kamar? Ku rasa tidak. Kamar nomor 205. Dan benar, ini kamarnya. Tak mungkin kan, aku bisa masuk kalau salah kamar? 

"Jangan bercanda dong, Om! Memangnya tidak kangen sama aku?"

"Sayang!"

"Om Bagas sayang!"

Panggilku sampai tenggorokan terasa kering. Awas saja kalau Om Bagas mengerjaiku. Akan ku pastikan dia tak mendapat jatah malam ini! 

Kuraba dinding, mencari saklar lampu agar kamar ini terang. Tak mungkin kan aku mencari Om Bagas dalam keadaan gelap gulita seperti ini? Gak lucu!

Ceklik....

Mataku membulat sempurna saat melihat ke atas ranjang berukuran king itu. 

Aduh, lihat apa? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status