Share

Sisi Lain Pelakor
Sisi Lain Pelakor
Penulis: Dyah Ayu Prabandari

Bab 1

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-05 13:49:23

Sebelum baca, jangan lupa klik tombol berlangganan agar tahu jika ada bab baru. 

***

[Di hotel biasa jam delapan. Aku tunggu sayang. Muuuaaccchh]

Sebuah pesan masuk dari Om Bagaskara. Senyum mengembang kala mengingat wajah tampan penuh kharisma. Meski usianya menginjak setengah abad. Namun ketampanannya belum juga memudar. Tubuhnya masih terjaga, tanpa perut buncit seperti kebanyakan lelaki seusianya.

Bohong jika aku hanya mendambakan uang darinya. Aku bahkan mulai bermain hati dengan pria beranak dua itu. Ya, Om Bagaskara sudah memiliki anak dan istri. Dan akulah orang ketiga dalam hubungan mereka.

Lucu bukan?

Hidup memang unik, aku dipertemukan dengan lelaki beristri dan aku jatuh hati padanya. Apa aku gila? Ah, ku rasa tidak. Bukankah semua orang pantas bahagia? Termasuk pelakor sekali pun.

Namaku Yasmin Nabila Putri. Aku seorang simpanan pengusaha properti terbesar di Nusantara. Sudah lebih dari satu tahun aku menjalin hubungan terlarang dengannya. Lukman Bagaskara, lelaki yang selalu haus dengan balaian wanita. Dan akulah pelepas dahaganya. 

Aku bagai candu untuknya. Selalu membuatnya melayang dan akhirnya tak terlepaskan. Aku madu baginya tapi menjadi racun bagi istri Om Bagaskara. 

Bukakah seperti itu seorang pelakor sepertiku? 

[Siap sayang.]

Segera ku kirim balasan padanya. Kalau tidak, dia akan gelisah dan menerorku dengan panggilan beruntun. 

[Pakai dress yang ku belikan kemarin ya sayang. Kamu pasti cantik memakai pakaian itu.]

Lagi sudut bibir ini tertarik ke atas. Lelaki yang cocok dipanggil papa itu menyukai warna merah. Dia selalu memintaku memakai pakaian warna merah saat bersamanya. Katanya lebih seksi. Apanya yang seksi coba? Ada-ada saja Om Bagaskara.

Adzan magrib sudah berkumandang. Namun aku hanya mendengarkan tanpa ada niat melaksanakan kewajiban tiga rakaat itu. Entah sudah berapa lama aku lalai. Lebih tepatnya pura-pura lupa.

Aku melangkahkan kaki jenjangku ke kamar mandi. Sebelum bertemu kekasih hati harus cantik dan wangi kan? Aku ingin Om Bagaskara selalu tergila-gila padaku. Bahkan sampai lupa dengan anak istrinya. Aku ingin jadi wanita satu-satunya di hati dan hidupnya bukan hanya selingan semata.

Aku melihat pantulan diri di cermin besar dalam kamar. Berputar- putar bak pragawati yang memamerkan busana. Hanya ingin memastikan penampilanku sudah sempurna. Karena hanya dengan penampilan hidupku akan selalu terjamin. 

Dress di atas lutut tanpa lengan berwarna merah sangat kontras dengan kulit putih mulusku. Pantas saja Om Bagas menyukainya. Aku tampak anggun dan cantik dengan baju warna merah. 

Ku kenakan blezer berwarna hitam untuk menutupi pundakku yang terekspos. Aku hanya ingin Om Bagas yang menikmati pemandangan indah ini. Bukan lelaki mata keranjang lainnya. Rugi jika dipertontonkan tapi tidak mendapatkan apa pun. 

Biar hanya pelakor, tapi aku punya harga diri. Cukup satu lelaki yang singgah di hati. 

Ku lakukan kendaraan roda empatku menuju hotel bintang lima. Mobil yang dihadiahkan Om Bagas saat satu tahun hubungan kami. Senang, tentu. Wanita mana yang tidak bahagia jika di berikan limpahan materi seperti ini.

Tanpa bertanya ke resepsionis aku melangkah penuh percaya diri menuju kamar 205. Setiap mata lelaki yang berpapasan denganku selalu melotot. Seakan ingin menikmati diriku walau hanya beberapa saat. 

"Pa, lihat kedepan!" Seorang wanita menarik paksa suaminya yang tertangkap basah tengah menatapku tanpa berkedip. 

Bangga? Tentu. Wanita mana yang tak suka jika dikagumi para pria. Ku rasa tak ada. Munafik jika mereka menjawab tidak bangga. Lalu untuk apa mereka berdandan cantik saat keluar rumah, sedang di rumah hanya mengenakan daster saja. Ya,jawabannya pasti untuk menarik hati lawan jenis. Seperti diriku ini. 

Ting.... 

Satu pesan masuk di aplikasi berwarna hijau. Rupanya Om Bagas sudah tak sabar. Terbukti dia kembali mengirim pesan padaku. Kenapa harus terburu-buru sayang? Ada waktunya kita bersama. Melepas rindu yang membelenggu. 

[Pintu tidak dikunci, sayang. Kamu segera masuk ya. Aku sudah tidak sabar.]

Dasar laki-laki, kalau ada maunya begini. Giliran minta tanggung jawab susahnya minta ampun. Selalu saja ada beribu alasan jika aku meminta untuk dinikahi. Sabar dulu lah, tunggu istriku siap, dan lain sebagainya. Anehnya, kenapa aku mau saja? Harta, ya harta adalah jawabannya. Aku tak ingin melepas kemewahan yang terlanjur ku nikmati. 

Suara sepatu hak tinggi yang beradu dengan lantai terdengar jelas di telingaku. Senyum mengembang saat membayangkan kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Pasti menyenangkan. Bermanja dan saling melepas rindu. 

Tak usah ku jelaskan. Kalian pasti tahu apa maksudku? 

Kembali ku lihat penampilan dari kaca kecil yang ada di dalam tas. Aku tak ingin membuat kekasihku kecewa. Karena dia sumber uangku. Ya, dia yang memenuhi semua kebutuhanku. Tanpa harus lelah bekerja. Cukup berbagi kesenangan dan hidupku penuh kemewahan. 

Pintu ku buka pelan. Lho, tapi kenapa gelap? 

Apa Om Bagus  sengaja melakukannya? 

Apa mungkin Om Bagas ingin memberiku kejutan? Ya, pasti seperti itu.

"Om... Om sayang...," panggil ku manja dan mendayu-dayu. 

Suara manja adalah salah satu pemikat lelaki. Dan aku selalu melakukan itu. 

Hening, tak ada jawaban dari lelaki yang sudah mencuri hatiku ini. Kamar ini seperti kosong tak berpenghuni. Apa jangan-jangan aku salah kamar? Ku rasa tidak. Kamar nomor 205. Dan benar, ini kamarnya. Tak mungkin kan, aku bisa masuk kalau salah kamar? 

"Jangan bercanda dong, Om! Memangnya tidak kangen sama aku?"

"Sayang!"

"Om Bagas sayang!"

Panggilku sampai tenggorokan terasa kering. Awas saja kalau Om Bagas mengerjaiku. Akan ku pastikan dia tak mendapat jatah malam ini! 

Kuraba dinding, mencari saklar lampu agar kamar ini terang. Tak mungkin kan aku mencari Om Bagas dalam keadaan gelap gulita seperti ini? Gak lucu!

Ceklik....

Mataku membulat sempurna saat melihat ke atas ranjang berukuran king itu. 

Aduh, lihat apa? 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 134

    "Makan ya, Rel," bujuk Mama seraya mendekatkan sendok ke arahku. Aku menoleh, kembali fokus menatap awan yang terlihat dari jendela kamar. Saat ini aku tengah terkulai lemas di atas ranjang khas rumah sakit. Beberapa hari yang lalu aku terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena jatuh pingsan di kamar mandi. "Jangan dibiarkan kosong perutnya, Rel. Kamu tahu, kan harus bagaimana? Jangan hanya pandai menasihati pasien, sementara kamu sendiri tidak melalukan hal itu."Aku masih membisu. Netraku masih tertuju pada titik yang sama. Langit siang hari di Kota Jakarta. Bukan langit biru dengan burung yang menari di sana. Namun langit yang tertutup oleh awan putih akibatnya banyaknya pencemaran udara. "Rel, jangan seperti ini, Nak. Kamu harus sembuh demi ...""Demi siapa, Ma? Demi memenuhi obsesi Papa. Percuma aku sembuh jika hidupku terasa mati. Aku hidup tapi mati."Isak tangis kembali terdengar di telinga. Siapa lagi kalau buka Mama. Namun kali ini aku memilih bungkam. Tenggelam dalam ras

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 133

    Yasmin luruh di lantai. Tangisnya pecah detik itu juga. Penyesalan pun hadir, bahkan menyesakkan dada. Maafkan aku, Rel. Aku salah mengira. Aku pikir kamu tega meninggalkan aku dan Naura hanya karena harta. Tapi justru kamu yang berkorban untuk Naura. Farel... Pulanglah. Butiran-butiran kristal telah membanjiri pipi. Bahkan surat pemberian Farel telah baca oleh air mata. Ya Allah, haruskah kami berpisah untuk kedua kalinya? Dipisahkan dengan orang kita sayangi itu memang berat. Apalagi jika perpisahan itu terjadi karena keadaan. Itu jauh lebih menyakitkan dari dikhianati. ***Hari demi hari Yasmin lewati dengan kesedihan. Tawanya memang terdengar, tapi hanya untuk menutupi sunyi dan luka dalam sanubari. Farel memang meninggalkan dirinya. Namun lelaki itu telah menyiapkan aset untuk Yasmin dan Naura. Tanggung jawab seorang ayah meski tak dapat terus bersama. "Owek... Oweek..."Tangis Naura menggema memenuhi setiap sudut ruangan. Semakin mendekati kamar, suara itu semakin keras.

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 132

    "Dokter, ada yang ingin saya bicarakan.""Langsung saja, Dok!" jawab Harun dengan mata fokus menatap layar laptop. "Dokter Farel melakukan kesalahan lagi, Dok."Harun mengalihkan pandangannya. "Maksudnya?""Dokter Farel salah memberikan resep, Dok.""Apa!" pekik Harun. Seketika Harun menutup laptopnya. Dia bergegas menuju ruangan putranya. Sepanjang jalan dia mengumpat dalam hati. Lagi-lagi merutuki kecerobohan putranya. "Percuma kuliah tinggi-tinggi, ngasih resep saja gak becus!" BRAK! Pintu berwarna abu itu didorong kasar. Suara keras sontak membuat Farel tersentak, kaget. Lelaki yang tengah fokus itu membawa artikel seketika mengalihkan pandangan. "Bisa-bisanya kamu salah memberikan resep, Rel! Apa gunanya kuliah tinggi, obat asma saja gak ngerti!"Farel masih diam, dia enggan membalas makian Harun. Pikirannya sudah lelah karena terus memikirkan keadaan istri dan putri semata wayangnya. Berpisah dengan keluarga membuat hidupnya mati. Ya, dia hidup tapi mati. Harun terus mema

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 131

    "Sayang, titip Naura ya," ucap Farel sebelum mobil yang membawa Yasmin dan Naura pergi dari hadapannya. "Doakan Naura sembuh agar kita dapat berkumpul kembali."Farel mengangguk dan tersenyum datar. Sebisa mungkin ia tutupi kemelut dalam rongga dadanya. Lelaki itu tak ingin istrinya curiga dan membatalkan keberangkatannya ke Singapura. * Flashback *Satu bulan yang lalu. "Yas," panggil Farel lirih. Saat ini mereka berada di ruang rawat inap. Suasana sunyi membuat suara lirih terdengar begitu jelas. Yasmin pun menoleh, menatap lelaki yang duduk di kursi, tepat di hadapannya. "Aku sudah mencari donasi untuk pengobatan Naura.""Sudah dapat, Rel?"Farel mengangguk pelan. Detik itu mulutnya begitu kelu. Kalimat yang sedari tadi menari di kepalanya mendadak hilang, meninggalkan mulut yang tertutup, membisu. "Secepat ini, Rel? Yakin ini bantuan dari yayasan?""Iya. Aku dapat dari teman lama. Kamu tahu, kan. Aku mantan dokter, jadi tahu akses untuk mendapatkan bantuan dari yayasan." Fa

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 130

    Satu minggu kemudian"Rel, gendongnya gimana?" Yasmin melirikku, dia nampak bingung bagaimana cara menggendong Naura. "Kamu bawa tasnya saja, Yas."Aku meletakkan tas berisi keperluan Naura selama di rumah sakit. Dengan hati-hati, aku gendong bayi mungil ini. Yasmin hanya diam, memperhatikan caraku menggendong bayi yang baru berusia 12 hari. "Kamu pinter banget, Rel.""Hem!""Iya lupa, kamu lebih jago dari aku." Yasmin tersenyum samar. Setelah semua urusan selesai, kami pun segera meninggal rumah sakit. Sepanjang jalan tak henti-hentinya Yasmin menatap wajah mungil yang ada di dalam pangkuanku. Senyum tergambar jelas di wajah ayunya. Yasmin bahagia, begitu pula diriku. "Dia cantik ya, Pa."Aku tersenyum mendengar kata itu. Papa... entah kenapa aku tergelitik kala Yasmin memanggilku dengan sebutan itu. Ternyata aku sudah benar-benar tua. Sudah ada ekor ke mana pun aku pergi. "Kenapa mesem begitu? Aku salah ngomong ya?""Enggak.""Lalu kenapa kamu tertawa? Aku tersenyum lebar. "

  • Sisi Lain Pelakor   Bab 129

    "Boleh, tapi ada syaratnya, Rel.""Papa.""Iya ini Papa.""Tolong bantu Farel, Pa."Aku mengiba, dengan sengaja menurunkan harga diri yang sempat kujunjung tinggi. Aku menyerah, mengalah demi Yasmin dan putri kecil kami. "Ada syaratnya, Farel.""Syarat... Maksud Papa?""Farel... Farel, kamu lupa... di dunia ini tidak ada yang gratis! Semua hal harus ada timbal baliknya, bukan?"Aku diam, kepala mencoba mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Papa. Entah setan apa yang kini mendiami kepala Papa. Pola pikirnya tak seperti dulu. Papa telah berubah. "Apa yang Papa mau?""Papa akan kirimkan sejumlah uang. Kamu kirimkan no rekening sekarang!""Lalu apa yang Papa mau dariku?""Nanti Papa beritahu.""Tapi, Pa.""Pikirkan dulu kesehatan anak dan istrimu, Farel."Sambungan dimatikan sepihak. Meski belum puas dengan penjelasan Papa, aku memilih diam dan menerima penawarannya. Karena hanya itu satu-satunya harapan yang aku punya. Setelah mengirimkan nomor rekening yang baru. Aku segera m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status