Kepala Desa berlarian kecil ke pintu masuk Balai Doa dengan tergesa-gesa. Wajah paruh bayanya yang sudah keriput sebagian tampak ceria, dia berkata sopan pada Alice, "Nona Immortal, anda datang. Mari masuk! Doa akan segera di mulai!" Alice mengangguk sebagai tanda persetujuan. Berusaha untuk mengacuhkan hiruk-pikuk dari hantu serta Iblis yang bergentanyangan ke sana ke mari seperti mainan rusak. Ia melihat sekaligus memindai wajah para penduduk satu-persatu. Berharap dia bisa menemukan sesuatu. Namun semua penduduk desa memiliki energi kehidupan yang murni dan tidak terkontaminasi. Jika seorang manusia telah bermain-main dengan Iblis dan Hantu, aura kehidupannya akan meredup kemudian berakhir terkontaminasi lalu meninggal dunia. "Nona Immortal?" Kepala Desa memanggil dari samping meja persembahan. "Apakah ada yang salah? Anda merasa tidak nyaman? Tolong katakan saja pada saya!" Melambaikan tangannya seraya tersenyum, Alice menjawab ramah, "Tidak, Kepala Desa. Aku hanya ingin meliha
Suara teriakan, tawa gila, lalu tangisan. Segala jenis raungan yang mengandung berbagai emosi telah mengalun sebagai pengiring seiring Ritual Doa terus berlangsung. Para penduduk masih tidak terganggu dan tetap berdoa khusyu. Berbeda dari Alice yang saat ini entah sudah keberapa kali dia bekerut kening. Kitab yang dia baca hampir sampai pada lembaran terakhir. Anehnya, semakin dia mendekat dengan lembaran terakhir, raungan dan geraman buas serta cekikikan hantu justru bergema kian ramai. Memenuhi Balai Doa dengan suara berisik mereka. Alice sudah menemukan jawaban dari keragu-raguan di hati. Ia berhenti membaca doa, menutup kitab kemudian membakarnya dengan api. Sontak saja, para Hantu dan Iblis yang semula tampak jinak, kini berubah menggila berusaha menyerbu ke arahnya. "Kitab dan patung di sini, semuanya sudah tercemar sangat parah," tuturnya rendah. Su Mian bertanya bingung, "Nona Immortal? Kenapa anda berhenti membaca doa? Ritual Doa belum selesai!" Ada pantangan untuk tidak
[ Sistem : Ding! Darurat! Sangat darurat! Ayah Pahlawan Dimensi hampir kehilangan nyawa! Hampir kehilangan nyawa! Misi Utama ; Menyelamatkan Ayah Pahlawan Dimensi dari kematian! Rincian Tugas ; Obati Ayah Pahlawan Dimensi yang terluka, pertemukan Ayah Pahlawan Dimensi dengan Pahlawan Dimensi. Buat keduanya akur! Bonus Misi ; Rasa suka lima puluh persen untuk Pahlawan Dimensi! ] Alice berteleportasi ke lokasi yang ditunjukkan oleh peta sistem. Dirinya berakhir di sebuah jurang gelap nan curam seolah tak memiliki dasar. Kabut serta awan hitam menutupi sebagian jurang, dia sama sekali tidak bisa melihat apa pun! "Leon, pastikan tabirmu cukup kuat untuk memblokir aura Dewiku agar tidak menyebar kemana-mana!" Leon datang, berputar-putar di udara dengan membawa monitor merah pertanda bahaya, dia menjawab yakin, "Serahkan padaku, Nona. Tugas ini harus anda lakukan sendiri karena bonus yang pusat berikan juga tinggi." "Aku tahu! Aku akan pergi!" Alice akhirnya melepas kekuatan yang semp
"Semuanya menyingkir!" Teriak Alice sekuat tenaga, jemarinya membentuk benang spiritual yang mana segera bergerak liar menggapai patung bangkai. Patung bangkai menangis darah kian banyak, sampai-sampai darah busuknya mengotori lantai. Menyebarkan bau busuk yang membakar isi perut. Patung itu menjerit seperti orang gila, "Beri aku tumbal! Beri aku tumbal! Aku ingin balas dendam! Aku ingin balas dendam! Kalian harus menyembahku! Akulah Dewa kalian! Berikan aku persembahan nyawa lebih banyak!" "Diam! Kau sudah gila! Kau menjadi jiwa yang terkontaminasi!" "Hahaha! Dia lebih buruk! Dia lebih terkontaminasi! Dunia ini akan hancur! Dunia ini akan hancur!" Alice membalas beberapa teriakan patung bangkai, berniat ingin mengorek informasi. Sayangnya patung bangkai ini hanya tahu cara mengatakam tumbal, balas dendam, dan nyawa. Akhirnya Alice menebas patung tersebut kemudian membakarnya dengan Segel Phoenix Surgawi. Balai Doa kembali tenang. Yue Moran berkedip saat menatap punggung rampi
"Astaga!" Erangan frustasi lolos dari celah bibir Alice. Gadis itu meminta Leon pergi dan dia berganti pakaian ke hanfu putih tipis. Berlari ke luar untuk mengecek kondisi, Su Mian yang tinggal tidak jauh dari sini pun ikut keluar karena suara gaduh Yue Moran. Su Dai juga ada di sana. Keduanya ketakutakan karena surai Yue Moran masih berwarna perak, matanya juga merah, begitu pula dengan Mo Zheng Liao yang memasang muka tembok begitu melihat Su Dai beserta Su Mian. Bisakah malam ini sedikit santai untuknya? Alice sangat lelah. Ia berjalan ke halaman luar, terbatuk sebentar sebelum menjelaskan, "Nenek, Su Dai. Aku akan menjelaskan semuanya besok. Maaf karena anakku dan suamiku sudah membuat keributan bagi kalian." Mo Zheng Laio berkerut kening. Tidak suka dianggap sebagai suami gadis tersebut. Namun tatapan panas Yue Moran terpaksa membuat dia diam seribu kata. Dan kembali berdiri tenang ke posisinya. Su Dai menjawab waspada sambil sesekali melirik ke dua lelaki di belakang sana, "
Beberapa minggu kemudian, Alice berkeliaran ke berbagai tempat terpencil area lembah gunung, berharap akan ada petunjuk meski sedikit saja. Sistem hanya memberikan tenggat waktu selama satu bulan untuk menuntaskan misi pembersihan Desa Xu dari energi hitam, sedangkan dia tidak memiliki banyak waktu tersisa, apalagi Leon juga tidak bisa memberitahu lebih lanjut karena ini tugas individual. Alice harus bisa menemukan clue seorang diri. Dengan demikian, Leon bermaksud untuk membuat mental dan cara kerja pikiran gadis tersebut supaya bertambah tajam. Karena samar-samar, Leon bisa merasakan sesuatu akan merusak dimensi asli sang kontraktor di masa depan kelak. Ia berharap, pelatihan dari misi-misi saat ini dan lainnya, akan membantu Alice di masa mendatang.Leon senantiasa mengawasi setiap pergerakan serta keputusan yang diambil secara mandiri oleh Alice, lalu, dia sesekali akan memberikan saran. "Kuil Agung," ujar Alice serius. Sepasang alis tipis berkerut lambat seolah berhati-hati, "Ak
Dini hari, seluruh penduduk desa mempersiapkan diri masing-masing dengan perbekalan lebih dari cukup untuk bertahan saat dalam perjalanan menuju Prefektur Ci. Beberapa orang tua duduk di atas gerobak dan seorang pria muda akan menarik gerobak tersebut, bergabung bersama gerombolan lainnya. Tiga minggu. Selama waktu tersebut, Alice membersihkan desa-desa di sekitar dari energi jahat walau energi jahat itu tidak bisa hilang seratus persen. Misi pertamanya adalah membongkar rahasia maraknya energi jahat Desa Xu, membereskan masalah tersebut kemudian membuat orang-orang yang terlibat dalam dosa menerima hukuman setimpal. Tak lupa, dia juga membiarkan Yue Moran terlibat ke pertarungan kecil sesuai permintaan Sistem.Desa-desa yang awalnya mengimani kitab baru, seketika beralih kembali ke salinan kitab lama. Perlahan namun pasti, kasus penculikan mulai mereda dan status Alice semakin naik di mata orang-orang. Alice pergi lebih dulu ke Prefektur Ci, bergegas mengawasi berbagai sudut yang
"Jangan menjauh dariku!" Langkah kaki terburu-buru sang perempuan di atas tapakan anak tangga seketika berhenti. Paras cantiknya berbalik untuk sesaat, hanya sekilas saja karena Alice bergegas kembali menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar pribadinya di penginapan. Menguncinya lalu memanggil Leon. "Leon, keluar! Aku ingin bertanya tentang sesuatu padamu!" Titah Alice menahan gelisah. Setelah dua hari berlalu dengan melelahkan, dia akhirnya mulai menemukan titik terang! Kucing hitam berbulu muncul dari balik meja. Melompat keluar dari celah portal ajaib. Sepasang mata bundar biru terlihat antusias karena kucing tersebut bisa mengetahui beberapa pikiran di kepala kontraktornya saat ini. Ia bertanya gembira, "Nona berhasil membuka plot tersembunyi. Bonus poin sedang dimasukkan ke dalam rekening tabungan, selamat Nona!" Berbeda dari kebahagiaan Leon. Si gadis justru tampak lebih serius dan sedikit murung karena beberapa alasan, bukannya dia kecewa, hanya saja, 'clue' yang dia tem