Share

Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan
Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan
Penulis: Kelabu

Bab 1

Penulis: Kelabu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-19 11:09:26

"Ini gaji kamu, besok kamu tidak perlu datang lagi."

Mendengar perkataan mengejek tersebut dari HRD yang memanggilnya membuat Nelson membulatkan matanya terkejut.

"Maksudmu apa tuan Van? Aku tahu bahwa target penjualanku tidak sampai bulan ini, tetapi ini pertama kalinya aku melakukan itu selama 2 tahun aku bekerja di sini." 

Mendengar sanggahan Nelson, Van tertawa. "Nelson, ini bukan waktumu mengeluh. Bawa barangmu atau biar keamanan yang mengusirmu."

"Kau!" Nelson yang sudah kepalang emosi pun langsung mencoba melayangkan pukulannya ke arah Van.

Van berteriak sambil berusaha menghindari pukulan Nelson. "Keamanan!"

Security yang dipanggil pun datang dengan cepat, membuat Nelson tidak bisa menghabisi HRD yang telah memperlakukan dirinya semena-mena itu.

"Lepaskan aku!" teriak Nelson berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman dua security yang menahan dirinya.

"Dan ketahuilah, aku tidak akan mengeluarkan surat rekomendasi apapun untukmu. Tak ada perusahaan di kota ini yang akan menerimamu!" Van memukul kecil wajahnya Nelson, lalu beralih menatap security. “Bawa pria bajingan ini keluar!”

"Lepaskan aku!" Nelson yang memberontak dengan sekuat tenaga. "Aku bisa keluar dari sini sendiri, tetapi sebelum itu aku hanya ingin bertanya kepada lelaki brengsek ini!"

Mendengar apa yang Nelson katakan, Van hanya dapat tertawa geli. Ia tahu lelaki berperut buncit dan memiliki lensa kacamata mata tebal seperti Nelson adalah pria cupu yang tidak akan berani melakukan hal berbahaya kepadanya.

Suara tawa mengejek dari Van membuat Nelson semakin emosi. "Apa salahku kepadamu, sejak awal kita tidak memiliki masalah apapun dan tidak hanya aku yang targetnya tidak memenuhi tetapi mengapa hanya aku yang kau pecat?"

"Kau ingin tahu jawabannya?" tanya Van sambil melipat kedua tangannya di dada. "Baiklah aku akan menjawabnya karena aku takut kau akan mati di dalam kebingungannya." Lagi dan lagi Van tertawa, hal tersebut tentu saja semakin membuat Nelson merasa dihina sejatuh-jatuhnya.

"Cepat jawab pertanyaanku brengsek!"

"Hei jaga nada bicaramu! Kau hanya orang bodoh yang tidak tahu bagaimana cara dunia bekerja. Kalian, bawa lelaki menjijikkan ini pergi, dan pastikan pel setiap tempat yang sudah ia lewati. Jejaknya sangat hina!" Van yang kesal dengan bentakan Nelson langsung naik pitam dan mengusir Nelson dengan kejam.

"Sialan, lepaskan akut!" teriak Nelson ketika ditarik paksa keluar, tanpa sempat mengambil barang-barangnya selain gaji terakhir.

"Kalian!" amuk Nelson penuh amarah ketika dirinya di dorong begitu saja keluar kantor hingga ia tersungkur di lantai.

"Nelson kau adalah lelaki yang baik, tetapi kau terlalu naif." Seorang pria tiba-tiba datang dengan setumpuk kardus. Lelaki itu pun kemudian meletakkan kardus yang ia bawa di depannya Nelson.

"Max kau pun juga berubah memusuhiku?" ujar Nelson tidak percaya menatap ke arah rekan kerja yang selama ini sudah ia anggap sebagai temannya.

"Aku tidak berubah. Sejak awal hubungan kita netral. Kekuasaan yang mengatur segalanya. Lebih baik kau pulang lebih cepat, sebelum—"

"Sebelum apa?"

Max menatap iba. "Tidak akan seru bila aku mengatakan apa yang terjadi. Bukankah lelaki pintar sepertimu lebih suka mencari tahu sendiri? Jadi lebih baik kau pulang lebih cepat agar kau lebih cepat pula menemukan jawaban."

"Max tunggu, jawab pertanyaanku dulu!" cegat Nelson, tetapi Max sudah pergi. Security menghalangi Nelson.

"Ah, keparat sialan!" maki Nelson.

Nelson berjalan ke arah parkiran, tetapi tiba-tiba hujan deras justru mengguyurnya.

"Kenapa harus hujan sekarang?" gerutu Nelson, berlari ke mobil dengan kardus pemberian Max. Hujan mengguyur deras, seolah ikut mengolok nasibnya.

Semua rencananya berantakan. Setelah dipecat tanpa peringatan, kini masa depannya suram. Padahal selama ini ia bekerja keras demi membangun kehidupan lebih baik untuk dirinya dan Laura, istrinya yang selama ini ia cintai sepenuh hati.

Dalam kekalutan, Nelson menyetir pulang dengan pikiran kacau. "Tenang, Nelson. Jangan biarkan Laura melihatmu dalam keadaan seperti ini."

Setelah emosinya mereda, Nelson merapikan penampilannya, lalu berjalan menuju lift.

Di depan lift, seorang pria tua tidak sengaja menabraknya, “Oh Nelson, kau baru pulang? Lalu siapa lelaki yang bersama istrimu tadi di apartemenmu?" 

"Benar, aku baru pulang, Paman. Mungkin Paman salah lihat," ujar Nelson sambil tersenyum kaku.

"Mungkin saja. Ya sudah kalau begitu, istriku sudah menunggu. Sampai jumpa," jawab pria tua itu, lalu masuk ke lift.

Nelson yang mulai gelisah memikirkan ucapan pria itu, tak menyadari kantongnya sudah kosong. Dan ketika sampai di depan unit apartemennya, kegelisahannya memuncak saat melihat pintu apartemen sedikit terbuka.

"Ah, jangan di sini..." desah seorang wanita. Itu suara Laura.

Jantung Nelson berdegup keras. "Tidak... Laura tak mungkin..."

Tak sanggup lagi menahan, Nelson menendang pintu.

Deg.

Di hadapannya, Laura yang setengah telanjang tengah berpelukan dengan pria lain di sofa.

"Apa yang kalian lakukan!" bentaknya.

Laura tersentak. "N-Nelson? Kau sudah pulang?"

Nelson mengabaikannya, langsung menarik pria itu dan melayangkan pukulan, tapi meleset.

Pria itu membalas, "Berani kau memukulku?"

Perkelahian pecah, barang-barang beterbangan.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan, Nelson?"" teriak Laura, memisahkan mereka yang justru membela selingkuhannya.

"Kau anggap aku apa, Laura? Aku suamimu!" teriak Nelson penuh luka.

Plak!

Bukan penjelasan yang Nelson dapatkan, lelaki itu malah mendapatkan hadiah tamparan dari istri tercintanya.

"Mulai sekarang aku bukan istrimu. Pria gendut dan miskin sepertimu tak pantas untukku!" kata Laura tegas.

Nelson terdiam sesaat, matanya menatap Laura nanar. "Jadi kau memilih dia?"

Pria itu mengejek. "Mana mungkin wanita secantik Laura bertahan dengan pria miskin seperti kau. Lihat dirimu, Nelson."

Laura berdecak kesal, lalu meludah sinis, lalu langsung mengusir Nelson, "Aku muak! Pergi dari hidupku, atau mati saja lebih baik!"

"Sialan!" bentak Nelson yang terhuyung ke belakang akibat dorongan keras istrinya.

"Bahkan saat ini istri yang paling aku cintai, sama busuknya dengan orang-orang di sekitarku." Nelson bergumam dengan nada sedih, andai saja Laura mau membujuknya, Nelson tidak akan mempermasalahkan apa yang terjadi.

Nelson yang sudah hancur akibat cinta dan dikhianati oleh semua orang di sekitarnya pun merasa dunianya sudah sangat-sangat runtuh. Lelaki itu sudah tidak memiliki harapan lagi di dalam hidupnya.

***

"Kenapa kau ragu, Nelson? Apa yang kau harapkan lagi?" tutur Nelson mencela dirinya sendiri ketika ia ingin melompat dari gedung apartemennya, tetapi ia merasa takut ketika melihat ke bawah.

"Kematian adalah hal yang sangat pantas kau dapatkan!" Nelson tarus mengutuk dirinya sendiri dan lelaki itu membuang ketakutannya dan dengan cepat menutup matanya agar ia bisa melompat dari gedung tinggi tersebut tanpa ragu lagi.

Namun, belum sempat Nelson melompat, tiba-tiba petir dengan kekuatan tinggi menyambarnya.

Crash Hhshh…

[Ding]

[Host terdeteksi]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 8

    "Tentu saja, aku sedang bersenang-senang dengan para gadis milikku, dan siapa Anda? Ah, Tuan Nelson?" ujar Derrick dengan nada terkejut karena tidak menyangka bos barunya datang tiba-tiba."Jadi begini sikap anda di belakang saya?" tanya Nelson sambil melipat tangan di depan dada dengan sombong."Maafkan saya, Pak, saya tidak bermaksud seperti itu." Derrick dengan cepat memohon maaf kepada Nelson."Kamu terlalu berisik. Saya tidak peduli dengan hal itu karena saya ingin penjelasan Anda tentang semua yang tertulis di sini!" Nelson berkata sambil berjalan ke kursinya, menunjuk berkas di atas mejanya."Apa maksud Anda, Pak?" jawab Derrick dengan nada pura-pura tidak tahu."Kamu tidak boleh bertingkah seperti orang bodoh. Kemana semua uang korupsi itu pergi? Jangan bilang ada puluhan piring dan gelas yang pecah setiap hari, Jangan bilang kalau membersihkan lantai klub menghabiskan biaya Rp.300.000.000.000, per tahun!" Nelson yang marah langsung melemparkan berkas-berkas itu ke wajah Derri

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 7

    Sistem menjawab dengan cepat, membuat Nelson hanya bisa mengerutkan kening.Eryn yang melihat perubahan pada bosnya merasa firasat yang tidak enak, gadis itu tidak ingin dimarahi di malam hari seperti ini oleh bos barunya."Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Nelson sambil menutup berkas-berkas dengan kesal."Maaf, Pak, saya baru bekerja sebulan," jawab Eryn dengan cepat; gadis itu merasa bos barunya itu menakutkan, meski awalnya terlihat tidak berbahaya."Anak baru? Tapi sudah disuruh menghadap saya? Apa mereka meremehkan saya?" geram Nelson dengan kesal."Maafkan saya, Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu, tapi Pak Derrick sedang berada di luar kota dan tidak bisa dihubungi." Eryn menundukkan kepalanya dalam-dalam, takut kalau-kalau Nelson akan marah padanya."Keluar kota tanpa izin? Wow, apa ini perusahaan Nenek moyangnya? Aku tidak mau tahu, kau hubungi dia sekarang juga, bagaimanapun caranya. Dan jangan lupa, hubungi tim auditor. Saya harap mereka semua berada di ruan

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 6

    “Kalau begitu, jilat sepatuku, dan setelah itu, bersihkan semua toilet di klub ini!”Mendengar kata-kata Nelson yang tidak sopan, Ben tidak lagi dapat menahan amarahnya lebih lama lagi, dan pria itu segera bangkit menatap tajam ke arah Nelson.“Brengsek, kamu orang yang tidak tahu diri!” Ben menggeram, ingin menyerang Nelson, tetapi para pengawal dengan cepat menahannya.“Kau adalah lelaki bajingan yang tidak pantas dihormati!” kata Ben sambil terus meneriakkan umpatan pada Nelson."Hei, apakah kau gila? Kau bisa menganiaya orang lain, lalu kenapa orang lain tidak bisa membalasnya?" Nelson membalas dengan nada dingin. Pria itu pun menghampiri Ben, yang ditahan oleh pengawalnya.“Kau?!” Ben berteriak semakin marah.Muak dengan kelakuan Ben yang tak kunjung menyadari kesalahannya, Nelson akhirnya menyerahkan tugas menyadarkan Ben kepada pengawalnya. “Lakukan tugas kalian dengan baik, buat dia sekarat, tapi jangan bunuh dia karena kematian adalah sesuatu yang tidak pantas dia dapatkan.”

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 5

    "Guk... guk... guk..." Max dengan cepat melakukan apa yang diperintahkan Nelson. Tidak hanya menggonggong seperti anjing, Max juga berlutut dan menggoyangkan pantatnya seperti anjing.Melihat pemandangan mengerikan itu, tentu saja, keempat pria lain yang telah menggertak dan menghina Nelson langsung merasakan ketakutan dalam hati mereka."Berbaliklah," kata Nelson sambil tertawa geli saat memberikan perintahnya. Max yang mendengar perintah bosnya langsung melakukan apa yang diminta Nelson."Hahaha, anjing pintar." Nelson tertawa puas, sementara Ben yang melihatnya merasa malu. Pria itu memutuskan untuk menyelinap keluar dari ruangan, tapi Nelson menyadarinya."Anjing yang baik, tolong panggil lima pengawal ke luar dan kunci pintunya agar tidak ada yang kabur." Nelson memberikan perintah dengan dingin, membuat keempat pria itu berpikir untuk melarikan diri dengan lebih ketakutan."Kalian keluar dengan posisi merangkak, jangan berdiri karena kalian adalah anjing, bukan manusia!" Nelson

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 4

    "Akhirnya, yang aku tunggu-tunggu datang juga," kata Arthur dengan penuh semangat."Tuan Ben, apa kabar? Anda terlihat semakin tampan, dan jam tangan Anda menarik perhatian saya. Apakah itu jam tangan baru dari J?" Manajer yang baru saja tiba dengan cepat menyanjung Ben.Terlebih lagi, kamar yang telah dipesan Ben sejak lama bukanlah kamar biasa. Kamar itu hanya bisa dipesan oleh pemegang kartu VVIP di tempat itu, dan para pemegang kartu VVIP itu juga membutuhkan waktu untuk memesan tempat tersebut.Mendengar pujian dari sang Manajer, Ben merasa sangat senang. "Max, matamu sangat tahu barang bagus. Memang benar bahwa jam ini adalah edisi khusus karena saya tidak ingin sembarang orang bisa mengenakan apa yang saya kenakan.""Kamu memang sangat layak mengenakan produk langka seperti ini. Oh ya saya lupa, apakah ada yang salah sampai Tuan Ben, repot-repot memanggil saya? Apakah pelayanan kami ada yang kurang? Tolong beritahu saya. Saya berjanji akan memberikan pelayanan yang terbaik." Ma

  • Sistem Keberuntungan Sang Miliarder Dadakan   Bab 3

    "Tidak, kau tidak boleh kejam seperti itu kepadaku. Sekarang kau dan aku terikat, kita itu satu jadi jangan mengancamku!" keluh Nelson dengan cepat.Sistem hanya diam saja mendengarkan protesan dari Nelson."Okelah, aku menerima poin tersebut, tetapi apakah kau tahu kenapa aku berubah dengan cepat? Hanya perlu waktu 1,5 tahun bagiku untuk berubah menjadi babi seperti ini!" gerutu Nelson.[Host yang akan mencari tahu jawabannya]Mendengar sistem yang tidak memberikan jawaban yang ia inginkan, Nelson hanya bisa berdecak kesal. "Ck, kau sungguh membosankan tetapi bisakah kau membuat sakit ditangan dan dikaki ku berkurang? Aku tidak bisa bergerak dengan leluasa bila seperti ini.[Memindai, kesehatan terdeteksi…][Aku hanya bisa memberikanmu 5% nilai kesehatan, kini kau bisa bergerak dengan bebas tetapi ingat jangan melakukan hal yang akan membuat tubuh Host berbahaya karena aku hanya menghilangkan rasa sakit Host tidak bisa menyehatkan tubuh Host begitu saja]"Ini sudah lebih dari cukup!"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status